09. Penyesalan

1K 41 10
                                    

"Jika, anggota tubuh lain terluka maka bisa disembuhkan dengan cara diobati. Namun, jika hati yang terluka? Memulihkannya, butuh waktu yang lama."
~Ra~
°______________________°

"Dasar suami nggak tau diri!"

Bugh!

"Bajingan!"

Bugh!

Dan terus, Azof memberikan serangannya. Pria berkacamata itu menghajar sang lawan seperti kesetanan. Tidak meberikan lawannya untuk melawan sedikitpun.

Sedangkan, Agam yang tidak tahu apa-apa terus berusaha menghindari pukulan yang diberikan oleh Azof. Sesekali, ah, tidak. Tepatnya tak jarang dirinya terkena pukulan pria di depannya yang benar-benar sudah dikuasi oleh amarah bergelora.

Agam yang tadinya berada dalam posisi setengah berbaring di tanah dan terus mendapatkan pukulan tanpa ampun dari Azof, berusaha bangkit. Sampai akhirnya ia menemukan celah dan langsung saja, memberikan bogeman mentah pada wajah Azof.

Membuat lelaki itu termundur dari hadapannya. Azof yang mendapat serangan tak terduga itu pun lantas memundurkan langkah kaki. Dengan nafas memburu ia menatap tajam layaknya elang ke arah pria yang kini sudah berdiri meski kesusahan dan sesekali merintih.

Tangannya menyentuh sebelah sudut bibirnya, membuat ringisan lirih terdengar. Kemudian ditariknya kembali tangan tersebut yang ternyata terdapat darah. Ah, sial! Bibirnya terkena pukulan pria kurang ajar itu.

"Shit!" umpat Azof dan tanpa memedulikan apa-apa lagi, pemuda tersebut kembali menyerang Agam dengan letupan emosi yang bertambah.

Tentunya, kali ini Agam yang sudah babak belur dibeberapa bagian wajahnya tidak akan tinggal diam. Sehingga, perkelahian pun kembali terjadi dan lebih sengit lagi. Pekikan para santriwati yang melihat kejadian tersebut juga ikut serta menambah panasnya suasana.

Para santri-santri baik ikhwan maupun akhwat sama-sama berkerumun melihat adegan adu jotos di depan mereka secara langsung. Bahkan, terdapat segelintir santri ikhwan yang terlihat begitu antusias dengan perkelahian ustaz mereka melawan santrinya.

"Ayo, ustaz Agam! Ustaz pasti bisa!"

"Kang Azof, ayo terus hajar!"

"Yakin ini mah, kang Azof yang menang."

"Sok tau kamu, udah pasti ustaz Agam lah!"

"Kang Azof!"

"Ustaz Agam!"

"Bacot, kalian!"

Begitulah kira-kira suasana adu mulut yang saling membela jagoan mereka di kerumunan santri ikhwan. Sorak-sorai kian menggema tatkala Azof kembali tersungkur. Namun, tidak lama pria itu bangkit lagi dan dengan penuh amarah langsung melayangkan pukulan, menghajar sang ustaz bertubi-tubi.

"Ya, Allah kenapa jadi gini?" monolog seorang perempuan diantara kerumunan di sana.

Wajahnya begitu panik sekaligus cemas, melihat dua orang pria yang tengah baku hantam di depan sana. Tak henti-hentinya ia menggigit bibir bawahnya. Apakah tidak ada seorang pun yang berniat memisahkan?

Dirinya sebenarnya ingin memisahkan kedua laki-laki itu, akan tetapi nyalinya tidak sebesar itu. Ia begitu takut, apalagi keduanya sama-sama sudah tersulut emosi. Sampai akhirnya tanpa terasa, kristal bening kembali tumpah dari tempatnya.

"Bang Azof, Mas Agam! Udah!" pekiknya ditengah kerumunan.

Bagaimana mungkin dari sekian banyak orang tidak ada satupun yang berniat memisahkan? Mereka justru malah terlihat semakin menambah panasnya keadaan.

Antara Dua Hati (SEASON 2 CTN)√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang