02. Sedang Berusaha

1.1K 60 0
                                    

'Boleh jadi, kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.' (Q.S. Al-Baqarah: 216)

°__________________________°

Agam hanya terdiam membisu, lidahnya terasa kelu untuk sekadar mengeluarkan sepatah kata saja. Dirinya bimbang, hatinya masih terpenjara oleh senyuman manis gadis bernama Rina. Batinnya juga masih merasakan rasanya kekecewaan mendalam pada Keysha yang kini sudah menjadi istrinya beberapa bulan lalu.

Sebenarnya, hati kecil ustaz muda tersebut ikut merasakan sakit kala melihat cairan bening menetes membasahi wajah mulus perempuan di depannya. Ia sangat tidak sanggup bila harus melihat sang permaisuri hampir setiap hari meneteskan air mata. Namun, di sisi lain, rasa kekecewaan itu masih kentara berkuasa di dalam sanubari.

Apa yang harus dirinya perbuat? Agam sungguh bimbang saat ini. Hatinya masih mengharapkan Rina, sedangkan jauh dilubuk terdalam sana, seolah berkata untuk menurunkan ego dan memberi kesempatan kedua pada wanita di depannya.

Entah disadari atau tidak, reflek dengan perlahan pemuda yang senantiasa memasang wajah datar nan dingin tersebut menganggukkan kepalanya. Entah apa yang berada difikiran pria itu, sampai membuat lengkungan pelangi berubah menjadi lengkungan sabit pada kedua sudut bibir perempuan dihadapannya.

Langsung saja, sebagai rasa terima kasih dan terharu, Keysha menubruk tubuh jangkung sang suami antusias. Isak tangis kembali terdengar.

"M–makasih, Mas... udah mau membantu aku untuk berusaha melupakan dia," ucap Keysha samar-samar dibalik pelukan sang suami.

Lagi, Agam kembali menganggukkan kepala. "I–iya," jawabnya singkat dan gugup. Sedangkan, Keysha semakin mempererat pelukan mereka.

Cukup lama dalam keadaan tidak menguntungkan seperti ini, membuat kedua tangan yang sedari tadi menjuntai indah tersebut perlahan mulai terangkat dan Agam pun membalas pelukan istrinya, meskipun dengan gerakan ragu.

Pada akhirnya, kedua pasutri tersebut pun larut dalam pelukan hangat mereka. Saling menyalurkan kenyamanan satu sama lain, sebuah pelukan yang tulus tanpa adanya unsur paksaan lagi. Walaupun, hati kecil dari sebelah pihak seakan masih sulit untuk mulai memberikan kembali celah. Dengan penuh rasa layaknya seorang suami pada istri, dalam pelukannya, Agam mencoba untuk berlaku sebaik mungkin.

Mengecup pucuk kepala istrinya yang harum cukup lama. Berusaha menenangkan agar perempuan yang lebih pendek darinya itu berhenti menangis. Mungkin, ia harus mencoba kembali membuka hati pada Keysha. Dirinya tidak boleh terlalu berlarut dalam kenangan masa lalu bersama Rina. Gagal menikah dengan gadis yang sudah ia anggap sebagai adik sendiri, tapi setidaknya. Apa yang ia harapkan dan panjatkan setiap hari pada Sang Rabb, terkabul sudah.

"Udah, jangan nangis terus. Saya nggak tega liat kamu ngeluarin air mata. Karena, air mata kamu itu sangat berharga dibanding berlian," tukas Agam seraya mengusap jejak air mata di wajah sang istri yang sudah membanjiri ke mana-mana. Usai keduanya melepas pelukan mereka.

Si empu pun mengerucutkan bibirnya menahan kesal. Tangannya reflek mencubit perut lelaki di depannya itu, membuat lenguhan keluar bebas dari bibir tersebut.

"Kok, dicubit sih?" protes si empu tak terima. Tangannya sibuk mengusap-ngusap perutnya yang kini terasa perih dibalik pakaian yang ia kenakan. Wajah itu tampak mengaduh menahan sakit.

Antara Dua Hati (SEASON 2 CTN)√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang