~ Jangan pernah main air kalau tidak mau basah.
Jangan pernah main api kalau tidak mau kebakar.
Dan juga...
Jangan pernah main pistol kalau tidak mau ketembak!~***
Ana menatap malas segerombolan perempuan dihadapannya. Mentari, Cahya, Vancia, Stevi, Lala, Kila dan juga Ina. Mereka menatap Ana dengan tatapan remeh, kini mereka sedang berada diruang eskul musik."Jadi gini nih? Beda banget lo!" ucap Ina sembari memperhatikan penampilan Ana dari ujung kepala hingga ujung kaki. Sedangkan Ana hanya diam.
"Heh, lo gak jawab budeg ya? Atau bisu lo?" tanya Vancia lalu menoyol jidat Ana.
Stevi menendang perut Ana membuat gadis itu terjatuh, namun ia dengan cepat bangun dan membalas perlakuan Stevi. Gadis itu menangis, sedangkan Ana hanya memutar bola matanya malas.
"Sialan!" umpat Ina, ia menghampiri kakak nya. Saat ingin melayangkan tamparan, dengan sigap Ana menahannya.
Namun, tangan Ina yang tak ditahan Ana pun main. Ia menampar Ana dengan kencang, lalu menendang perut Ana dengan kencang membuat sang empu meringis kesakitan. Pasalnya Ina menendang tepat dibagian ulu hati nya.
"Sssshhhh..." Ringis Ana, kini keduanya saling bertatapan dengan tatapan tajam. Menyalurkan kebencian satu sama lain, Ana bangkit dan menampar pipi Ina dengan kencang. Dan tepat saat itu seseorang masuk membuka pintu ruangan musik.
PLAK!!!
"ANA!" bentak Langit, langsung saja cowo itu mendekat kearah Ana lalu menonjok pipi gadis itu hingga terjatuh.
BUGH!!!
"Woy, jangan gitu juga bro!" ucap Tunjung lalu menepuk pundak Langit dari belakang beberapa kali. Berusaha meredakan emosi cowo itu.
"Ada apa ini?!" tanya Pak Wahyu.
"ANA NAMPAR INA SAMA NENDANG STEVI BU!!!" teriak Mentari mengadu. Membuat Ana menatap tajam Mentari, sialnya gadis itu meledek lewat tatapan matanya.
"Dasar bitch! Gue sebar rekaman lo di club' mampus lo!" ucap Ana membuat raut wajah Mentari seketika berubah. Wajah gadis itu pucat pasi, keringat dingin mengalir di dahi Mentari. Tangannya saling menautkan satu sama lain, tatapannya bergerilya kesana kemari.
Membuat Ana menyunggingkan senyum miring. Ia bangkit dari jatuhnya, lalu memasukkan telapak tangannya di saku rok nya.
"Gue tau bakalan di skors , so gue pamit ya! Pak duluan!" ucap Ana lalu menyambar tas nya yang berada di tangan Cahya.
"Bye Bitch! BTW jangan main air, kalau gak mau basah. Jangan main api kalau gak mau kebakar dan juga jangan main pistol kalau lo gak mau ketembak. Bye!" ucap Ana kepada keenam gadis itu.
***
"WOY BAMBANG! LO BOLOS LAGI???" teriak Airin ketika mendapati Ana tengah bermain basket disalah satu taman. Ana menoleh sekilas sebelum akhirnya melanjutkan kembali permainan basketnya.
"WOY!" panggil Airin, sedangkan Ana tengah memasukkan bola ke dalam ring yang cukup berada di depannya.
MASUK! Ana lalu menoleh menatap Airin. "Lo sendiri ngapain? Bolos? Kalau gue mah di skors."
Baru saja Airin ingin menjawab dering ponsel milik Ana berbunyi. Ana mengambil ponselnya di saku rok nya. Menatap datar nama panggilan yang tertera.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEART (REMAKE) || END
Jugendliteratur(FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!!!) -------------------------------- #Heart series 1 Gadis cantik yang dibully karena dituduh ingin membunuh adik yang sekaligus adik kembarannya sendiri. Tidak ada satupun yang peduli. Semuanya malah semakin menyiksan...