Bag. 1 Feeling

6.6K 665 39
                                    

Attention!
Sekali lagi cerita ini mengandung BxB atau Boys Love, jadi dengan senang hati yg beralih mencari cerita lain.
Ilustrasi dan karakter bukan punya author.
Author menerima komentar dan saran yg mendukung, dan ini cerita pertamaku jadi maaf kalo jelek dan jangan dihujat yes 😅.

Tanda ( ) = ngomong di dlm hati atau ngebatin.
Italic = flashback
Tanda // = bacotan author 😌

Ok... Enjoy~
______________________________________

Setelah bertahun-tahun kejadian besar di kuil Guanyin yang mengungkapkan misteri dan semua kejahatan seorang Jin GuangYao. Dunia kultivasi kembali ke aktivitasnya semula. Para kultivator kembali berkultivasi dan berburu malam, sedangkan masyarakat biasa kembali menjalani kehidupan mereka masing-masing. Begitupula dengan seorang kultivator tampan kebanggaan sekte Gusu Lan, Lan Xichen.

Setelah melakukan pengasingan selama 2 tahun lamanya, ia akhirnya kembali mencoba menjalani kehidupannya, ya walaupun dengan paksaan sang paman. Lan Qiren selaku pamannya tidak punya pilihan lain dikarenakan mengingat usianya yg semakin menua sehingga tidak mampu lagi mengurus sekte sendirian. Ditambah lagi keponakannya yang lain jarang pulang karena mengikuti sang pasangan kelayapan. Entah pelet macam apa yang dimiliki seorang Wei Wuxian sampai-sampai Lan Wangji menderita penyakit bucin level akut, bahkan tabib terhebat pun tidak akan bisa menyembuhkannya. Kira-kira begitulah pemikiran Lan Qiren.

Saat ini tampak seorang pemuda rupawan tengah berjalan anggun untuk kembali ke kediamannya. Dengan wajah tersenyum pemuda itu menyapa pamannya. "Paman" sapanya sambil membungkuk memberi hormat kepada sang paman. Lan Qiren membalasnya dengan mengangguk. Terlihat pemuda itu tersenyum ke arahnya, namun sebagai seorang paman Lan Qiren tau betul jika senyuman itu bukanlah senyuman secerah lampu stadion yang biasa ditampilkan keponakannya. Semenjak kejadian yang menimpa kedua saudara sesumpahnya, Lan Xichen tidak hanya mengurung diri melainkan menjadi semakin mirip saja dengan Wangji adiknya, jarang berbicara dan sering melamun. Bedanya kalo Lan Wangji mukanya datar sedatar telenan Gusu, Lan Xichen masih menunjukkan senyumannya, walaupun senyuman formalitas.

"Xichen, masih sering mengunjungi air terjun?" tanya Lan Qiren dan hanya dibalas "Maaf paman". Lan Qiren menghela nafas pasrah. Selain melamun di Hanshi, Lan Xichen juga sering pergi ke belakang gunung tepatnya didekat air terjun untuk melamun. Terkadang Lan Qiren takut jika sewaktu-waktu keponakannya kerasukan penunggu air terjun jika sering melamun di sana.

"Xichen, paman tau kamu masih bersedih. Tapi paman juga tidak punya pilihan lain, sebagai penerus sekte kau pasti tau akan hal itu. Kejadian itu memang mengejutkan, tidak hanya kamu, semua orang juga terkejut mengetahui kebenarannya. Walaupun demikian, kau masih memiliki masa depan dan kehidupan, janganlah terus terpuruk seperti ini. Kau mengerti Xichen?" kata Lan Qiren sambil menepuk pundak keponakannya.

"Iya paman, Xichen mengerti" jawab Lan Xichen dengan wajah tertunduk.

"Baiklah, sudah mendekati jam malam. Istirahatlah" ucap Lan Qiren sambil berlalu meninggalkan Lan Xichen. "Terima kasih paman" balas Lan Xichen dan kembali di kediamannya.

Di Hanshi, Lan Xichen merenungi perkataan pamannya tadi. "Paman benar, tidak seharusnya aku terus-terusan terpuruk". Lan Xichen memang sedih ditinggal oleh dua saudara sesumpahnya, namun yang menjadikannya terpuruk adalah rasa bersalah dan kecewa yang amat sangat. Oh ayolah siapapun akan sangat kecewa jika orang yang sangat kau percayai ternyata mengkhianatimu bahkan memanfaatkanmu dalam rencana jahatnya. Tapi ya Lan Xichen tetaplah Lan Xichen, hatinya terlalu baik. Walaupun di sini ia juga adalah korban tipu daya Jin GuangYao, ia tidak memungkiri jika dirinya merasa bertanggung jawab atas perilaku saudara sesumpahnya itu.

Destiny (Xicheng)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang