12. Luka

973 47 4
                                    

“Mencintai kamu memang hanya perlu waktu tujuh hari, tapi untuk melupakanmu? Harus butuh waktu berapa hari lagi, Bang ...?” 

~K.N.R.A~

_______________📚

Tanpa terasa, sang mentari sudah mulai tergelincir ke arah barat. Menandakan telah usainya tugas di hari yang cukup berat ini bagi sebagian orang. Sang senja berwarna oranye seakan-akan dilahap oleh pegunungan, terlihat begitu indah.

Sekelebat memori kembali hadir, mengingatkan akan perkataan seseorang dahulu pada seorang gadis yang tengah dirundung duka, kini.

“Kamu tau nggak, kenapa aku suka banget liatin senja pas kita nggak ketemu?” tanya seorang lelaki kala itu seraya berdiri tegap memandang mentari di bibir pantai yang mulai tenggelam.

Gadis yang membersamai dirinya pun menggeleng, dengan beberapa helai rambut yang beterbangan tertiup angin, gadis berkumis tipis itu menjawab, “enggak. Emang alasannya apa?”

“Karena, dengan aku melihat senja, seakan itu adalah kamu,” jawab si pria seraya menolehkan pandangannya pada gadis yang tepat berdiri di samping kirinya. Usai dirinya menyelesaikan kalimat tadi.

Helaan nafas berat dihembuskan oleh gadis berjilbab itu, senyuman tipis terbit di kedua sudut bibirnya. Seandainya, waktu dapat kembali terulang, ia ingin kembali pada pujaan hatinya. Bukan seperti ini.

Ternyata benar, ‘terkadang yang memberikan luka, justru dialah yang paling mencintai kita.’ Dan sekarang, semua kenangan itu hanyalah tinggal kenangan. Si pemberi luka yang membuatnya merindukan kembali sosok tersebut. Hanya dia lah yang dapat memberikan kebahagiaan untuknya, memberikan ketenangan, memberikan yang tidak bisa orang lain berikan padanya. Ia ... merindukan pria itu. Masih pantas ‘kah?

“Cha!”

Satu tepukan di pundaknya, membuat Keysha tersadar dari lamunan. Lantas, cepat-cepat dirinya menyeka air mata yang tanpa disadari kembali keluar.

“Iya, Rin,” balasnya usai membalikkan badan seraya tersenyum.

“Enggak denger? Udah azan loh, salat magrib, yuk!” papar Rina.

Masih disertai senyuman, gadis yang kini membelakangi pegar pembatas balkon kamarnya itu mengangguk. “Iya.”

“Cha.” Rina berucap seraya memegang lengan atas sang sahabat. “kamu kenapa?” Lanjutnya, bertanya.

“Enggak, kok, aku nggak kenapa-kenapa.”

“Beneran?”

“Beneran, Rina ... udah deh, tadi katanya ngajakin salat. Yuk! Nanti telat,” tukasnya kembali.

Setelahnya, kedua sahabat yang kembali akur itu pun mulai melenggang meninggalkan balkon. Tak lupa, Keysha kembali menutup pintu penghubung antara kamar dan balkon.

Iya, dirinya memang sudah kembali ke pondok. Sebenarnya jika menuruti kata hati, Keysha tidak ingin pulang. Ia ingin menunggu suaminya di rumah sakit, sampai pria itu sadar. Namun, mau bagaimana lagi? Ia sudah harus bersiap-siap membereskan barang-barangnya. Sebab, surai perceraian antara ia dan sang suami tengah diurus oleh pengacara keluarga mertuanya.

Antara Dua Hati (SEASON 2 CTN)√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang