Kalau kamu berubah, apa aku bisa bertahan?
***
"Sejak kapan kamu suka main ke rumah Randy?" Tanya Rafly sinis
"Em, udah lama, sih. Kenapa?"
"Dia itu mantan kamu loh kalau kamu lupa."
Dira menghela napasnya sejenak, "Aku nggak lupa kalau dia mantan aku, buktinya aku masih temenan sama dia. Jadi, aku nggak lupa 'kan?" Ucap Dira sambil menaik-naikkan alisnya
"Nggak lucu." Ucap Rafly ketus
"Siapa juga yang lagi ngelawak?" Tanya Dira tak mau kalah
"Dir, aku nggak mau, ya, kalau kamu deket-deket sama dia lagi." Ucap Rafly jujur
"Kok kamu tiba-tiba larang aku, sih?" Tanya Dira
"Aku nggak larang kamu buat temenan sama siapa aja. Tapi buat sekali ini aja, tolong jauhin Randy." Pinta Rafly
"Raf, cari temen itu nggak gampang. Apalagi dia udah kenal aku lama banget."
"Aku tau, cuma bisa nggak jauhin dia demi hubungan kita?"
Dira menaikkan sebelah alisnya, "Kamu cemburu?"
Rafly kikuk, "Aku nggak cemburu, aku cuma nggak mau kamu balikan lagi sama dia."
Dira menggenggam tangan Rafly, "Jodoh itu udah ada yang atur kali, kalau kamu kehilangan aku pasti kamu bisa dapat pengganti yang jauh lebih baik dari aku."
"Dir, hubungan kita serius kan?"
"Raf, kita udah 3 tahun pacaran, nggak mungkin aku nggak serius sama hubungan kita." Balas Dira berusaha menahan emosi
"Ya tapi sikap kamu akhir-akhir ini beda."
"Aku nggak berubah, kamu yang berubah. Jujur, kamu kayak bukan Rafly yang aku kenal. Rafly yang serius sama aku, Rafly yang suka kasih kabar setiap hari, Rafly yang nggak sibuk. Sekarang, itu semua udah nggak ada di dalam diri kamu." Ungkap Dira dengan mata yang berkaca-kaca
"Aku serius sama kamu, Dir. Kamu nggak percaya sama aku?" Tanya Rafly yang ikut tersulut emosi
"Kamu tanya apa aku percaya atau nggak, tapi kamu sendiri belum kasih bukti apa pun ke aku."
Rafly mengerutkan keningnya, ia tidak mengerti apa maksud dari perkataan Dira saat ini. Ia belum memberi bukti apa? Selama ini, ia selalu berusaha ada setiap Dira butuh.
"Bukti apa?" Tanya nya
Dira tersenyum meremehkan, "Kamu nggak pernah kan lamar aku? Oke, dulu sewaktu aku masih kuliah kamu sering ajak aku nikah, tapi aku tau itu cuma gombalan kamu doang dan hubungan kita waktu itu belum seserius seperti sekarang."
Rafly tertegun mendengar keinginan kekasihnya itu, ia memang tidak sampai berfikir sejauh itu. Rafly kira Dira masih ingin menikmati masa mudanya, melanjutkan pendidikannya atau bekerja.
"Kamu diam artinya kamu emang nggak serius sama aku." Ucap Dira
"Nggak gitu, aku serius sama kamu tapi—"
"Tapi apa? Kamu mau cari alasan apa?"
"Nggak bisa jawab kan? Aku mau sendiri jangan cari aku dulu." Ucap Dira sambil beranjak dari teras tempat duduknya bersama Rafly sejak tadi. Dira langsung masuk ke dalam rumah, namun Rafly juga tidak berusaha mengejarnya. Rafly berusaha untuk mengerti Dira bahwa Dira mungkin butuh waktu.
Ponsel Rafly berdering menandakan ada sebuah panggilan masuk, kemudian Rafly mengangkat telepon tersebut.
"Rafly? Kamu bisa ke rumah aku sekarang?" Ucap seorang wanita di seberang sana.
"Kamu sakit?"
"Nggak, aku cuma mau tunjukin kamu sesuatu. Kamu datang ya ke rumah, jangan sampai nggak. Aku tunggu, bye!"
Sambungan terputus.
Rafly langsung masuk ke dalam mobilnya, lalu menancapkan gas menuju tempat seseorang yang ada di panggilannya tadi.
Dira melihat mobil Rafly yang keluar dari halaman rumahnya, tidak mengucapkan sepatah kata pun atau sekedar menunggunya untuk keluar pun tidak Rafly lakukan. Rafly memang berubah.
"Kalau kamu berubah, apa aku bisa bertahan?" Tanya Dira pada diri sendiri
***
"Dir, kita tuh lulusan sarjana. Tapi kok kita bisa luntang-lantung gini? Cari kerja susah bener, ya." Keluh Ghea
"Bener kata orang, sarjana aja nggak menjamin kita bisa dapat kerja dengan mudah." Timpal Dira
"Tapi seenggaknya kita sebagai sarjana punya ilmu lebih dan pengalaman yang banyak. Iya kan?" Tanya Ghea
"Iya bener." Balas Dira
"Muka lo hari ini kusut banget. Punya masalah lagi lo?" Tanya Ghea risi
"Nggak ada masalah ya nggak hidup." Jawab Dira simpel
Ghea menghela napasnya, "Suka-suka lo aja lah. Pusing gue urusin masalah lo nggak kelar-kelar."
"Kayaknya hidup lo free dari masalah, ya?" Tanya Dira
"Ya nggak juga. Gue punya masalah tapi nggak gue besar-besarin."
"Ghe, gue mau tanya sesuatu." Ucap Dira
"Apa?"
"Salah nggak sih temenan sama mantan padahal kita udah punya pacar?" Tanya Dira
"Sah-sah aja kali temenan sama siapa pun. Kita bukan semut yang harus temenan lagi sama semut. Kita tuh harus kayak jam dinding, dia temenan sama baterainya jadi sama-sama menguntungkan. Yang satu bisa berfungsi, yang satu bisa hidup."
"Gue nggak ngerti." Ucap Dira polos
"Bocil akut lo!" Balas Ghea
***
Dira menatap bingkai foto Rafly dan dirinya yang tersenyum bahagia di depan kamera. Ya, itu foto Dira saat sedang wisuda, di mana Rafly juga datang untuk pertama kalinya setelah tidak bertemu bertahun-tahun. Dira merindukan Rafly, apa Rafly juga merindukannya?
"Pak Dosen, kamu janji loh nggak bakal berubah." Ucap Dira sambil mengetuk-ngetuk foto tersebut seolah itu adalah Rafly sungguhan.
Kemudian, Dira meletakkan kembali foto tersebut di meja yang ada di sebelahnya. Dira langsung menyambar ponselnya, siapa tahu Rafly berusaha mencarinya. Senyuman itu langsung memudar, saat Dira tidak menemukan satupun notifikasi dari Rafly.
Memang ini permintaannya agar tidak mau di ganggu, tetapi bisakah Rafly berusaha peka sedikit? Apakah Rafly tidak ingin tahu kabar Dira lagi?
Dira menyesal.
***
ANYEONG!
AKU NYEBELIN GA SIH? BARU-BARU PART AWAL UDAH ADA KONFLIK:v
NIATNYA PENGEN SELESAIN CERITA INI CEPET2 NGGAK BANYAK PART, JADI GINI DEH..
HEY GUYS, JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YA. TERUS JANGAN LUPA SHARE KE SEMUA TEMEN TEMEN KAMU.
MAU SEDIKIT CERITA, JADI PAS MALEM AKU BIKIN PART INI TUH KEK NETES AJA GITU, GA TAU KENAPA. PADAHAL PAS AKU BACA ULANG, FEELNYA BIASA AJA KAYAK ORANG MARAHAN. TAPI KENAPA PAS MALEM NGETIKNYA SAMBIL BAPER YA? BARU KALI INI NULIS CERITA SAMPE SEGITUNYA 😂
UDAH AH, BYE. MAAPIN YE KALO GAJE BANGET.