Langit menatap nyalang Ana, sedangkan Ana masih setia berada di pelukan Aslan. Karena pria itu menyuruh Ana untuk tetap berada dipelukannya.
"Anda siapa nya Ana?" tanya Aslan dengan nada dingin dan menampik wajah datar. Langit tak kalah datar menampikkan wajahnya, "gue pacarnya!"
"Bukannya kamu sudah diputusin dengan gadis saya?" tanya Aslan sedikit ditekan dikalimat 'gadis saya'. Langit nampak tak suka dengan dua kata itu, ia melayangkan tonjokkan namun dengan cepat Aslan menghindar. Alhasil tonjokkan tersebut, mendarat di pelipis Ana.
Pelipis Ana mengeluarkan darah, hal itu membuat Aslan panik. "Ana, sakit gak? Saya panggil dok—"
"Gak usah," ucap Ana lalu mengambil tisu yang berada di nakas sebelahnya. Mengisap cairan merah kental itu. Aslan membantu Ana dengan mengambilkan kapas dan plester, sedangkan Langit terdiam melihat interaksi keduanya. Hatinya memanas l, ia tak rela Ana diperlakukan seperti itu dengan orang lain.
"Asal anda tahu, Ana itu—" ucapan Aslan dipotong lagi oleh Ana. Kali ini gadis itu memegang lengan Aslan, "udah, gak usah dilanjut. Toh, dia juga gak akan percaya,"
Sejenak Ana menatap Langit yang terdiam, "kamu ngapain masih disini? Sana, aku mau nge-jalang dulu. Kata kamu kan aku jalang, sana pergi. Pintu nya terbuka lebar untuk kamu pergi kok," ucapan Ana membuat dada Langit terasa sesak. Ia merasa bersalah dengan perkataannya yang mengatakan bahwa Ana adalah 'jalang'.
"Ana aku—" Ana memotong ucapan Langit. Gadis itu membuang wajahnya kesamping, menatap jendela yang disuguhkan pemandangan gedung-gedung pencakar langit.
"Pergi Langit, kita udah putus!"
"Tapi Ana—"
"Pergi Langit, Ina nyariin. Aku tekankan lagi kita udah putus, jangan temui aku lagi, jangan perduliin aku lagi, karena ucapan kamu buat aku makin sakit," Langit menghela nafas, ia lalu pergi meninggalkan Ana dan Aslan.
Namun saat didepan pintu, Langit berbalik. Menatap Ana yang sama sekali tak menatap dirinya, "baik, aku pergi. Sesuai keinginan kamu,"
Ana luruh, ia menangis kencang lagi sembari memukul-mukul dadanya. Aslan dengan cepat membawa gadis tersebut ke pelukannya. Ana masih memukul-mukul dadanya, dengan tangisan yang kencang.
"KENAPA SEMUA NYA KAYAK GINI?! HIKS... AYAH, LANGIT, INA SEMUA NGATAIN AKU JALANG?! HIKS.... MAMAH SAMA BANG REY... HIKS...HANYA DIAM DOANG!!! HIKS... SAKIT KAK ASLAN!!! SAKIT!!!" ucap Ana kencang, hal itu membuat hati Aslan mencelos. Ia mengusap-usap punggung Ana, berusaha menenangkan gadis tersebut.
"KAPAN AKU BAHAGIA TUHAN?! HIKS.... AKU PENGEN KAYAK ORANG LAIN.... HIKS.... DISAYANG KELUARGA... HIKS... DISAYANG AYAH... HIKS... DIMANJA-MANJA KELUARGA... HIKS... PUNYA PACAR PERHATIAN....HIKS... KAPAN AKU SEPERTI ITU TUHAN?! HIKS... KENAPA KAMU BERI AKU KEHIDUPAN, KALAU KEHIDUPAN YANG AKU JALANIN ISINYA HANYA KEKERASAN... HIKS... KEKERASAN FISIK DAN JUGA BATIN... HIKS..."
"AMBIL NYAWA AKU TUHAN!!! HIKS... SEKARANG KAMU MALAH KASIH AKU PENYAKIT... HIKS.. KALAU MEREKA TAHU, PASTI MEREKA AKAN SENANG... HIKS... AKU CAPEK TUHAN!!! HIKS... AMBIL SAJA NYAWA AKU INI!!!"
Ana semakin histeris, ia mulai menjambak rambutnya sendiri. Memukul kepalanya, sedangkan Aslan berusaha menenangkan gadis tersebut. Hingga tak lama hanya suara sesegukan yang keluar dari mulut Ana, gadis itu tampak lebih tenang. Aslan melihat kebawah, ternyata. Gadis tersebut tertidur...
***
"ANA!" teriak seorang wanita dengan panik. Ia memasuki ruang dimana Ana dirawat, ia mendapat kabar dari Langit bahwa Ana berada dirumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEART (REMAKE) || END
Teen Fiction(FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!!!) -------------------------------- #Heart series 1 Gadis cantik yang dibully karena dituduh ingin membunuh adik yang sekaligus adik kembarannya sendiri. Tidak ada satupun yang peduli. Semuanya malah semakin menyiksan...