30 - Praduga

4.5K 528 123
                                    

"Kenapa ngajak aku ketemu?" tanya Dira sembari menopang dagunya.

"Jam kerja, lagi." sambungnya.

Rafly berdehem. "Bukannya kamu nggak punya kerjaan?"

Dira memanyunkan bibirnya. Sepertinya Rafly sedang mengejek dirinya kali ini. Lagian kenapa juga Dira mau menerima tawaran Rafly.

"Aku ngundurin diri, ya, bukan dipecat."

"Nggak ada yang bilang kamu dipecat."

"Ya udah, kenapa ngajak aku ketemu? belum move on, ya?"

"Kamu sendiri udah move on?"

Skak.

"Kemarin-kemarin sih udah, tapi, kayaknya gue suka lagi sama dia. Emang, ya, pesona mantan nggak ada tandingan." batin Dira.

"Ada bahasan lain nggak selain ini?"

Rafly mengangguk. "Sebenernya ada banyak yang mau aku bahas, tapi, poin utamanya aja, ya."

"Tentang apa?"

"Kita."

"—maaf, maksudnya aku sama kamu."

Apa bedanya 'kita' dengan 'aku sama kamu?'

"Kamu percaya 'kan selama aku S3 kemarin aku nggak ngelakuin hal yang aneh sama sekali, yang diomongin Hana itu cuma fitnah, Dir. Kamu tau, dua hari yang lalu dia datang ke rumah aku buat ngejelasin sama apa yang terjadi. Aku udah ngebuktiin kalau aku sama dia nggak ngapa-ngapain." ungkap Rafly.

"Iya, aku percaya."

Rafly mengerutkan keningnya. "Kok muka kamu biasa aja? kamu nggak kaget?"

"Dua hari yang lalu sih kaget, tapi, sekarang udah nggak."

"Maksudnya kamu udah tau sebelum aku cerita?"

Dira menyeruput minuman yang ada di depannya. "Panas banget, ya, jadi haus." katanya.

Rafly memegang tangan Dira. "Dir, kamu udah tau sejak kapan?"

Dira melirik ke sebelah tangannya yang sedang digenggam oleh sang mantan. Kemudian, Rafly melepaskan genggamannya itu.

"Sejak dua hari yang lalu." katanya santai.

"Kok bisa?"

Dira menyibakkan rambutnya. "Aku denger semua yang kalian omongin."

"Oh." sahut Rafly.

"HAH?!" lanjutnya.

"Kenapa?" tanya Dira.

"Berarti pagi itu kamu ada di rumah aku dong?"

"Yes. Tepatnya di depan gerbang rumah kamu."

Itu artinya Dira pagi-pagi sudah ada di depan rumahnya? tapi, untuk apa?

"Kamu ngapain di rumah aku pagi-pagi?" tanya Rafly untuk menuntaskan rasa penasarannya.

Sekarang Dira yang terlihat kebingungan. Kalau Dira mengatakan yang sejujurnya bisa-bisa harga dirinya turun.

"Kenapa harus bilang kalau denger sih, pura-pura kaget aja 'kan harusnya!" kata Dira merutuk di dalam harinya.

"Dir?"

"Hah?"

"Kamu ngintai aku pagi-pagi?" tanya Rafly

"Enak aja, pede banget. A-a-aku cuma—"

"—Cuma apa?"

Dira kalah. Memang paling susah untuk berbohong di depan Rafly. Alasan apa yang harus Dira katakan setelah terciduk di awal?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 05, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dosen, Selalu Benar : Dira Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang