Chapter ini mungkin akan sedikit melenceng jauh dari novel aslinya dan ummm aneh(?).
Ya anggep buat selingan sambil nunggu madam lahiran 😅🙇♀️
Okay enjoy~
______________________________________Beberapa hari telah berlalu sejak kejadian ngidam Jiang Cheng yang sempat membuat orang-orang pusing. Kini kita tiba di hari yang paling tidak ingin Jiang Cheng hadapi. Hari dimana Ia harus diingatkan kembali tentang tragedi hancurnya sekte Jiang dalam semalam akibat penyerangan brutal sekte Wen sekaligus hari dimana Ia harus kehilangan kedua orang tuanya.
"Wanyin, kau siap?"
"Hn. Lan Huan, bantu aku berjalan ke aula leluhur"
"Tentu, oiya Wanyin tunggu disini sebentar akan kusiapkan kursi untukmu"
Setelah persiapan selesai mereka kemudian pergi ke aula leluhur dimana kedua orang tua, shijie, dan leluhur Jiang Cheng disemayamkan. Jiang Cheng memasuki aula yang sudah disiapkan untuk hari peringatan berkabung keluarga Jiang. Ia lalu duduk di kursi yang telah disediakan Lan Xichen. Karena usia kandungannya yang semakin bertambah, Ia tidak bisa lagi melakukan sujud dengan leluasa jadi Ia melakukan sembayang dari kursi.
Beberapa kerabat dan penduduk sekitar Lianhua Wu juga ikut berkabung mengingat keluarga Jiang telah banyak membantu seperti keluarga sendiri. Mereka bergantian memberikan penghormatan di depan altar keluarga Jiang. Kegiatan itu berjalan dengan lancar dan khidmat, setelah itu barulah para tamu mulai mengundurkan diri dari aula. Kini tinggal Jiang Cheng dan Lan Xichen yang tersisa di dalam.
"Wanyin, kau tidak ingin istirahat?"
"Biarkan aku disini dulu sebentar. Aku masih ingin menemani A-Niang dan Shijie. Kau bisa kembali duluan"
"Baiklah aku ada di ruangan sebelah jika kau butuh sesuatu"
Lan Xichen lalu mencium kening Jiang Cheng sebelum pergi keluar aula. Jiang Cheng masih duduk termenung di depan altar. Tak lupa juga sesekali Ia bercerita kesehariannya kepada A-Die, A-Niang, dan Shijie-nya. Ada yang bilang jika tepat dihari peringatan kematian seseorang, arwah orang itu akan diberikan kesempatan kembali melihat keadaan keluarganya. Dan A-Cheng mempercayai itu, jadi Ia akan memanfaatkan momen itu untuk bercerita banyak kepada orang tersayangnya, siapa tau salah satu dari mereka benar-benar bisa mendengarnya.
Sementara itu di ruangan sebelah, Lan Xichen dan kerabat dari sekte Lan tengah berbincang-bincang.
"Xichen, dimana Jiang Wanyin?" tanya Lan Qiren.
"Wanyin masih di aula leluhur paman. Tampaknya dia masih ingin menikmati waktu bersama keluarganya" jawab Lan Xichen.
"Sampai sekarang? Ini sudah hampir sore sebaiknya kau susul dia agar istirahat. Kalau dia sakit kasian nanti cucu-cucuku, bisa-bisa mereka ikutan sakit"
Lan Xichen terkekeh melihat kelakuan Lan Qiren yang sudah posesif kepada calon cucunya padahal mereka saja belum lahir. "Baik paman. Kalau begitu Xichen undur diri dulu"
"Hn"
Ketika sampai di dalam aula, Lan Xichen tidak menemukan keberadaan Jiang Cheng. Ia kemudian pergi ke kamar mereka, siapa tau Jiang Cheng sudah kembali. Namun, lagi-lagi Lan Xichen tidak menemukan tanda-tanda keberadaan Jiang Cheng. Ia mencoba mencari di berbagai tempat, mulai dari dapur, aula utama, gazebo, bahkan keluar dermaga pun Ia masih belum menemukan Jiang Cheng. Lan Xichen terus mencari berharap Jiang Cheng tidak dalam bahaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny (Xicheng)
Fiksi PenggemarPERINGATAN! Cerita ini mengandung unsur BxB alias BL. Bagi yang Homophobic hush hush pergi jauh-jauh kalo nekat resiko ditanggung sendiri. Author hanya minjem karakter dari novel milik MXTX dan tidak mengambil keuntungan apapun, murni hanya untuk h...