Ana melihat sandal sepatu yang ia pakai dengan tatapan kosong, sudah 2 hari ini melamun menjadi kebiasaan Ana. Ia begitu syok saat mengetahui ia mengidap penyakit mengerikan. 2 hari ini sekolah diliburkan karena guru-guru yang sedang membahas rapat kelas 12.
"Ana? Kamu sendirian disini?" tanya Langit, ia kebetulan melewati taman kompleks perumahan Ana tinggal kebetulan.
"Menurut situ?" tanya Ana datar, Langit terkekeh lalu mengacak-acak rambut Ana karena gemas. Ia duduk disebelah Ana, tak ada respon atau sepatah kata dari mulut gadisnya ini. Biasanya Ana akan sangat cerewet saat ada dirinya, bercerita kesehariannya yang katanya sangat menyenangkan.
"Aku pulang dulu," pamit Ana. Ia merasakan cairan kental keluar dari kedua hidngnya, maka dari itu ia berpamitan kepada Langit. Ia tak ingin Langit mengetahuinya, pasti Langit akan menayainya ribuan pertanyaan.
"Loh?" Langit memandang punggung Ana yang semakin lama semakin menghilang. Tak ingin pikir panjang, ia kembali ke motornya mengendarakan motornya menuju basecamp geng nya berada.
...
Ana memasuki ruang kelasnya dengan lesu, sapaan orang-orang yang berada dikoridor hanya ia tanggapi dengan anggukan kecil. Selama berjalan Ana hanya menatap kebawah, tidak ingin mengangkat wajahnya. Ia takut kalau darah keluar lagi dari hidungnya. Karena hanya melihat kebawah, ia menabrak seseorang yang kebetulan turun tangga. Karena tak siap, ia hampir saja terjengkang kebelakang. Namun dengan cepat, orang yang Ana tabrak menangkapnya dengan menahan punggung Ana.
Ana bersitatap dengan mata tajam bak elang, Aslan. Pria itu lah yang ia tabrak sekaligus yang menolongnya. Ana dengan cepat melepas kan tangan Aslan, sedangkan Aslan menatap tajam. "Maaf Om, saya gak liat."
"Bagaimana tidak lihat, kamu saja melihat kebawah terus gadis kecil. Jangan panggil saya om, saya masih muda,"
"Saya juga bukan anak kecil!!!" ucap Ana garang, ia berkacak pinggang menatap Aslan tajam. Dimayta Aslan, Ana kini terlihat sangat menggemaskan. Rasanya ia akan mengarungkan Ana, dan menyekapnya. Tangan Aslan reflex mengacak rambut Ana dengan gemas. Tanpa mereka sadari Langit tengah berada di belakang Ana dengan tatapan yang tak bisa dijelaskan.
BRAK!!!
Langit mendorong Ana, membuat punggung Ana terbentur kencang ke tembok. Membuat beberapa murid yang ingin melewati tangga tersebut baik itu turun ataupun naik terkejut, melihat aksi Langit yang kasar.
"Lo nyelingkuhin gue?" tanya Langit yang salah paham, Ana terdiam namun sedetik kemudian menggeleng. Membuat cengkraman tangan Langit yang berada di bahu Ana semakin kencang, yang membuat ringisan kesakitan keluar dari mulut Ana.
"LO MAU BEGOIN GUE HAH?!" bentak Langit, tak lama Aslan menarik pundak Langit. Hal itu membuat Langit naik pitam.
"Lo udah make Ana berapa kali? Jalang sok polos dasar,cih!" tanya Langit yang membuat Ana marah. Dengan cepat Ana menampar Langit, membuat semuanya terkejut. Pasalnya, Ana terkenal lemah lembut kini berubah menjadi monster. Padahal Ana hanya menampar saja, namun mereka sudah menganggap Ana seperti monster.
"GUE GAK SELINGKUH! GUE JUGA BUKAN PEREMPUAN KAYAK GITU!!!!" bentak Ana membuat semuanya terkejut begitu juga dengan Langit. Hal yang membuat mereka terkejut adalah, satu Ana semarah ini tapi setelah dipikir-pikir siapa juga yang tidak marah dibilang seperti itu, kedua adalah Ana yang tiba-tiba saja mengubah kosakata dari aku—kamu menjadi lo—gue.
"KITA PUTUS, LO LANGIT JANGAN HUBUNGI GUE LAGI!!!" bentak Ana lalu berlari menuju kelas, air mata nya mengalir beberapa orang yang berada dikoridor lantai 3 menatap Ana bingung. Saat dikelas Ana langsung duduk dan menyembunyikan wajahnya ditekukan lengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEART (REMAKE) || END
Teen Fiction(FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!!!) -------------------------------- #Heart series 1 Gadis cantik yang dibully karena dituduh ingin membunuh adik yang sekaligus adik kembarannya sendiri. Tidak ada satupun yang peduli. Semuanya malah semakin menyiksan...