20. ' HEART '

2.1K 109 5
                                    

Semua mata tertuju ke Ana. Gadis itu datang dengan pakaian santai, memang hari ini kelas sedang jam kosong. Namun, kegilaan Ana yang datang mengenakan pakaian santai membuat semuanya terkejut.

Diikuti oleh Jennie dan Airin, ketiga berjalan sangat santai. "Ini gila sih, tapi gue suka!"  ucap Airin, lalu kembali melangkahkan kakinya.

Pakaian mereka memang tampak sederhana, namun sangat cantik saat digunakan. Apalagi Ana, kecantikan gadis itu bertambah berkali-kali lipat.

Bisikan-bisikan dari berbagai komentar terdengar di telinga Ana. Ana menatap penghuni koridor sekolah dengan tatapan tajam dan menusuk. Membuat semuanya menundukkan kepalanya.

"Dasar murid gak tau sopan santun!" ucap Pak Wahyu. Membuat ketiganya memberhentikan langkahnya. Mereka menatap Pak Wahyu datar.

"Bapak mau saya pecat?" tanya Ana yang membuat Pak Wahyu menelan air liurnya kasar.

Ana kembali berjalan diikuti Jennie dan Airin menuju ruang kepala sekolah. Sesampainya disana, terlihat kakek nenek nya alias orang tua dari Rina. Jika kalian bertanya dimana orang tua Sigit, orang tua pria itu sudah meninggal.

"Aduh, cucuku yang paling cantik!!!" seru Serin— neneknya. "Udah lama gak ketemu kamu makin cantik An!!!" ucap Gino— kakeknya. Ana hanya membalasnya dengan senyum tipis.

Ana duduk sedikit jauh dari semua orang disitu. Ia memilih menarik kursi lipat, dan duduk di dekat meja.

"Sini!"  ucap Sigit pelan, namun sedikit penuh penekanan.

"Cepet ngomong, waktu gue gak banyak!" ucap Ana ketus. Serin dan Gino tidak terkejut akan hal itu. Mereka sudah mengetahui perubahan Ana dari salah satu bodyguard yang diutus menjaga Ana dari jauh.

"Pertama kami akan memberikan hak nama sekolah ini ke Ana. Karena gadis itu berhak, dan juga Ana memilih untuk mengikuti anak saya Rina."

"Jadi delapan puluh persen harta dan warisan akan diberikan ke Ana. Sepuluh persen ke Rey dan sepuluh persen untuk Ina."

"Kalian bisa baca surat ini, disan sudah terpampang jelas. Bagian-bagian kalian masing-masing." Terang Gino lalu memberikan kertas ke Ana, Ina, dan Rey.

Ketiganya membuka kertas itu, Ina dan Rey yang melihat bagian-bagian mereka pun langsung menatap Gino tak terima.

"Kek ini doang?!" protes Rey dan Ina. Gino terkekeh, ia lalu memajukan sedikit badannya.

"Daripada kalian kakek kasih lebih terus di kasih lagi ke Mami baru kalian. Lebih baik kakek kasih ke Ana. Cucu kesayangan kakek," tekan Gino di tiga kata terakhir.

"Berarti kita bukan cucu kesayangan kakek?" tanya Ina tak percaya.  Serin menatap Ina sedikit kesal, gadis itu bisa sekali membuat drama.

"Pertama kami gak akan beri harta warisan kami ke kamu yang notabennya adalah seorang gadis yang menyedihkan. Menghancurkan hidup orang lain untuk kebahagiaan yang ingin dirasakan orang yang kamu buat hancur."

"Kedua, nenek dan kakek gak mau punya cucu kasar. Rina pasti gak bakalan ngajarin hal kayak gitu."

Ucapan Siren membuat Ina panik. Wajahnya memucat, Siren mengetahui keburukannya? Kejahatan nya? Ia menautkan jari-jarinya erat.

"Kenapa lo? Nahan berak?"  tanya Ana dengan nada meledek. Sedangkan Ina menatapnya tajam.

"Lo ngajak ribut?"  tanya Ina. Sedangkan Ana bersidekap dada.

"Lo mau mati? Dengan gue ungkap sebenarnya juga lo mati! Inget, yang berada di pihak gue juga banyak asal lo tahu!" ucap Ana yang membuat Ina semakin takut.

HEART  (REMAKE) || END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang