Diri sendiri saja belum yakin, bagaimana bisa meyakinkan orang lain?
***
"Emang kamu yakin hubungan kita berakhir cuma karena salah paham doang?" Tanya Rafly.
Dira sedikit membulatkan matanya, "Bisa-bisanya omongan sama kelakuannya mirip dakjal."
Dira menarik panjang napasnya terlebih dahulu kemudian menghembuskannya. "Kalau aku sih yakin ini tuh cuma salah paham."
"Tapi kalau aku bener khilaf gimana?" Tanya Rafly yang membuat Dira sangat kesal karena harga dirinya terasa jatuh.
"Kodratnya laki-laki itu harus tanggung jawab." Ucap Dira.
Rafly melihat ke sisi kiri yang menampakkan beberapa motor dan mobil yang sedang parkir.
"Kamu tahu nggak kenapa mobil sama motor tempat parkirnya dipisah?" Tanya Rafly yang masih menatap sisi kirinya.
Dira mengerutkan keningnya, pertanyaan macam apa ini?
"Ya, karena mobil sama motor beda. Walaupun sama-sama kendaraan tapi muatannya beda." Jelas Dira.
"Kalau kira-kira mobil sama motor disatuin di tempat yang sama gimana?"
"Berantakan dong."
"Sama kayak aku dan Hana. Kita sama-sama manusia, tapi tujuan kita itu beda. Aku nggak pernah satu pendapat sama Hana. Percuma kalau kamu maksa aku untuk tetap lanjutin bareng Hana kalau aku sama Hana aja udah beda. Kita nggak akan pernah menyatu." Jelas Rafly.
"Tapi permasalahan kamu itu beda, Raf. Nggak segampang masalah mobil sama motor. Ini tentang masa depan kamu sama Hana. Di sini banyak yang dirugikan kalau itu emang beneran terjadi."
"I know, Dir."
"Oke, sekarang aku tanya. Kamu ngerasa ngelakuin itu bareng Hana apa nggak?"
Rafly terdiam sejenak sembari menggigit bibir bawahnya menandakan ia sedang gelisah. "Aku nggak yakin tentang itu antara iya sama nggak."
Dira berdecih, "Kamu aja nggak yakin, gimana aku?"
"Aku nggak minta buat kamu yakin atau percaya sama aku, Dir."
Dira mengangkat sebelah alisnya, bisa-bisanya orang yang selama ini ia rela perjuangkan tidak sadar diri sama sekali. Memang dakjal.
"Hubungan kita itu ibarat kamu yang berbuat salah tapi aku yang minta maaf gitu?" Tanya Dira dengan nada kesal.
"Bukan itu maksud aku. Aku ngerasa nggak pantas aja buat kamu setelah masalah ini terjadi."
Dira ingin sekali berkata sambil berteriak 'Emang!'
"Bunda udah tahu masalah ini?" Tanya Rafly.
"Mama kamu sendiri udah tahu masalah ini?" Tanya Dira balik.
Rafly mengusap wajahnya lalu mengacak-acak rambutnya frustasi. Sebenarnya Rafly tidak ingin ada orang lain lagi yang merasa tersakiti atas perbuatan dirinya walaupun Rafly masih belum yakin ia melakukannya atau tidak.
Rafly tidak ingin menyakiti cinta pertamanya, yaitu mamanya sendiri. Rafly akan merasa sangat berdosa jika mamanya sampai tahu masalah ini. Sampai saat ini pun, Rafly masih menunggu waktu yang tepat untuk menceritakan semuanya. Karena di sisi lain, Rafly membutuhkan saran. Tidak ada yang bisa ia ajak cerita untuk masalah ini, Rafly merasa ia telah kehilangan separuh hidupnya.
"Aku nggak bisa bilang ini ke Mama.."
"Kalau seandainya Mama kamu tahu ini dari orang lain gimana? Bukannya lebih parah dibanding kamu kasih tahu dia lebih awal."