20. Sampai Di Batavia

871 120 6
                                    

"Batavia. Tempat ini sudah tidak aman lagi. Saya yakin, mereka mulai menyusuri setiap gang daerah ini untuk menemukanmu" Jelas Defras lalu meneguk teh dari cangkir di depannya.

"Makanlah. Saya akan kembali membawakan pakaian untukmu" Sambungnya mengusap pipi kanan Retania sebelum keluar dari kamar itu.

Setelah sendirian, Retania menghantamkan dahinya ke meja pelan, ia frustasi. "Akhw.."

Kenapa jadi seperti ini? Kenapa jadi bimbang begini? Retania tidak tahu apakah ini keputusan yang baik atau malah sebaliknya. Pergi ke Batavia dan meninggalkan keluarganya disini tanpa pamit?

Belum lagi bayang-bayang suara tembakan tadi malam, mengingatkan Retania saat di rumah pohon waktu itu. Tapi anehnya, ia tidak melihat raut takut ataupun cemas di wajah Defras.

Setelah menghabiskan sarapan dan memakai pakaian yang Defras beri, Retania hanya duduk ditepian ranjang. Menunggu pemuda itu kembali untuk menjemputnya.

Retania berdiri ketika Defras masuk sambil menenteng sebuah koper kulit berukuran cukup besar. Pemuda itu segera memeluk sahabatnya erat, kemudian tersenyum memandangi gaun abu bermotif kotak-kotak yang begitu pas ditubuh Retania.

"Saat keluar dari asrama ini, yang perlu kamu lakukan adalah hanya menundukkan kepala dan jangan lepaskan genggaman saya. Mengerti?"

Retania mengangguk mantap mendengar intruksi itu. Setelahnya, mereka berdua segera keluar dari kamar dan menyusuri lorong asrama dengan banyak pintu disetiap dindingnya.

Sesekali Defras hanya tersenyum tipis pada tentara yang berpapasan lalu menggodanya, karena baru kali ini mereka melihat kalau Defras kedapatan membawa seorang gadis.

"Hey Defras, je ziet er zo gehaast uit. Mau kemana?"

Tiba-tiba ada seorang tentara bertopi menghampiri dan bertanya, kenapa Defras terlihat begitu terburu-buru. Dia itu salah satu tentara yang bertemu dengannya tadi malam. Namanya adalah Barend.

Kemudian tatapan pria muda Nederland berambut pirang itu terarah pada Retania yang bersembunyi dibalik tubuh Defras. Pria itu tersenyum dan bersiul singkat melihatnya.

"Ah, hei Kapten Barend. Kami mau ke Batavia" Singkat Defras semakin menyembunyikan Retania di belakangnya.

Barend terlihat terkejut. "Batavia? Kebetulan sekali, kita berangkat bersama saja. Ada yang harus saya bicarakan dengan Pamanmu"

Retania dan Defras saling berpandangan sesaat. Membuat Barend yang sudah melangkah, kembali membalikkan tubuhnya.

"Kom op! Waar wacht je op? Wilt u eerst afscheid nemen van de Prins van Surakarta?"

Mereka berdua terlihat kaget saat pria berambut pirang itu menyuruh bergerak cepat. Terlebih saat dia mengejek, apakah harus berpamitan dulu dengan Pangeran Surakarta sebelum pergi.

Itu artinya, info tentang Retania pergi bersama Defras sudah tersebar luas.

Hingga akhirnya mereka bertiga bergegas pergi, menggunakan mobil jeep menuju Batavia.

"Merunduklah!" Barend berucap sedikit pelan ketika melihat beberapa orang berkuda menyisir jalanan.

Rombongan berkuda itu terus memasuki satu persatu kios untuk mencari seseorang yang hilang.

Retania segera merunduk, membungkukkan tubuhnya hingga tak terlihat dari luar mobil. Begitupun Defras, ikut menarik sedikit topi putihnya sampai menutupi setengah wajahnya.

"Het is veilig" Barend mengatakan, kalau situasi sudah aman. Lalu ia tersenyum melirik Retania. "Wow Nona, sepertinya kamu sangat berharga sampai abdi dalam keraton turun tangan"

AKHIR PERMULAAN [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang