"ANA!!!!" pekik Zhellan, cowo itu bersembunyi dibalik tubuh mungil Ana. Sedangkan gadis itu memutar bola matanya malas, ia menepis tangan Zhellan yang berada di pundak nya dengan kasar. Membuat Zhellan terdiam, begitu juga dengan Efran dan Lingga yang mengejar Zhellan.
"Apaan sih!" ucap Ana ketus, ia lalu pergi meninggalkan ketiganya. Baru saja beberapa langkah ia berjalan, seseorang membalikkan badannya dan menamparnya dengan sangat kencang. Membuat Ana terjatuh kesamping, telinganya mendadak berdengung akibat benturan keras.
Ia menatap sang pelaku yang ternyata adalah Rey. Ia menyunggingkan senyum miring, ia berdiri. Berusaha agar terlihat tegar.
Rey mendekat dan mencengkram dagu Ana. Membuat Ana sedikit mendongak, "lo gue tunggu di gerbang sekolah nanti!"
"Lo gak kerja?" tanya Ana datar, Rey melepaskan cengkraman nya. Lalu menatap Ana dingin. Bukannya menjawab cowo itu malah pergi, sebelumnya menabrak bahu Ana.
"Sssshhhh, setan. Telinga gue sakit banget bangsat," ringis Ana sembari memegang telinganya.
"Gemez gue, pengen bunuh lo hawanya Rey!" gumam Ana, lalu kembali melanjutkan perjalanannya menuju kelas.
Sesampainya dikelas, ia disambut oleh Vancia yang kini tengah memutar-mutar spidol berwarna merah. Ana mengerutkan keningnya bingung, ia melewati Vancia begitu saja.
Betapa terkejutnya ia saat melihat banyak sekali coretan dan kata-kata tak pantas dimeja dan kursinya. Ia melihat lokernya yang juga kondisi nya sama. Semuanya tertawa terbahak-bahak, membuat Ana mengepalkan tangannya.
Ia berjalan menuju Vancia yang kini tengah tertawa dengan tangan memutar-mutar spidol merah. Ana mengambil penghapus papan tulis yang sangat hitam itu dan melemparkannya ke wajah Vancia.
TEPAT SASARAN!!! Wajah Vancia kini terdapat kotak hitam yang di jiplak penghapus papan tulis itu, Ana bersidekap dada. Membuat semuanya berhenti tertawa.
"Lo duluan yang mulai," ucap Ana santai saat melihat wajah Vancia yang belang itu terlihat marah. Vancia maju lalu menjambak rambut Ana, baru saja memegang rambut Ana. Dengan sigap gadis itu membanting Vancia, hingga gadis itu terjatuh dengan posisi menyamping.
Menimbulkan bunyi sesuatu, membuat mereka yang mendengar terkejut dan juga ngeri.
BRAK!!!
Krek...***
"Kamu ingin membunuh teman mu setelah kamu mencoba membunuh saudara mu sendiri? Iya?" tanya Pak Wahyu, guru bahasa Inggris. Kini mereka semua berkumpul diruang kepala sekolah.
"Haduh, gue heran sama nih sekolah. Bukannya nyari bukti, malah ikut-ikutan nuduh. Haduh geblek banget si?! Takut banget kek nya popularitas sekolahnya menurun, hmm... Goblok!" ucapan Ana membuat semua guru terkejut.
Bagaimana tidak, jika Ana yang dulu sangat lah sopan kini berubah total. Ana menyilangkan kakinya, kedua tangannya ia senderkan di sofa. Menatap semuanya dengan tatapan remeh.
"Cih, dasar orang-orang kayak kalian harus dapat hukuman yang setimpal seharusnya! Ck ck ck ck, keren! Ini lah guru yang harus dicontoh murid, tapi nyontohin gak bener gini nih! Haduh pusing gue," ucap Ana dramatis.
Ia menatap tajam Vancia, gadis itu pura-pura merasa paling tersakiti. Membuat Ana jengah saja, "heh! Lo kalau mau sok sok an jadi yang paling tersakiti. Gue saranin lo daftar jadi pemain sinetron Indosiar deh! Kali aja lolos, itu saran gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
HEART (REMAKE) || END
Teen Fiction(FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA!!!) -------------------------------- #Heart series 1 Gadis cantik yang dibully karena dituduh ingin membunuh adik yang sekaligus adik kembarannya sendiri. Tidak ada satupun yang peduli. Semuanya malah semakin menyiksan...