"Wangji!" teriak Lan Xichen dari dalam ruangan, Ia tak mau meninggalkan sisi Jiang Cheng seinchi pun.
Tabib segera berlari ke luar dan memanggil orang yang dimaksud. "A-apa di sini ada yang bernama Wangji?! Cepat ini keadaan darurat!".
Beberapa orang di luar ruangan seketika terkejut, tak terkecuali pasangan wangxian. "Lan Zhan? Ah ada-ada! Ini Wangji! Ada masalah apa?" ucap Wei Wuxian yang reflek berdiri dan mendorong Lan Wangji ke depan.
"Sulit dijelaskan! Yang terpenting sekarang aku butuh orang bernama Wangji, Pemimpin Jiang kritis! Ah kau yang bernama Wangji? Bagus mukanya tenang! Ayo cepat cepat!" balas tabib yang langsung menyeret Lan Wangji ke dalam ruangan. Wei Wuxian juga ikut masuk ke dalam melihat keadaan Jiang Cheng.
Setelah kepergian tabib, Lan Wangji, dan Wei Wuxian suasana di luar seketika riuh dengan bisik-bisik, mulai dari ucapan doa sampai pembicaraan gosip yang tidak penting.
"Oh dewa, selamatkan Pemimpin Jiang dan putranya"
"Paman...hiks jangan pergi, aku janji tidak bakalan nakal dan mendengarkanmu mulai sekarang hiks"
"Lihat, sudah kuduga kehamilan pria itu mustahil dan jika bisa terjadi mustahil bisa selamat waktu melahirkan"
"Ish diamlah! Seharusnya kau berdoa untuk keselamatan Pemimpin Jiang bukan malah mendoakan yang tidak-tidak!"
Sementara bisik-bisik terus berlanjut, suasana di dalam ruangan tampak tegang dengan kondisi Lan Xichen yang tidak bisa dikatakan baik. Dengan rambut acak-acakan, pita dahi yang sudah entah pergi kemana, muka pucat yang penuh dengan air mata, dan sorot mata menyedihkan yang mendekati putus asa. Keadaan Jiang Cheng pun tak lebih baik dari Lan Xichen, Jiang Cheng terbaring lemah di pelukan Lan Xichen dengan muka dan bibir yang sudah pucat, baju bersimbah darah, dan kasur yang sudah digenangi darah pasca operasi pembedahan pun masih belum dibersihkan. Wei Wuxian yang tak kuasa melihat pemandangan itu pun menutup mulutnya dan meneteskan air mata, "A-Cheng....".
"Cepat salurkan energi spiritualmu padanya sebanyak mungkin, sampai jindan-nya kembali berfungsi dengan baik!" perintah tabib kepada Lan Wangji. Lan Wangji segera membantu menyalurkan energi kepada Jiang Cheng.
Satu jam berlalu dan Lan Wangji mulai tampak kelelahan, menyalurkan energi secara terus menerus benar-benar menguras tenaganya. Disaat harapan hampir pupus, Jiang Cheng mulai menunjukkan reaksi.
"L a n H u a n" ucap Jiang Cheng lemah dengan suara seraknya. Semua orang di dalam ruangan pun seketika seperti keluar dari kegelapan dengan cahaya terang menyinari mereka. Kebahagiaan jelas terpancar dari mata semua orang tak terkecuali Lan Xichen.
"Wanyin, syukurlah syukurlah" ujar Lan Xichen yang langsung menciumi telapak tangan Jiang Cheng memastikan kehangatan mengalir padanya. Jujur selama Jiang Cheng tak sadarkan diri tangannya mulai dingin dan itu semakin membuat Lan Xichen takut.
"Shimei kau membuat kami takut huhuhu" ucap Wei Wuxian dengan air mata menetes dari matanya.
"Aaa aku paham ini membahagiakan, tapi tetap salurkan energi agar energi dalam tubuh Pemimpin Jiang lebih stabil" sela tabib memecah suasana haru nan bahagia tadi.
-🐯🐰.......🐰🐯-
Setelah kondisi Jiang Cheng membaik dan lebih stabil, akhirnya para murid yang menunggu di luar diperbolehkan masuk menjenguk. Ketika pintu dibuka, Jin Ling langsung berlari masuk dan menghambur ke pelukan Jiang Cheng.
"Huaaaaaaaa Pamaaaan kau jangan tinggalkan aku! Hiks aku janji mulai saat ini akan selalu mendengarkanmu".
"Heh aku tidak yakin dengan janjimu" sindir Jiang Cheng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny (Xicheng)
FanfictionPERINGATAN! Cerita ini mengandung unsur BxB alias BL. Bagi yang Homophobic hush hush pergi jauh-jauh kalo nekat resiko ditanggung sendiri. Author hanya minjem karakter dari novel milik MXTX dan tidak mengambil keuntungan apapun, murni hanya untuk h...