Sorot tajam mata Rafly kini menatap perempuan yang tidak ingin ia temui. Ya, perempuan berhati iblis itu pagi-pagi datang ke rumahnya. Entah alasan apa yang membawa Hana ke sini yang jelas Rafly sudah muak dengan omong kosongnya.
"Ngapain ke sini?" tanya Rafly yang tak sabaran.
"Aku mau jelasin semuanya ke kamu." jawab Hana dengan raut wajah yang tidak karuan.
Rafly sedikit menurunkan egonya untuk mendengarkan penjelasan Hana, karena sepertinya Hana memiliki sesuatu yang penting untuk diceritakan.
"Raf, tapi, aku mau minta tolong, kamu jangan marah sama penjelasan aku karena aku punya alasan ngelakuin semua ini."
Rafly tidak mengiyakan ucapan Hana. "Cepet, aku nggak punya waktu banyak."
Pertama-tama, Hana menarik napasnya dalam-dalam kemudian menghembuskannya perlahan. "Aku nggak pernah ngapa-ngapain sama kamu. Semua omongan aku waktu itu cuma bohong supaya kamu putus sama Dira." ujarnya.
Rafly terengah-engah merasakan napasnya yang naik turun dengan cepat karena tersulut emosi oleh ucapan Hana yang sebenarnya sudah ia duga. Tapi, kenapa Hana bisa-bisanya tega melakukan ini?
"Kamu—"
"Iya, aku emang salah. Tapi, aku ngelakuin ini semua terpaksa." kata Hana sembari menangis.
"Terpaksa kamu bilang? Are you crazy?"
"Na, kamu udah merusak hubungan aku sama Dira. Kalau aja kamu nggak mengada-ada kayak gini, mungkin aku udah nikah sama Dira. Kamu nggak cuma nyakitin Dira, tapi kamu nyakitin keluarga aku dan Dira, dan semua orang yang udah dukung hubungan aku sama Dira."
Hana menghapus air matanya. "Kamu masih percaya ada orang yang peduli sama hubungan kamu? Bahkan sahabat yang kamu percaya aja bisa khianatin kamu!"
Sahabat?
"Pergi kamu dari sini." ucap Rafly.
"PERGI!"
***
"Jadi gitu, Ghe, ceritanya. Sumpah sih, gue nggak nyangka banget ternyata ada orang yang kayak gitu. Gue pikir cuma ada di film-film aja." ungkap Dira. Sore ini, Dira meminta Ghea untuk datang ke rumahnya karena ia butuh teman cerita. Seharusnya kemarin, namun Ghea bilang ia sibuk. Entah sibuk apa yang ada dipikiran Dira, karena setaunya Ghea belum bekerja dan tidak berniat melanjutkan S2.
Cerita tentang hari di mana Deva hampir melecehkannya ia ceritakan kepada Ghea dengan tidak melewatkan satupun. Kini, Ghea bisa mengerti perasaan sahabatnya itu.
"Gue ngerti perasaan lo, Dir."
"Bejad banget emang si Deva itu. Gue nggak nyangka sumpah ternyata di balik kepribadiannya yang wow itu ada sifat yang luar biasa menjijikkan." sambung Ghea.
Dira mengangguk. "Iya, makanya kita harus hati-hati sama orang apalagi kalau baru kenal, kita nggak bisa menilai orang cuma satu sisi aja." kata Dira.
Ghea pun menyetujui pendapat Dira. "Walaupun udah kenal lama, tetep aja nggak bisa ngasih kepercayaan berlebihan karena setiap orang punya sisi yang belum dia tunjukkin."
Dira menatap Ghea yang baru saja mengucapkan kalimat itu. "Kenapa lo kayak lagi ragu sama seseorang gitu?"
"Nggak. Gue cuma mikir, ya, pasti ada aja orang yang kayak gitu. Lo setuju 'kan?"
Dira mengangguk. "Lo ada acara nggak nanti malem? gue mau ngajak lo ketemu sama Rafly."
"Ah, sorry, kayaknya gue nggak bisa."