12 Desember 2021
"Neng, sekarang kan udah malem kenapa engga si Delta sih yang jemput kesini? Kenapa harus Neng yang nyamperin? Lagian ini kan hujan, nanti kalau masuk angin kumaha?"
Di ruang tengah sebuah rumah, dipenuhi dengan suara wanita yang mengkhawatirkan anak perempuan satu-satunya itu. Sang ibu tidak rela jika harus melihat anaknya pulang dalam keadaan basah kuyup nanti. Karena dia tahu imun tubuh anaknya ini cukup lemah.
"Ma, Reta udah gede. Reta tau mana yang baik mana, yang engga buat Reta sendiri kok" Balas sang anak seraya mengambil jaket dan tas selempang di atas sofa yang sudah ia siapkan sebelumnya.
"Kenapa engga suruh Delta yang jemput Neng kesini sih? Dia kan punya motor" Sela sang ibu mulai merasa kesal.
Retania berdecak pelan mendengar omelan dari ibunya sambil sibuk memakai jaket. Tidak lama kemudian adik laki-laki Retania datang dengan tatapan yang fokus pada layar ponsel lalu duduk di sofa.
"Alah cowok kayak gitu mah putusin ajalah, masa cewek yang harus nyamperin cowoknya. Ih, kalau Ari yang jadi ceweknya udah Ari putusin da" Celoteh laki-laki lebih muda empat tahun dari kakaknya ini.
Mendengar ocehan ngaco adiknya, Retania melempar bantal pada wajah pemuda manis tersebut. Menurutnya anak itu terlalu sok tahu.
"Apaan sih? Kalau engga tau apa-apa engga usah ikut campur, mending belajar sana! dikit-dikit main game, pantes ujian banyak yang diremed" Ceroscos Retania kepalang kesal dengan intonasi meninggi.
Ari yang tidak terima dinasehati seperti itu langsung berdiri dan memasang tampang tak kalah kesal di wajahnya.
"Gini nih kalau dikasih tau bisanya cuma ngeles, ngalihin pembicaraan, engga pernah belajar dari pengalaman. Udah tau tuh cowok engga baik, brengsek. Jauhin sana!"
Sang ibu hanya bisa menghela nafas lelah ketika melihat kedua anaknya kembali bertengkar. "Udah ih, kalian engga capek gitu berantem terus? Udah, udah" Lerainya berusaha memisahkan.
"Kenapa masih disini? Bukannya mau pergi? Sana pergi! Engga usah balik lagi sekalian!" Ucap Ari yang masih kesal pada kakaknya. "Bisanya cuma ngerepotin Mama sama Ayah aja, engga guna"
"Ari!" Pekik sang ibu yang sudah bingung harus berbuat apa. "Mama engga pernah ngajarin kamu ngomong kayak gitu" Omel sang ibu yang berhasil membuat Ari kembali duduk merengut.
"Engga usah disuruh juga bakal pergi sendiri" Ketus Retania dengan suara bergetar lalu keluar dari rumah dan menuju taksi online di depan pagar yang sudah dipesannya terlebih dahulu.
Gemericik hujan tak menghentikannya untuk menepati janji pada seseorang yang begitu ia sayangi belakangan ini. Setelah berada di dalam mobil, Retania menghapus air mata yang melintasi kedua pipinya. Sudah sering kali ia dan adiknya bertengkar tapi kenapa tadi itu begitu menyakitkan hatinya?
Ditambah, Retania keluar rumah tanpa restu dari ibunya, sementara ayahnya belum juga pulang. Terlalu sibuk untuk bekerja. Jarang ada waktu hanya sekedar untuk berbincang.
Duapuluh menit berlalu, akhirnya Retania sampai juga di kafe tujuannya. Dengan langkah berjinjit dan sedikit berlari, ia memasuki kafe sambil menutupi kepalanya dari tetesan air langit yang terus mengguyur kota Bandung.
Sesampainya di dalam, Retania duduk disalah satu meja yang masih kosong. Ia menepuk-nepuk jaket birunya yang basah lalu melepas dan menggantungkannya pada sandaran kursi. Ia tersenyum sambil melihat area kafe yang cukup ramai sambil menunggu seseorang yang ditunggunya untuk datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKHIR PERMULAAN [SELESAI]
Historical FictionIni hanyalah sebuah kisah cinta dua manusia dari zaman yang berbeda. Kisah cinta yang membutuhkan banyak pengorbanan dan penantian di dalamnya. Perbedaan budaya, kesetaraan, dan keyakinan tak membuat mereka menyerah pada perjuangan tersebut. Meskipu...