Bag. 12 Unpredictable

3.1K 468 74
                                    

"Xiongshang, kami bertemu Jiang Wanyin. Kondisi, sangat buruk" ucap Lan Wangji dalam pesan.

Mendengar kata sangat buruk sontak membuat jantung Lan Xichen seakan jatuh bebas dari tempatnya. Ia bahkan sempat lupa bernapas karena menghawatirkan keadaan Jiang Cheng. Acara perjamuan pun belum selesai, Lan Xichen terus memutar otak mencari cara untuk undur diri lebih awal dan menyelinap pergi ketempat Lan Wangji.

Kekhawatiran semakin memuncak kala seekor kupu-kupu kedua datang dan menyampaikan pesan. Kupu-kupu meletup dan suara cempreng nan menggelegar Wei Wuxian pun terdengar.

"KAKAK IPAR! ZEWU JUN! XICHEN GE AH APALAH ITU TERSERAH, TOLONG KAMI. A-CHENG ITU GAWAT ITU ITU A-CHENG" ucap Wei Wuxian panik sampai isi pesannya pun jadi tak jelas.

Otak Lan Xichen mampet ditambah lagi telinganya berdenging hampir budeg gara-gara pesan tadi. Sudah tidak ada lagi ide dan waktu untuk memikirkan cara kabur. Pada akhirnya ia menggunakan strategi kepepet.

"Paman, Tuan Liu maaf bisakah saya undur diri? Sepertinya saya ada sedikit masalah perut. Jika diijinkan saya ingin ke kamar mandi sebentar"

"Oh astaga, tentu tentu saja silahkan nikmati waktumu" ucap Tuan Liu.

Setelah mengucapkan terima kasih, Lan Xichen langsung saja berjalan cepat dan hampir melupakan peraturan dilarang berlari di Yunshen Bushi Chu.

"Benar-benar masa muda. Dia mengingatkanku saat sehari sebelum pernikahanku, aku juga sempat grogi seperti itu" ujar Tuan Liu diselingi tawa.

Bukannya ke kamar mandi Lan Xichen malah menuju gerbang Yunshen. Ia mengendap-endap dan menyelinap keluar, beruntung tidak banyak penjaga gerbang karena semua sibuk mempersiapkan pernikahannya.

Lan Xichen mengendarai pedang dengan gila-gilaan, jika dibandingkan zaman modern, kecepatan Lan Xichen setara dengan kereta cepat Jepang yang melaju dengan kecepatan 320 km/jam. Kita doakan saja semoga Lan Xichen tidak menabrak burung, kan kasian burungnya.

Setibanya di kota tujuan, Lan Xichen disambut dengan pemandangan kota yang cukup kacau. Bekas pertarungan dimana-mana, beberapa murid dari gabungan sekte tergeletak tak sadarkan diri, dan beberapa mencoba menopang temannya yang terluka. Suara pertarungan masih terdengar di depannya menandakan pertarungan masih berlangsung. Lan Xichen segera mencari keberadaan Lan Wangji.

"Wangji! Kau dimana? Apa kau mendengarku?!" teriak Lan Xichen ditengah pencariannya. Kondisi kota yang cukup berkabut menyulitkan pencariannya sampai teriakan Wei Wuxian terdengar.

"Zewu Jun! Di sini!" teriak Wei Wuxian sambil melambaikan tangan. Lan Xichen segera menghampirinya.

"Adik Wei dimana Wangji? Dan... Wanyin?"

"Er...Lan Zhan sedang bertarung melawan Jiang Cheng" ucap Wei Wuxian ragu dan menunjuk ke salah satu arah. Lan Xichen mengikuti arah pandang Wei Wuxian dan seketika dunianya runtuh.

Di sana terlihat kedua orang yang berharga dalam hidupnya bertarung. Desing pedang dan cambuk yang beradu terdengar, ditambah lagi dengan gelak tawa aneh dari Jiang Cheng semakin memeriahkan pertarungan. Kini kondisi keduanya sama-sama berlumuran darah, namun berbeda dengan keadaan Jiang Cheng, Lan Wangji mendapat luka goresan pedang dan cambuk di hampir sekujur tubuhnya sedangkan Jiang Cheng hanya mendapat beberapa goresan kecil.

Walaupun demikian, kondisi Jiang Cheng tidak bisa dikatakan baik. Ia terus mengeluarkan seteguk darah disela tawa gilanya, matanya memerah, dan darah juga keluar dari ketujuh lubang. Tidak diragukan lagi, itu tanda-tanda penyimpangan qi, sangat mirip seperti keadaan Nie MingJue.

"Bagaimana... Ini bisa terjadi?" gumam Lan Xichen lemas.

Flashback beberapa jam lalu

Jiang Cheng tiba di kota Chouyan dan turun dari pedangnya. Suasana masih terbilang pagi jadi keadaan cukup berkabut, sangat berbahaya bagi penerbangan pedang. Tidak mau kejadian menabrak pohon atau atap rumah terjadi, maka sedikit berjalan tidak ada salahnya.

Destiny (Xicheng)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang