Selain hati kamu yang keras, masih banyak tantangan yang perlu aku selesaikan. Tapi aku menyerah, sainganku bukan manusia melainkan Tuhan.
***
"Bapak kenapa sih ikutin saya?" Tanya Dira ketus.
"Saya mau liburan."
"Ya udah Bapak 'kan bisa pergi sendiri ngapain ikut sama keluarga saya?"
"Saya nggak punya keluarga."
Dira terdiam.
"Becanda, saya punya kok."
"Nggak lucu."
Deva tidak menanggapi lagi perkataan Dira. Entah alasan apa yang membuat ia sendiri juga mau ikut berlibur dengan Dira. Ini sangat mendadak.
***
"Ini kita ngapain di sini?" Tanya Deva kebingungan setelah menempuh perjalanan hampir 3 jam.
"Liburan lah."
Deva menautkan alisnya, "Liburan ke rumah doang? Saya pikir kita mau ke villa."
"Ya anggap aja ini villa."
Deva menghela napasnya karena ternyata ekspektasinya terlalu jauh. Ia kira mereka akan pergi ke puncak atau sekedar menikmati alam. Namun perjalanan 3 jamnya sangat menyebalkan, ia hanya dibayar dengan satu rumah yang tidak terlalu besar. Maksudnya apa?
"Ayo, Deva!" Ajak Ayah.
"Langsung beres-beres, Dira." Titah Bunda.
"Bunda, kamar kita 'kan cuma 2. Pak Deva tidur di mana?"
"Sama Ayah. Bunda sama kamu."
Dira memicingkan matanya, "Kenapa sih nggak suruh tidur di luar aja?"
"Kamu tega sama saya?" Seru Deva dengan raut wajah kesal sembari membawa kopernya.
Dira menarik napasnya, "Nyusahin!"
***
"Dor!" Teriak Deva saat Dira sedang melamun di halaman depan rumahnya.
"Nggak kaget." Ejek Dira.
"Yah, ulang lagi gimana?"
"Apaan sih Bapak."
"Panggil Deva aja kalau di luar kantor." Kata Deva sembari memberi senyum penuh makna.
"Nggak enak saya, Pak."
"Kita 'kan udah liburan bareng nih, masa harus panggilan formal?"
Dira berdecak, "Terus apa urusannya, Bambang?"
Deva menoleh ke belakang lalu ke kiri, ia tidak menemukan siapa-siapa. "Bambang siapa, Dira?"
Dira menganga, seriusan ia tidak tahu?
"Itu tukang sayur komplek." Jawab Dira asal.
Deva ber-oh ria. "Kok kamu tahu namanya?"
"Kalau liburan ya aku sering ke sini-eh Saya."
"Nggak apa-apa. Kita santai aja."
Dira mengangguk.
Hening sebentar, lalu Deva membuka percakapan lagi.
"Pak Bambang lahirnya di sini?" Tanya Deva.
"Ya, mana saya tahu, Pak. Lagian saya juga nggak tahu siapa Bambang."
"Stress kamu." Cetus Deva.
Deva beranjak dari duduknya lalu pergi meninggalkan Dira masuk ke dalam.