twentyfive

1.6K 189 8
                                    

Sebulan kemudian.

Hari ini tepat hari keberangkatan Lisa ke London.

Memulai hidup baru seorang diri. Dengan harapan apa yang Lisa inginkan bisa ia dapat dinegeri orang.

"Dia tidak akan datang" itu kata Jennie.

Ketiga temannya ikut mengantar Lisa ke bandara. Lisa sengaja tidak meminta ibunya untuk ikut mengantar karena itu akan membuat Lisa berat hati.

Dan untuk Jungkook? Lisa tidak mengatakan apapun.

Hubungan keduanya merenggang sebulan belakangan ini.

Lisa masih setia menatap kerumunan orang yang berlalu lalang. Hati kecilnya masih berharap Jungkook untuk datang.

"Aku tidak tau apa yang ada dipikiranmu, tapi kuatlah karena semua ini sudah menjadi keputusanmu, Lisa-ya" kata Jennie.

Mungkin terdengar menyakitkan, namun Jennie tetaplah Jennie. Terbuka akan semua yang ada dipikirannya.

"Sekarang berbalik dan pergilah. Jungkook tidak akan datang, kau tau siapa penyebabnya" kata Jennie.

Jisoo sontak menyenggol lengan Jennie, "Perhatikan mulutmu"

Namun Jennie seolah menulikan telinganya.

Lisa tersenyum tipis. Ibu jarinya mengusap sudut matanya yang sedikit berair.

"Baiklah, aku pergi. Sampai jumpa di entah kapan itu" kata Lisa akhirnya.

Jisoo dan Rosie menangis melepas kepergian Lisa. Sedangkan Jennie hanya menghela nafas.

Untuk kali terakhir Lisa kembali menoleh. Dan sontak air matanya turun.

Jungkook ada dikerumunan itu.

Berdiri ditengah keramaian dengan memandang lurus kearahnya.

Tanpa senyuman tanpa lambaian tangan. Tapi itu sudah cukup untuk Lisa.

Setidaknya Jungkook datang untuk melepasnya pergi.

'Selamat tinggal, Jungkook-ah'

.

.

.

Jimin masih diam. Tidak berniat menyalakan mesin mobilnya.

Jimin datang ke bandara setelah Rosie memintanya untuk menjemputnya. Jennie dan Jisoo pergi bersama.

Rosie sedang tidak mood dengan mereka. Jadilah Jimin menjadi alternatifnya.

"Jangan menangis terus. Kau kan bisa mengunjunginya saat liburan sekolah" kata Jimin dengan mengelus kepala Rosie pelan.

Rosie mengusap air matanya dengan tissue, "Aku juga ingin berhenti menangis tapi tidak bisa. Air matanya terus saja keluar dari mataku" kata Rosie.

"Ahh sial, ini sangat menyakitkan" umpat Rosie tanpa sadar.

Mungkin jika keadaan lebih baik, Jimin akan membungkam mulut Rosie dengan mulutnya namun keadaan sekarang sedang tidak baik.

Jimin hanya mencoba memaklumi.

.

.

.

Jennie memencet pintu bel pintu apartement kekasihnya berulang kali. Demi Tuhan, kebiasaan tidur Yoongi harus diperbaiki.

Setelah beberapa saat pintu terbuka, menampilkan sosok lelaki dengan kaos hitamnya dan celana pendek selututnya.

"Jennie-ya" katanya dengan suara serak.

Jennie tanpa mengatakan apapun langsung memeluk Yoongi yang ada didepannya. Yoongi semakin dibuat bingung saat mendengar isakan tangis Jennie.

Step BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang