"Waktu adalah hal yang paling misterius di alam semesta. Mereka bergulir begitu cepat ketika tidak dikehendaki. Namun akan melambat ketika hal yang tidak diinginkan menghampiri"
*****
Di sebuah ruang tamu dengan gaya arsitektur Belanda, terpampang beberapa foto pernikahan. Disana tertera nama Nataprawira Nalendra Putra & Retania Purwa Dinata begitu indahnya. Wajah orang-orang dalam figura itu juga terlihat sangat bahagia.
Terhitung sudah hampir memasuki tahun ke-21 mereka bersama tanpa kendala yang berarti. Dikaruniai sepasang anak yang tampan bernama Lokamandala Nalendra Putra dan yang cantik bernama Batari Nalendra Putri.
Hal tersebut membuat Wira dan Retania semakin tak bisa mengukur kadar bahagianya. Namun, ada satu hal yang Retania khawatirkan. Iya, hanya satu.
"Aku takut" Lirih Retania pada sang suami yang duduk disampingnya.
Hari ini adalah ulangtahun pernikahan dan mereka merayakannya dengan mengunjungi vila milik Cipto yang ada di Lembang. Kini Wira dan Retania tengah duduk di balkon seraya memandangi kedua anaknya sedang berendam dibawah sana.
Entah dasar apa, Retania berucap seperti itu. Seakan-akan ketakutan yang telah berlalu akan kembali muncul menghantui. Iya, ketakutan akan kelebihan yang pasti akan menghampiri keturunan mereka.
Wira menghela nafas pelan sambil tersenyum. Ia membawa Retania dalam pelukannya. "Engga usah khawatir. Ada kita disini. Kalau waktunya udah tepat, kita kasih tau hal ini sama mereka"
Retania tersenyum. Ia menenggelamkan wajah pada dada suaminya. Rupanya Wira telah menepati janjinya. Janji untuk menjaga dan mencintai Retania tanpa syarat.
Namun kehangatan itu berubah menjadi dingin mencekam seketika, saat Retania menoleh ke bawah sana. Iya, ke arah kolam air hangat itu. Dia melihat kedua anaknya mengapung diatas air. Tanpa pergerakan sedikitpun.
Membulat sudah kedua mata Retania. Tanpa basa-basi, dia segera bangkit dan berlari ke bawah seraya terus memanggil nama kedua anaknya.
Begitupun dengan Wira. Dia langsung berlari dan sampai di kolam lebih dulu. Wira segera menceburkan diri dan membawa kedua anak remajanya ke tepian kolam. Dia berusaha menyadarkan keduanya.
"Sayang bangun sayang, ini Mama. Bangun sayang" Lirih Retania berusaha membangunkan kedua anaknya.
Wira terus menekan dada dan memberi nafas buatan pada anak-anaknya. Namun setelah air kolam yang sempat tertelan keluar semua, mereka berdua belum juga sadar.
Selama itu, Retania hanya terdiam memandangi dua pasang mata anaknya yang tertutup. Tunggu, sepertinya ada yang janggal.
Retania memeriksa detak jantung kedua anaknya. Masih berdetak dengan irama yang normal dan hembusan nafas merekapun masih teratur. Bahkan tubuhnya juga masih hangat.
Untuk kesekian kalinya kedua mata Retania melebar. Dia segera mencekal lengan Wira yang sedang menepuk pipi anak laki-lakinya.
"Ini yang aku takutin"
Wira menoleh, ketika Retania bergumam lirih. Mungkin ini yang disebut dengan naluri seorang ibu. Bisa mengetahui dengan tepat apa yang sedang terjadi pada buah hatinya.
Baru saja Retania dan Wira membicarakan hal ini di balkon, tak lama kemudian apa yang mereka takutkan terjadi begitu saja tanpa memberi aba-aba.
Merasa menangkap apa yang dimaksud Retania, datang sudah penyesalan pada diri Wira. Pria itu terduduk lemas disamping anaknya yang tak sadarkan diri.
Seharusnya dia memberi tahu tentang kelebihan ini lebih awal. Seharusnya Wira mencari cara bagaimana kelebihan ini tak terus bergulir pada keturunannya. Sial. Semuanya sudah terlambat sekarang.
Dan masih banyak lagi kata seharusnya yang Wira sesalkan. Wira hanya mengkhawatirkan kedua anaknya bernasib sama seperti adiknya, Sari.
Waktu memang tabu. Misteri alam yang paling tak bisa dipahami oleh makhluk manapun. Hingga Wira dan Retania harus menerima, kalau kedua anak remajanya ini akan kembali mengulang apa yang telah mereka lalui.
Iya, melintasi waktu.
*****
Waahh, akhirnya selesai juga. Gimana ceritanya, seru engga? Alurnya aneh engga? Hehe, tolong maklumin soalnya saya masih belajar dan ini juga cerita pertama saya. Jauh dari sempurna.
Saya juga mau ucapin terimakasih buat temen-temen yang udah mau baca dan vote cerita ini, terutama yang udah mau komen. Lavyah deh pokoknya.
Semoga yang mampir ke cerita ini diberi kesehatan, dijauhkan dari hal buruk, dan dikabulkan semua keinginan sama yang Diatas.
Oh iya, saya dapet pesan moral dari cerita ini. Jangan kayak Reta ya. Jatuh hati pada Defras, menikah dengan Adiwilaga, dan berakhir bersama Nataprawira.
Hahahaha, canda pesan moral. Yang terpenting pergunakan waktu kalian dengan baik. Karena kalau tidak, penyesalan bukan main akan menjadi imbalannya.
Dahlah, cukup cuap-cuapnya. Have a nice day slur. Sampurasun!
Eh iya, satu lagi deng. Kalian penasaran engga dengan kisah anaknya Wira sama Reta? Iya, Lokamandala sama Batari. Yang bakal berkelana lebih jauh ke belakang.
Kalau penasaran nanti saya buat, tapi tunggu respon yang banyak dulu tentunya. Kalau yang nanggepin cuma seuprit, ya engga bakal dibikinin berarti HAHAHAHAHA.
Kaget sama endingnya? Butuh epilog engga? :)
Saya janji kok, bakal memperbaiki tulisan di cerita-cerita berikutnya. Bye, semoga kalian dalam lindungan-Nya selalu. :)
*****
reginanurfa
-29042021-
KAMU SEDANG MEMBACA
AKHIR PERMULAAN [SELESAI]
Historical FictionIni hanyalah sebuah kisah cinta dua manusia dari zaman yang berbeda. Kisah cinta yang membutuhkan banyak pengorbanan dan penantian di dalamnya. Perbedaan budaya, kesetaraan, dan keyakinan tak membuat mereka menyerah pada perjuangan tersebut. Meskipu...