10. Hukuman

809 40 5
                                    

'Demi lo, gue rela menerima hukuman ini. Semoga, setelahnya lo baik-baik aja, ya, dan nggak akan ada kesedihan lagi juga air mata.'
~A~
°____________________°

Berbekalkan kotak P3K digenggaman, perempuan yang sudah nyaman memakai gamis dalam kesehariannya itu melangkahkan kaki jenjangnya mencari seseorang. Sepanjang jalan, desas-desus kurang enak acap kali tertangkap oleh pendengaran.

Ada yang berbisik mengatakan dirinya perempuan tidak tahu diri, pengadu domba, centil, keganjenan, dan lain sebagainya. Mungkin karena mereka hanya melihat perkelahian tadi, tanpa mengetahui kejadian yang sebenarnya terjadi.

"Huft...."

Tidak masalah, mau orang berkata apa pun padanya dan mengatai dirinya aneh-aneh yang terpenting ia tidak seperti yang mereka katakan dan bicarakan. Meskipun terdapat segumpal darah di dalam sana merasakan nyeri tatkala pendengaran kembali menangkap pembicaraan para santriwati mengenai dirinya.

Walaupun seorang santri, ketahuilah tidak semua santri dapat menjaga perkataan mereka. Masih begitu banyak di antara mereka yang belum bisa mengendalikan diri, baik dalam meng-ghibah dan lainnya. Karena, santri itu diibaratkan sebuah kendaraan yang rusak kemudian dimasukkan ke dalam bengkel untuk dibenarkan.

Setelah kendaraan itu bagus dan dipulangkan kepada pemiliknya, apakah akan benar-benar bagus? Tentu tidak. Sebab, di dunia ini tidak ada yang sempurna. Sama halnya dengan santri, mereka juga manusia memiliki kekurangan dan kelebihan. Jadi, jangan memukul sama rata antara santri yang satu dan lainnya. Karena mereka berbeda.

Langkah kaki Keysha terhenti beberapa meter dari bangku taman. Ya, dirinya tengah berada di taman saat ini. Entahlah, filingnya mengatakan bahwa pria itu ada di sini dan... benar bukan? Orang yang ia cari tengah duduk sendiri di kursi taman bercat putih itu.

Perlahan, ia kembali mengayun kakinya mendekati pria tersebut. Semoga saja, laki-laki itu baik-baik saja. Mau bagaimanapun juga, perkelahian itu terjadi karena dirinya, sebab ialah Azof berani memukul Agam–suaminya.

"Bang!"

Si empu menolehkan wajahnya pada gadis yang sudah duduk manis disampingnya kini.

"Kenapa, belum diobatin?" tanya gadis tersebut.

Seulas senyum tipis nan manis terbit dari bibir lebam laki-laki itu. Walau wajahnya terdapat beberapa bekas pukulan, akan tetapi hal tersebut tidak mengurangi kadar ketampanannya. Justru, pria itu malah semakin terlihat menawan dan sedikit terkesan bad.

"Gue nggak kenapa-kenapa. Enggak perlu diobatin segala, cuma luka kecil ini," tukasnya begitu santai.

Keysha berdecak sebal. Selalu seperti ini, mengapa ada orang yang kelewat santai di muka bumi ini? Tidak apa-apa katanya? Wajah sudah seperti adonan perkedel masih dibilang tidak apa-apa? Huh!

"Luka kecil juga kalau dibiarin bakal tambah gede. Emang mau, itu muka jadi jelek?" balas Keysha kesal.

Azof pun terkekeh pelan dan sempat meringis karena kembali merasakan ngilu pada luka di bibirnya. Pria tersebut mengacak gemas jilbab yang Keysha kenakan, membuat si empu protes dan mendumel tidak jelas.

"Dasar nyebelin!"

"Asal lo tau, walaupun muka gue bonyok, tapi itu nggak akan mengurangi kadar ketampanan seorang Azof! Paham?" paparnya begitu PD membuat Keysha kembali berdecak.

Antara Dua Hati (SEASON 2 CTN)√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang