"Ada tiga hal yang tidak bisa diulang yaitu masa lalu, kehidupan, dan kenangan."
~BUMI DRAMA~
📌
Sudah berbulan-bulan lamanya kehidupan seorang ustaz muda itu tampak datar layaknya air di danau. Sama sekali tidak ada arus di hidupnya, hari-harinya ia jalani dengan keheningan dan menyendiri, meski lingkungan sekitar begitu banyak lalu lalang baik para santri dan ustaz, ustazah serta penghuni pondok lainnya.
Namun, bagi Agam ia kini hidup sendiri, tidak ada lagi hal menarik di hidupnya usai perpisahan dengan sang istri dan gagalnya lamaran dirinya juga Laila yang berujung rasa kecewa mendalam terhadap sang umi. Perasaannya amat hancur, tidak pernah Agam duga dan berfikir sejauh itu bahwa sang umi akan melakukan hal sekejam itu padanya.
Kecewa? Sudah pasti. Amarah? Jangan ditanya! Namun, mau bagaimana pun juga dirinya tidak bisa berlarut-larut dalam kekecewaan terhadap seorang manusia yang rela bertaruh nyawa demi kehadirannya di dunia, Agam masih takut akan tangisan luka dari seorang ibu karena anaknya dan berakhir azab Allah untuk dirinya.
Hari ini tampak pria tersebut dengan setelan baju koko berwarna hitam bagian lengan yang digulung dan sarung dengan warna senada tanpa peci, tengah mengajar di kelas. Memberikan materi pembelajaran dari sebuah kitab kuning ‘Safinatunajah.’
“Kita lanjutkan dulu keterangan dari bab faslun wayangqidul wudu'a atau pasal yang menerangkan perkara yang merusak wudu yang minggu lalu sudah kita artikan. Jadi, Ustaz kali ini bakal bacain ulang,” jelas Agam pada santri-santrinya yang mana di isi oleh para santri putra.
“Na'am, Ustaz!” jawab serempak para santri putra di sana.
Agam lantas berdiri dari kursi guru dan berjalan perlahan tepat di depan seluruh santrinya dengan sebuah kitab berwarna hijau yang laki-laki itu genggam.
“Bismillahirrahmanirrahim. Pasal yang merusak wudu antara lain, perkara yang keluar dari dua jalan, kecuali m*ni dan menyentuh kub*lnya manusia atau memegang lubang dub*r dengan telapak tangan tanpa penghalang. Dan memegang kulit perempuan yang sudah dewasa dan hilangnya akal. Tidak batal tidurnya orang duduk yang menetapkan posisi duduknya. Nah, jadi—“
Dengan lugas dan pembawaan yang santai, ustaz muda itu pun mulai menjelaskan setiap kata dari arti yang sudah para santrinya tulis pekan lalu secara rinci dan detail. Bahkan, sesekali celetukan pembawa gelak tawa tertoreh dari mulutnya.
Meski hati masih dalam keadaan lara, akan tetapi Agam harus bisa profesional dalam pekerjaan, bukan?
***
Sekitar dua jam lamanya ia berada dalam ruangan dan memberikan materi juga penjelasan kepada para santri putra akhirnya berakhir dan langsung di tutup olehnya dengan mengucapkan hamdalah tak lupa membaca doa kemudian salam. Setelah itu, Agam pun undur diri untuk keluar dan pelajaran selanjutnya akan diberikan oleh ustaz yang lain.
Memang, santri putra dan putri kelasnya sengaja di pisah sebagai pembeda. Jadi, tak heran jika kelas yang Agam ajar keseluruhannya diisi oleh para laki-laki.
Berjalan seraya memegang kitab yang dirinya bawa mengajar tadi, Agam terus melangkah dan sesekali melempar senyum kala beberapa santri berpapasan dengannya, walau dengan hati yang belum kunjung membaik.
Sekuat mungkin, Agam berusaha untuk bangkit dan mencoba melupakan yang telah lalu meski kenyataannya, semakin ia ingin melupa ingatan itu semakin kentara menghinggap di kepala dan jiwa. Lelah? Itulah yang dirinya rasakan. Dan, untuk membuat usahanya berhasil Agam sengaja menambah kesibukan terlebih kini sudah akhir semester dan akan memulai pembelajaran baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antara Dua Hati (SEASON 2 CTN)√
Teen FictionSEASONS 01 https://www.wattpad.com/story/258384567?utm_source=android&utm_medium=link&utm_content=story_info&wp_page=story_details_button&wp_uname=Rahayufajriah01&wp_originator=MrYFLs664%2FcESyswXxD6XtOIX1YkSgnzWiQy9Bfd5n6n5gizuN7qxTqgG9Ym0N80jm0p1G...