3. ' HEART '

1.7K 137 8
                                    

Ana berusaha untuk berjalan biasa saja, ia menahan nyeri yang berada di ulu hatinya. Semua orang yang berada dikoridor menatap Ana dengn tatapan bertanya. Ana berusaha untuk tersenyum, hingga pentolan IPS'3 menghampirinya. Airlingga Pratama ata kerap disapa Lingga, kini mencegatnya dibelakangnya terdapat 3 temannya. Felix Dirgantara atau kerap disapa Felix, Zhellan Saputra atau kerap disapa Zhellan, Efrano Aditomo atau kerap disapa Efran.

Ana menelan air liurnya dengan kasar, keempatnya menatapnya dengan tatapan mengintimidasi. Hingga suara berat Felix, membuat ia terdiam kaku. "Lo abis digebukin?" mata Ana bergerak kesana-kemari berusaha mencari alasan, ia menggigit bibir bawahnya karena gugup.

"E-eng-enggak kok! Kenapa kamu beramsumsi kalau aku abis digebukin?!"

"Lengan, wajah, jalan, dan tangan yang megangin perut lo, itu menjawab semuanya bodoh!" sahut Lingga, Ana melihat lengannya. Oh tidak! Darah mengalir dengan deras diarea lengannya. Ia menatap sekitar yang tak ia sadari sudah sepi, ia melihat kearah jam yang menunjukkan pukul 07.30 pantas saja, bel sudah berbunyi sedari tadi.

"ANA!!!" panggil ketiga sahabatnya, Ana menoleh kebelakang. Mendapati ketiga sahabatnya yang memasang wajah dingin.

"Kenapa lo gak bilang kalau lo dipukulin Ayah lo habis-habisan?!" tanya Dion marah, Ana menelan air liurnya kasar. Tatapan keenam cowo ini mengintimidasinya, Lingga menatap Dion. "Kita bawa dia ke warung Bu Endang, kalau disini bisa ketauan bolos!"

***

WARUNG BU ENDANG BERADA...

"Kenapa lo gak bilang kalau lo dipukulin Ayah lo?" tanya Tunjung, Ana menatap ketiga sahabatnya dengan tatapan bingung.

"Kalian tau darimana?"

"Gue ngikutin lo, dari lo yang mampir restoran Langit yang narik lo dan buat lo nabrak OB dan membuat kekacauan disana. Sampe lo pulang, gue liat dengan jelas walau dari jauh. Kalau lo digebukin sama Ayah lo! Kenapa lo gak bilang sama kita?!" ucap Kasa, Ana terdiam cukup lama. Sedetik kemudian Ana membuka suara yang membuat ketiga sahabatnya kecewa mendengar penuturan Ana.

"Buat apa aku ngasih tau kalian. Toh kalian juga gak bisa nolongin aku, beban aku doang yang keangkat. Tapi kalian gak bisa tolong," ketiganya berdiri meninggalkan Ana dengan kecewa. Begitu juga Lingga dengan ketiga temannya menatap Ana kecewa. Felix memegang telapak tangan Ana, mengelusnya dengan pelan.

"Seenggaknya lo cerita, biar kita bisa tau. Sahabat lo juga tau, kali aja kita bisa bantuin lo," ucap Felix dengan lembut. Hal itu membuat ketiga sahabatnya melongo, FELIX YANG DINGIN, BERBICARA PANJANG LEBAR DAN BERSIKAP LEMBUT DENGAN PEREMPUAN?! DAEBAK!!! INI MOMEN SANGAT LANGKA!!!

"Lo gak sakit kan?" tanya Zhellan, Felix sontak melepaskan tangannya. Lingga menatap Ana, sedangkan yang ditatap hanya menundukkan kepalanya.

"Perut lo kenapa?" tanya Lingga, karena sedari tadi Ana memengangi perutnya. Wajah gadis itu juga terlihat pucat.

"Gak tau," jawab Ana lirih. Efran menatap Ana dengan tatapan menyelidik.

"Lo laper? Perut lo sakit?" bukannya menjawab Ana malah berdiri, berjalan entah mau kemana dengan langkah tertatih-tatih. Hingga tiba-tiba saja Ana terjatuh hal itu membuat keempat cowok tersebut berteriak.

"ANA!!!" keempatnya mendekati Ana, dan betapa terkejutnya mereka ketika mengetahui Ana yang pingsan dengan hidung yang mengalir darah.

...

"Apakah kalian keluarga pasien?" tanya dokter muda ber—name tag 'Bram', sontak keempat cowok tersebut bangkit dari duduknya.

"Bukan, gimana kondisi Ana?!" tanya mereka panik, Bram menatap keempatnya dengan tatapan serius.

HEART  (REMAKE) || END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang