14 - Malaikat-ku

7.4K 1K 904
                                    

Betapa spesialnya perempuan yang sedang berada di pelukan orang lain
-Deva-

***

"Dir, sejak kapan kita putus?" Tanya Rafly tak terima.

Dira menghapus air matanya, "Sejak kamu selingkuhin aku." Ucap Dira berusaha kuat di depan Rafly. Dira tidak mau di cap sebagai orang yang lemah.

"Terus apa namanya? Pengkhianat? Pembohong? Panggilan apa sih yang cocok buat seseorang yang udah nyakitin pacarnya dan berniat untuk nikah sama perempuan lain?"

"Tapi aku bukan orang yang kayak gitu.."

"Iya, itu dulu. Tapi, sekarang kamu berubah."

Rafly menunduk, "Dir, aku udah janji nggak bakal sakitin kamu—"

"Udah lah, perempuan jaman sekarang nggak butuh janji, kita cuma butuh bukti bukan omong doang." Ucap Dira sembari sesenggukan,

Dira menarik napas panjang, "Aku capek, aku udah nggak bisa terusin hubungan kita lagi, Raf," Sambung Dira

Rafly menatap mata Dira dengan intens dan penuh penyesalan, "Aku harus bilang apa sama Ayah dan Bunda kamu, Dir?" Tanya Rafly,

"Ya itu terserah kamu. Kenapa tanya aku? 'kan kamu yang berkhianat, masa aku ikut cari solusi? Masih waras 'kan kamu?"

Rafly tidak menyangka, orang yang selama ini ia kenal bisa berbicara seperti itu padanya. Padahal, dulu Dira adalah sosok yang lemah lembut.

"Raf, aku kayak nggak dianggap sebagai calon kamu di sini," Ucap Hana

Rafly menatap Hana dan Dira kebingungan secara bergantian. Rafly bukan tipe orang yang menyukai drama, namun ia yakin adegan seperti ini pasti terjadi di salah satu drama yang membuat para penonton menjadi dramatis.

Dira menyeka sisa-sisa air matanya walaupun saat ini ia ingin meneruskan tangisannya sekencang-kencangnya agar seluruh dunia tahu bahwa Dira sedang bersedih. Namun, sisi baik Dira ternyata bisa mengerti keadaan yang seharusnya. Dira tidak mau terlihat lemah dan kalah di hadapan laki-laki bajingan seperti Rafly.

"Urusan kita udah selesai, kamu nggak perlu temuin aku lagi. Aku pergi, kamu bisa selesain urusan kamu sama Hana." Pamit Dira.

Batin Rafly tak rela jika Dira pergi begitu saja, bahkan Rafly belum menjelaskan apa pun. Namun, Rafly yakin jika ia menjelaskannya pun pasti akan membuat Dira lebih sakit dari ini. Rafly tidak mau menyakiti Dira lagi.

Dira pergi dari hadapan Rafly dan Hana, sembari berlari kecil hatinya pun ikut merasakan luka yang baru saja Rafly berikan padanya. Dira tidak menyangka bahwa kisahnya ketika bersama Randy akan terulang lagi, padahal Dira berharap Rafly adalah yang terakhir baginya.

Sekejam inikah takdir untuk Dira?

Dira melihat ke atas, ternyata awan pun mengerti keadaan Dira. Gelap, itulah yang Dira rasakan. Hatinya gelap seperti tuan rumah yang sudah lama tinggal kemudian ia pergi begitu saja tanpa menghiraukan lampunya sudah siap atau belum.

Tak lama kemudian, hujan pun turun membasahi Dira yang kini berdiri sendiri di tengah gelapnya langit sore. Dira menangis sekuat-kuatnya, tidak apa. Karena semua orang tidak akan bisa mengetahui bahwa Dira sedang menangis, karena air matanya akan terbawa dengan derasnya air hujan.

Tiba-tiba seseorang dari belakang langsung mendekatinya sambil memegang payung agar Dira tidak lagi kehujanan. Dira langsung menyadari karena hujan tidak lagi membasahinya, ia berbalik ke belakang, namun ia terkejut setelah melihat siapa yang rela melakukan ini padanya.

Dosen, Selalu Benar : Dira Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang