ARCA pov 20

266 26 1
                                    

Happy reading :)




lima menit sebelumnya ..



Setelah menyelesaikan belajar, Arya membaringkan tubuhnya di kasur. Arya malam ini memang berniat untuk di rumah saja sambil menunggu kedatangan orang tuanya.

Kebetulan Groves sedang tidak ada rencana kegiatan apa pun jadi yang berkumpul di basecamp hanya anggota yang bertugas menjaga basecamp saja.

Namun tiba-tiba seseorang membuka pintu kamar Arya, "Mas Arya ini mau bibi taro mana." ujar bi Imah sambil membawa piring berisi buah-buahan permintaan Arya.

Arya melihat ke arah bi Imah, "Taro di meja itu aja bi" jawab Arya sambil menunjuk meja belajarnya.

"Oh iya bi, mama sama papa udah pulang belum?" tanya Arya.

"Belum mas, mungkin sebentar lagi mereka sampe rumah. Kalo gitu bibi mau ke belakang lagi ya mas" ucap bi Imah.

"Iya bi, makasih ya bi" sambil menganggukan kepalanya bi Imah keluar dari kamar Arya kemudian menutup pintu kembali.

Arya membuka aplikasi wa dihandphonenya, melihat grup kelas yang ramai membahas ulangan yang akan mereka hadapi untuk persiapan semesteran nanti.

Kegiatan Arya yang sedang bermain handphone nya terhenti saat mendengar suara seseorang yang sedang bertengkar. Arya kemudian memutuskan untuk melihat apa yang terjadi dan ternyata itu orang tuanya yang sedang bertengkar sampai tak sadar bahwa Arya menyaksikan mereka.

Arya muak melihat pertengkaran orang tuanya, dia pun langsung bergegas masuk ke kamarnya.


Prangggggg



Arya menghempas piring yang berisi buah-buahan yang ada di atas meja belajarnya hingga jatuh ke lantai dan pecah, "Arghhhhh!!" teriak Arya frustasi lalu mengambil jaket dan kunci motornya lalu pergi keluar rumah.












"Gila, gue rasa kepala gue mau pecah!" ucap Ica sambil menaruh kepalanya di atas buku-buku yang berserakan.

Ica memang sedang belajar untuk mempersiapkan ulangan besok. Ica memang tergolong 3 besar di kelas namun untuk pelajaran Sejarah, Ica harus mempersiapkan otaknya dengan extra.

"Mending gue sambil nyemil biar fresh" ucap Ica sambil berjalan ke dapur ke tempat dia menyimpan berbagai snack kesukaannya.

Ica menghela napas panjang, "Yah udah abis lagi"

"Apa gue beli aja ya sekarang?" gumam Ica sambil melihat ke arah jam dinding rumahnya yang menunjukkan pukul 20:00 WIB.

"Ah bodo ah belum malem juga, dari pada gue mati gak nyemil." ujar Ica sambil berlari mengambil hodienya dan mengambil kunci pintu rumahnya.

Ica malam ini memang seorang diri di rumah karena Lio dan kedua orang tuanya sedang pergi ke rumah neneknya. Sebenarnya Ica diajak, hanya saja Ica tidak mau karena harus mempersiapkan diri untuk ulangan besok.

Setelah selesai membeli snack kesukaannya, Ica pergi dari supermarket tersebut dan bergegas untuk kembali pulang.

Namun saat diperjalanan, Ica melihat seperti ada sebuah motor melaju dengan kecepatan tinggi dan hampir menabrak dirinya untungnya Ica berhasil menghindar tapi motor itu menabrak sebuah pohon di pinggir jalan.

"WOIII MABOK LO!!" teriak Ica saat setelah berhasil menghindar.

"Awwww arghhh!" rintih orang dibalik helm tersebut.

"Ihh kasian juga, tapi dia mau nabrak gue. Tapi kalo dia kenapa-napa gimana?" debat Ica dengan dirinya sendiri.

Akhirnya Ica menghampiri orang tersebut, "Eh lo gak papa?" tanya Ica.

Orang tersebut membuka helmnya, "Arya?" gumam Ica.

Mata mereka saling bertemu dan Ica langsung mengerjapkan matanya, "Astaga tangan lo berdarah, sini gue bantuin" ucap Ica.

"Ckk luka lo parah" sambil menuntun Arya untuk berjalan.

"Mau kemana?" tanya Arya.

"Ke rumah gue, gak jauh kok." balas Ica.

Dari tempat tadi memang hanya sekitar lima menit untuk sampai ke rumah Ica dan sekarang mereka sudah berada di ruang tamu rumah Ica.

"Rumah lo emng sepi gini ya?" tanya Arya agar tidak canggung karena Ica sedang serius mengobati luka di tangan kirinya.

"Ayah, bunda sama Lio lagi pergi tempat nenek" jawab Ica tanpa mengalihkan pandangannya dari luka Arya.

Setelah itu tidak ada percakapan apa pun lagi antara mereka. "Udah, selesai" ucap Ica sambil tersenyum senang.

Entah kenapa hati Arya merasa hangat saat melihat senyuman Ica. Karena merasa di perhatikan Arya, Ica memalingkan wajahnya dari hadapan Arya

"Sorry" ucap Arya lirih.

"Ha?" ucap Ica bingung sambil melihat ke arah Arya.

"Tadi gue hampir nabrak lo." jelas Arya.

"Oh itu, heem gak papa" balas Ica.

"Kalo gitu gue balik dulu, makasih ya lo udah mau ngobatin luka gue." ucap Arya sambil berusaha untuk bangkit dari sofa.

Ica menganggukan kepalanya, "sama-sama, emm .. hati-hati" ucap Ica.

Arya hanya tersenyum lalu berjalan perlahan ke arah pintu, namun tiba-tiba mati lampu dan membuat keadaan di rumah Ica sangat gelap.



"Bundaaaaaaa" teriak Ica dengan suara yang gemetar.




"Ca? Lo gak papa?" panggil Arya.

"Ar please jangan balik dulu, g--gue takut sendirian kalo gelap gini." ujar Ica sambil berusaha berjalan mendekati pintu, sepertinya di luar terang bulan.

Arya masih dapat sedikit melihat Ica yang ke susahan untuk mencari jalan, "nih pegang tangan gue nanti lo nabrak lagi" ujar Arya sambil meraih tangan Ica untuk bergandengan dengan tangannya.

Ica hanya diam saja mengikuti Arya daripada Ica harus sendirian di rumah dalam keadaan gelap seperti ini.

"Wahh akhirnya, gue bisa napas juga" ujar Ica sambil melepaskan tangannya dari tangan Arya.

"Orang tua sama adek lo kapan balik?" tanya Arya.

"Harusnya sih jam segini udah pulang, paling bentar lagi. Kalo lo mau pulang, pulang aja gue gak papa kok" jawab Ica sambil duduk di lantai diteras rumahnya.

Arya malah ikut duduk disamping kiri Ica sambil memandang ke arah langit. "Gue tunggu sampe 10 menit kalo orang tua sama adek lo belum balik juga, sorry gue harus ninggalin lo sendirian disini."

Ica hanya memandang Arya cengo, tak habis pikir dengan jalan pikiran orang satu ini. "Udah gue tolongin juga lo, songong" batin Ica.

Setelah itu tak ada percakapan lagi antara mereka. Hembusan angin malam membuat mata Ica perlahan menutup karena mengantuk.

Arya kaget saat bahunya sebelah kanan tiba-tiba berat, ternyata kepala Ica tanpa sadar bersandar di bahunya. "Ca?" panggil Arya.

Tidak ada sahutan yang ada hanya denguran kecil dari Ica, yang membuat Arya menarik sudut bibirnya.




















To be continue

ARCA pov  [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang