22. ' HEART '

1.8K 112 0
                                    

PLAK!!!

"Kamu apakan Kakek Gino?"   tanya Sigit setelah menampar pipi Ana dengan kencang. Gadis itu terkekeh sinis, lalu menatap tajam Sigit.

"Gak gue apa-apain," ucap Ana santai. Sigit lagi lagi melayangkan tamparannya.

PLAK!!!

"GUE GAK APA-APAIN DIA BANGSAT!" bentak Ana, membuat Sigit sedikit tersentak. Napas Ana memburu, ia berbalik badan.

Mengepalkan tangannya dibawah sana dengan kuat. Ia melewati Rey, Langit, Tunjung, Dion, Kasa dan juga Ina.

Ina mengejar Ana lalu menarik tangan kakaknya itu. Ana yang sedang dalam emosi membalikkan badannya dan melayangkan tamparan nya.

PLAK!!!

"SELAMA INI GUE SABAR NGEHADAPIN SIKAP LO!  NGEHADAPIN SIKAP KALIAN BANGSAT!" bentak Ana, ia mengatur nafasnya.

Tiba-tiba saja perut bagian ulu hatinya terasa sakit. Ia memegangi bagian itu, membuat ketujuh orang itu menatap Ana heran.

"Cih, gak usah drama lo anjing!"  ucap Ina lalu menendang Ana tepat dibagian ulu hati gadis itu. Ia juga menonjok hidung Ana membuat hidung gadis itu mengeluarkan darah.

Ketujuh nya terkejut, Langit menghampiri Ina. Yang saat ini tengah terkejut. Tak lama seseorang datang, membawa Ana yang sudah tergeletak tak sadarkan diri.

"Kalian brengsek!" ucap Aslan, pria itu melihat semuanya dari awal.

"Tuan Sigit yang terhormat! Saya batalkan kontrak tadi!"  ucapan Aslan membuat Sigit terkejut. Tidak ini tidak boleh!

"Ta—"

"Ana, bangun Ana! Shit, kambuh!" Aslan langsung menggendong Ana ala bridal style.

***

Aslan kini tengah panik, ia tak diam sedari tadi ia berjalan bolak-balik didepan pintu Ana yang kini tengah diperiksa.

Ia hanya menghubungi Jennie dan Airin. Ia tahu, Ana akan marah kalau ia menghubungi Rina. Ia mengacak rambutnya frustasi.

Mulutnya tak berhenti melayangkan umpatan-umpatan. Hingga akhirnya pintu terbuka, membuat Aslan langsung menanyakan Alex. Jennie dan Airin berdiri.

"Gimana kondisi Ana?" tanya Aslan, membuat Alex mengerutkan keningnya.

"Anda siapa nya Ana?"

"Pacar!" jawab Aslan spontan. Alex sedikit terkejut, Ana sudah memiliki kekasih?

"Dia harus cepat-cepat mendapatkan pendonor hati. Karena kanker nya ini sudah memasuki stadium tiga, hidungnya juga harus mendapatkan perawatan."

"Apa disini tidak ada yang bisa mendonorkan hatinya ke Ana?"

"Tidak, tidak ada yang bisa. Lagi juga itu mempertaruhkan nyawa."

Aslan terduduk di bangku rumah sakit, ia mengacak-acak rambut nya. Jennie dan Airin juga terduduk. Alex menghela napas, lalu berpamitan pergi.

***

Mata Ana terbuka pelan, menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam matanya. Aroma khas obat-obatan menyeruak ke Indra penciuman nya.

"Shit! Kenapa gue harus ada disini lagi!"  gumam Ana, ia melihat ke sebelahnya. Aslan tengah tertidur sembari memegangi tangannya yang tak diinfus.

HEART  (REMAKE) || END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang