11. Cerai!

1.4K 58 1
                                    

“Begitu sesakit ini ‘kah, mencintai seseorang. Namun, tidak mendapat restu dari orang tuanya?”
~K.N.R.A~


📚____________^^


Suara tangis begitu terdengar jelas memenuhi lorong rumah sakit. Di sana, di salah satu kursi tunggu terlihat beberapa orang pria dan wanita tengah berkerumun, wajah-wajah memperlihatkan raut gelisah sekaligus sedih. Sebab, menunggu kabar dari dalam sana yang di mana orang yang mereka sayangi tengah ditangani oleh pihak medis.

Pintu bertuliskan UGD tersebut sedari tadi tidak pernah luput dari pengawasan gadis yang sudah banjir air mata–Keysha. Kecemasan memenuhi diri gadis itu, pikirannya sudah melayang jauh berasumsi yang tidak-tidak dan belum tentu terjadi. Entahlah, mungkin setiap orang ketika tengah dilanda kecemasan maka isi otaknya akan langsung berfikiran negatif, ya, atau tidak?

Semoga saja, tidak terjadi sesuatu yang buruk kepada pria di dalam sana. Jika saja itu sampai terjadi, Keysha tidak akan memaafkan dirinya sendiri. Selain kecemasan, rasa bersalah pun mengusik jiwanya. Mau bagaimana juga, ialah penyebab dari terjadinya semua masalah ini. Baik dikeluarkannya Azof dari pesantren dan sekarang ... sang suami yang masuk rumah sakit.

Ada apa dengan dirinya? Mengapa orang-orang yang ia sayangi mengalami nasib buruk begitu menjalin hubungan dengan dirinya? Apakah mungkin, ia pembawa sial?

“Agam ....” Itu adalah suara tangisan bunda Zainab.

Wanita itu begitu terlihat kacau dan sangat syok. Sedari tadi, air mata terus membasahi wajah yang senantiasa memberikan keceriaan tersebut. Kini, senyum itu telah pudar, terganti oleh isak pilu. Kesedihan amat kentara terlihat di wajahnya, membuat fokus Keysha berpaling menjadi melihat sang mertua yang duduk di kursi sana bersama dengan seorang gadis yang senantiasa memberikan kekuatan untuk mertuanya itu.

Pastinya, bukan Keysha dan juga bukan Rina, melainkan, Laila. Gadis itulah yang dari tadi terus berada di samping bunda Zainab. Merangkulnya, mengusap-ngusap lengan wanita tersebut berusaha memberikan kekuatan dan ketenangan.

“Umi yang sabar, ya? InsyaAllah, a’ Agam bakal baik-baik aja, ya?” ucap Laila berusaha menyemangati, seraya tersenyum. Meskipun, dirinya juga sama halnya seperti wanita yang berada di rangkulannya kini. Begitu sedih dan masih tidak percaya dengan apa yang terjadi. Bahkan, tanpa terasa bulir bening itu lolos begitu saja dari celah matanya.

Bunda Zainab pun hanya bisa terdiam sembari terus menangis tergugu, mulutnya secara samar melafazkan nama sang putra, terus menerus. Hati seorang ibu mana yang tidak terluka juga sedih, tatkala anak kesayangannya mengalami musibah? Apalagi, sampai harus masuk rumah sakit.

Keysha yang dari tadi terus mengamati mertuanya itu, seakan hatinya tercubit. Rasa bersalah kian meluas di pada benak gadis remaja tersebut. Ini adalah salahnya, begitu banyak orang yang sudah ia buat sedih bahkan sampai harus ditangani oleh dokter, gara-gara dirinya. Bahkan, seorang ibu secara tak langsung sudah Keysha sakiti juga, sebab anaknya sampai saat ini masih belum mendapat angin sejuk dari para dokter.

Rina yang sejak awal berdiri di samping sahabatnya, berusaha untuk menguatkan meskipun dirinya juga ikut sedih, merangkul pundak Keysha dan mengusapnya. Kedua gadis tersebut berdiri begitu tepat di depan pintu UGD. Sama halnya, Rina juga menangis, bahkan matanya sudah memerah.

Tanpa peduli akan kehadiran, Rina di sampingnya, Keysha pun mulai melangkahkan kaki mendekati sang ibu mertua dengan langkah pelan. Membuat rangkulan itu terlepas, kakinya terus melangkah maju beberapa meter dengan berlinang air mata.

Antara Dua Hati (SEASON 2 CTN)√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang