Jennie, Airin, Aslan, dan lainnya tengah menunggu keadaan Ana. Gadis itu membuat semuanya panik. Rina dan Stevi datang dengan nafas yang terburu-buru begitu juga dengan raut wajah mereka yang sangat panik.
Rina mengetahui ini dari Stevi, semuanya terkejut dengan kedatangan Stevi dan juga wanita yang mereka yakini adalah Mamah Ana.
"Gimana keadaan Ana?" tanya Rina panik, Aslan menyuruh Rina untuk tenang dan duduk terlebih dahulu. Rina menurutinya, ia sangat terkejut saat mendapat kabar Ana yang dilarikan ke rumah sakit akibat didorong dengan putri nya sendiri.
"Dia lagi dioperasi Tan, kondisi nya kritis. Begitu juga dengan penyakit nya yang butuh segera di operasi. Kebe—"
"Operasi?" tanya Rina memiting ucapan Aslan. Pria itu mengerutkan keningnya, jadi benar Ana tidak memberitahu orang tuanya.
"Dia sakit kanker hati stadium akhir, sama ginjal."
Deg. Tubuh Rina seketika melemas. Ia terkejut dengan penuturan Aslan. Stevi yang berada di sebelahnya, mengelus punggung Rina. Gadis itu juga tak kalah terkejut.
"Kok bisa?" tanya Stevi sedikit nge- blank. Felix terkekeh sinis.
"Makanya, jangan taunya bully doang!" ucapan Felix begitu menohok Stevi. Ia terdiam, Rina menatap Stevi.
"Kamu bully Ana?"
"Iya Tante! Dia nge bully Ana! Karena percaya dengan berita fitnah itu!" ucap Zhellan, mereka semua menatap Stevi.
"M-maaf mah," ucap Stevi lirih. Ia memainkan jari-jarinya dibawah sana.
"A-aku di suruh sama Ina," lanjut Stevi. Efran kini berbicara.
"Terus? Lo disuruh mau aja?"
"Sudah, sudah!" lerai Rina. Ia terdiam, dalam hati ia merapalkan do'a agar anaknya selamat.
Tak lama dokter keluar, membuat mereka mendekati Alex. Pria itu menghela nafas. "Untung pendonor datang lebih awal sebelum Ana," ucap Alex membuat mereka mengerutkan keningnya.
"Siapa pendonor itu?" tanya Zhellan saat merasakan perasaan nya tak enak.
"Airlingga Pratama, dia teman Ana."
***
Ana membuka matanya perlahan, hal yang ia lihat pertama adalah Lingga yang tertidur di brankar sebelahnya. Lingga menengok, keduanya saling melemparkan senyum.
"Hai!" sapa Lingga dengan riang. Ana tersenyum tipis.
"Bye!" ucap Lingga dengan riang.
"Gue sayang sama lo An! Gue jagain lo dari atas ya! Bahagia terus!"
"J-jangan p-pergi Lingga. Kalau lo pergi gue ikut," ucap Ana. Lingga menggeleng, hingga akhirnya Ana tak kuat kembali menutup mata.
"Bahagia selalu An, gue sayang sama lo!"
***
Isakan tangis mengiringi pemakaman, mereka semua merenungi semua yang terjadi. Rina hanya diam, menatap nisan granit yang menampilkan nama anaknya.
Tak ada tangis dari wanita itu, ini semua benar-benar cepat. Ia belum membahagiakan anaknya seperti anak-anak yang lain, belum pernah berbincang kecil dengan anaknya.
Yang kemarin ia temui bukan Ana, Ana yang dulu sudah hilang kemarin. Ia terduduk, meremas tanah kuburan yang masih baru itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEART (REMAKE) || END
Teen Fiction(FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!!!) -------------------------------- #Heart series 1 Gadis cantik yang dibully karena dituduh ingin membunuh adik yang sekaligus adik kembarannya sendiri. Tidak ada satupun yang peduli. Semuanya malah semakin menyiksan...