14. Tak Bisa Bersama

960 45 2
                                    

“Seperti layaknya sebuah lagu milik Cakra Khan. ‘Kau dan aku tak bisa bersama bagai syair lagu tak berirama.' Itulah kita.”
~RA~

.

.

.

📚_________________📚

Posisi kedua insan tersebut sampai saat ini masih dalam keadaan tetap, membuat detak jantung masing-masing berdetak di atas abnormal. Keysha sendiri pun seakan masih linglung dan tidak percaya terhadap apa yang tengah dihadapinya.

Suaminya memeluk dirinya? Menciumnya? Bahkan ... setelah konflik yang terjadi hari kemarin, pria itu duluan meminta maaf bahkan, sampai memohon.

Mata Keysha bergerak seakan terusik, tatkala merasakan benda kenyal menyentuh kelopak matanya, membuat gadis tersebut perlahan membuka mata. Seketika, nafas Keysha seperti berhenti begitu pula dengan waktu. Tatapan mata sipit yang meneduhkan dan hangat itu tengah memperhatikan dirinya dengan ekspresi aneh menurut, Keysha.

“Kenapa, bengong?”

Cup!

Cup!

Dan lagi, pria itu kembali mencium kelopak matanya, membuat Keysha semakin tak berkutik. Bahkan, gadis itu seperti terlihat bodoh. Kekehan kecil tiba-tiba keluar dari bibir berwarna pucat milik sang suami.

Detik berikutnya, Keysha pun mulai tersadar dan sesegera mungkin dirinya kembali menormalkan posisi mereka meski, dengan raut wajah canggungnya. Apalagi, saat melirik ke arah samping kanan, tepat di mana sang bunda mertua berdiri. Kelihatannya wanita itu tidak kalah kagetnya dengan Keysha.

Lalu, bola mata itu beralih melirik ke arah depan, di mana Laila berada dan gadis tersebut kini sedang menatapnya dengan pandangan sulit diartikan. Namun, lain halnya lagi dengan Rina juga tunangannya, kedua manusia yang berdiri tidak jauh di sana justru malah tersenyum tak jelas. Entahlah, apa penyebabnya, Keysha sendiri bingung dan ia sangat malu.

“A’ Agam, alhamdulillah ... akhirnya, A’a bangun juga,” tukas Laila begitu antusias dan hanya dibalas oleh sang empu dengan senyum tipisnya.

“Sayang, alhamdulillah, anak Bunda nu pang kasep na sadar,” ucap Zainab tersenyum ke arah sang putra.

“Iya, Bun. Agam ‘kan nggak kenapa-kenapa,” balas pria itu meski dengan nada bicara yang lemah.

“Kamu mah, kalau nggak kenapa-kenapa, atuh da nggak mungkin sampe pingsan terus di bawa ke rumah sakit dan sadarnya baru sekarang,” omel Zainab pada putranya itu.

“Agam, nggak kenapa-kenapa, Bun. Mungkin lagi naas, aja.”

“Seandainya nggak ada kejadian keributan kemarin, mungkin kamu masih sehat.” Lagi-lagi, Zainab kembali menimpali perkataan putranya dengan ekspresi cemas. Sedangkan, Agam hanya membalasnya dengan senyuman.

Tapi, berbeda dengan menantu dari keluarga kiyai Amar. Ia langsung menundukkan wajahnya, guratan penuh akan rasa salah begitu terlihat di wajah itu. Hatinya mendadak nyeri tatkala bunda mertuanya kembali menyinggung tragedi kemarin. Benar apa yang di ucapkan bunda mertuanya itu, seandainya tidak ada kejadian keributan kemarin, mungkin anak lelaki satu-satunya dari keluarga mereka tidak terbaring di rumah sakit seperti saat ini.

Antara Dua Hati (SEASON 2 CTN)√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang