twentytwo

1.7K 194 10
                                    

Keesokan harinya Lisa kembali ke rumah sakit.

Semalam hanya Jungkook yang menginap.

Lisa memasuki ruang rawat ayahnya. Telihat Jungkook yang tertidur disofa yang ada diruangan VIP tersebut.

Lisa berjongkok dan mensejajarkan wajahnya pada wajah Jungkook.

"Wake up, boy. Time to breakfast" kata Lisa dengan mengecupi wajah Jungkook.

Jungkook yang merasa terganggu membuka matanya perlahan.

Jungkook kemudian mendudukan dirinya diikuti Lisa disebelahnya.

"Ibu membuatkan bekal untukmu" kata Lisa.

Jungkook mengambil sarapannya, "Kau tidak sekolah?"

"Hari ini hari Minggu, bodoh" balas Lisa.

Jungkook hanya tersenyum canggung.

Lisa menatap ayahnya yang masih terbaring damai di ranjangnya.

"Dokter mengatakan hari ini atau besok ayah mungkin sadar" kata Jungkook mengikuti arah pandangan Lisa.

"Aku tidak bertanya" jawab Lisa.

Jungkook diam memaklumi. Meskipun Lisa masih terlihat acuh pada ayahnya, Lisa tidak benar-benar seperti itu.

Buktinya semalam Lisa mendonorkan darahnya untuk cadangan darah ketika ayahnya membutuhkan hari esok.

"Ahh sebentar. Aku akan menemui Jimin diparkiran" pamit Jungkook tiba-tiba setelah membalas pesan Jimin.

Tangan Lisa menahan, "Sarapanmu bagaimana? Kau belum selesai"

Jungkook bahkan mungkin baru memasukan 3 sendok nasi ke dalam mulutnya.

"Aku lanjutkan nanti. Jimin akan sangat merepotkan jika tidak dituruti" kata Jungkook dengan menepuk kepala Lisa pelan kemudian berlalu keluar ruangan.

Setelah kepergian Jungkook, Lisa mengamati setiap sudut ruangan rawat ayahnya.

Sangat besar dan mewah. Bahkan kamar Lisa dirumah tidak sebesar ini.

Awalnya Lisa hanya berniat sedikit mengelilingi ruangan tapi entah kenapa dirinya tertarik untuk duduk dikursi sebelah ranjang ayahnya.

Lisa mengamati wajah ayahnya yang masih terlelap? Pingsan? Sekarat?

Entahlah.

Lisa baru menyadari bahwa ayahnya memiliki bekas luka di sebelah pelipis kanannya.

Perlahan matanya melirik tangan ayahnya yang mulai sedikit keriput.

Bolehlah jika Lisa ingin menggenggamnya sekarang?

"Apa yang kau lakukan disini?"

Suara berat nan serak membuat Lisa menaikan pandangannya.

Ayahnya siuman.

Lisa hanya diam menatap ayahnya.

"Semua karena kau" kata ayah Lisa tiba-tiba.

"Jika saja kau tidak bertingkah maka kekuargaku masih utuh"

"Gosip publik tidak akan membuat kekacauan perusahaan"

"Dan aku tidak akan terbaring disini"

"Berhentilah mencampuri urusanku. Kau terus-terusan menjadi bebanku" kata ayah Lisa dengan memandang kearah depan.

Mata Lisa memanas. Menahan kesal juga kecewanya.

"Jika semua memang karenaku. Aku berharap kondisi ayah memburuk setelah ini" kata Lisa lalu memilih pergi.

Saat keluar ruangan Lisa tidak sengaja menabrak Jungkook.

"Kenapa terburu-buru?" tanya Jungkook yang melihat Lisa seperti tergesa.

"Tidak apa-apa" kata Lisa dengan kembali pergi.

Jungkook menatap kepergian Lisa. Ada yang salah.

Jungkook tau itu.

"Apalagi yang ayah katakan pada Lisa?" tanya Jungkook setelah memasuki ruangan ayahnya. Mungkin awalnya Jungkook akan senang ketika ayahnya sudah siuman.

Namun melihat Lisa yang kembali tidak baik-baik saja karena ayah mereka membuat Jungkook marah.

Lisa hanyalah anak perempuan 18 tahun. Berhentilah menyakitinya.

"Jungkook-ah. Kau kembali untuk ayah, nak" kata ayahnya dengan tersenyum.

Jungkook tersenyum kecut, "Apa yang ayah katakan pada Lisa?"

"Ayah tidak mengatakan apapun"

"Lalu bagaimana bisa Lisa menangis tanpa alasan?" tanya Jungkook.

Ayah Lisa menghela nafas pelan, "Bukankah Lisa memang anak seperti itu? Berhentilah berlebihan terhadapnya"

Jungkook memandang ayahnya tidak percaya, "Hati ayah itu terbuat dari apa? Kenapa ayah sangat tidak menyukainya? Lisa anak ayah. Anak kandung ayah"

"Lisa bukan anak kandung ayah. Dia anak selingkuhan ibunya sendiri"

Jungkook frustasi dengan keras kepala ayahnya sendiri.

"Tolong buka mata ayah lebar-lebar. Ayah dan Lisa itu serupa. Bagaimana mungkin masih menyangkalnya?" tanya Jungkook.

"Lebih baik kau pergi saja, ayah sedang tidak ingin bertengkar" kata ayahnya.

Jungkook terlampau kesal sendiri.

Jungkook lantas mencari sesuatu didalam tasnya.

"Lihatlah. Ini hasil tes DNA ayah dan Lisa. Kalian adalah kandung" kata Jungkook dengan melemparkan dokumen hasil tes DNA.

"Darah ayah AB negatif huh? Kemudian tanyakan pada dokter, siapa yang mendonorkan darahnya untuk ayah"

Jungkook akan benar-benar berlalu pergi namun kembali menoleh, "Aku berharap setelah ini ayah hidup dalam penyesalan seumur hidup ayah"

.

.

.

Lisa menunggu Jungkook didalam mobil lelaki itu.

Beruntung Jungkook menitipkan kunci mobilnya pada Lisa.

"Demi Tuhan, Lisa" kata Jungkook lega saat menemukan Lisa didalam kursi belakang mobil.

Jungkook bergerak duduk disebelah Lisa. Lantas merangkul perempuan yang lebih muda darinya, "Mau bercerita denganku?" tanya Jungkook dengan mengusap lengan Lisa.

Lisa memainkan ujung jaket kakak tirinya, "Aku tidak pernah berharap lahir kedunia. Orangtuaku yang menginginkanku"

"Lalu mengapa mereka sekarang bertingkah seolah aku adalah beban mereka"

"Aku kesal dengan ayah. Dia terus menyakitiku, Jungkook-ah" suara Lisa pecah.

Perempuan itu menangis.

Jungkook bergerak memeluk Lisa. Menenggelamkan wajah Lisa pada pelukannya.

"Aku juga tidak ingin membuat masalah. Aku juga ingin menjadi anak yang baik. Tapi ayah terus menekanku. Aku tidak tau harus apa"

Jungkook hanya diam. Tangannya yang terus mengusap lengan Lisa.

Membiarkan adiknya mengeluarkan emosinya.

"Aku tidak mau bertemu ayah lagi. Aku tidak mau, Jungkook. Ini menyakitiku" Lisa mengeratkan pelukannya.

"Baiklah, kau tidak perlu bertemu dengannya lagi" kata Jungkook pelan.

"Sekarang lakukan apapun yang ingin kau lakukan. Aku disini untukmu, Lisa-ya"

"Selalu untukmu"

Step BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang