Bahkan sampai detik ini aku berharap kisah aku dan kamu masih bisa diperbaiki, mungkin aku terlihat tidak berjuang namun aku juga tidak mau kalah dengan takdir.
***
"Tante, Om ke mana?" Tanya Deva yang tiba-tiba menghampiri Bunda yang sedang duduk manis di ruang tamu.
"Lagi mancing kayaknya."
"Di sini juga ada tempat mancing, Tante?"
"Oh iya pasti, bahkan ada yang jualan patung di gang depan." Seru Bunda.
"Hah? Patung, maksudnya gimana?" Tanya Deva yang masih belum mengerti.
"Ya patung. Kamu tau patung nggak, yang diem itu?"
Deva menggaruk kepalanya, "Bukannya patung emang diem, ya?"
"Pinter."
"Terus maksud Tante promosi patung apa? Saya nggak mudeng."
"Siapa tau kamu mau beli,"
"Buat apa?" Tanya Deva. Bego.
"Ya buat dipajang dong, masa dijadiin pasangan." Balas Bunda terkekeh geli.
"Saya sukanya Dira, bukan patung." Ceplos Deva.
Bunda seperti tidak kaget, "Yakin? Tapi Dira udah punya pacar, kamu harus benar-benar berjuang extra, lho."
Mungkin alasan Bunda tidak terkejut ketika Deva bilang suka pada putrinya karena sudah jelas di awal pertemuan mereka Deva sudah menunjukkan rasa tertarik pada Dira. Dasar anak muda!
Deva mengerutkan keningnya, "Bukannya Dira nggak punya pacar?"
Sekarang Bunda yang dibuat bingung oleh Deva, "Dira ada pacar kok. Namanya Rafly, dia Dosen. Dira nggak cerita sama kamu?"
Terlihat Bunda sangat bangga memperkenalkan Rafly sebagai kekasih putrinya.
"Dira udah putus sama yang namanya Rafly, beberapa Minggu yang lalu. Tante nggak tau?"
Deva sangat tolol.
Sampai sejauh ini Dira saja masih menyembunyikan rahasia ini terhadap orang tuanya, sedangkan Deva yang baru kenal satu hari saja langsung ikut campur masalah Dira dengan mantannya.
Dira bahkan sampai rela berbohong dan terlihat baik-baik saja di depan orang tuanya karena ia tidak mau mengecewakan mereka dengan hubungan Dira yang lagi-lagi kandas.
Cukup, Deva sudah sangat berulah kali ini.
Bunda masih terkejut mendengar kalimat yang baru saja Deva ucapkan. Perlukah dirinya percaya pada orang baru? Tetapi di raut wajahnya tidak terlihat sedikitpun kebohongan. Jika benar Dira dan Rafly sudah tidak bersama lagi, lantas mengapa Dira bohong bahwa mereka baik-baik saja?
"Rafly selingkuh dan Dira tau fakta itu. Selama beberapa bulan terakhir, Rafly jarang menemui bahkan memberi kabar ke Dira." Cerita Deva.
Bahkan Bunda pun belum meminta Deva untuk menceritakan semua, tetapi anak itu sangat bermulut lemes. Bunda masih mencerna kalimat sebelumnya tetapi Deva telah menyajikan fakta-fakta yang sebenarnya. Sungguh, perasaan Bunda saat ini merasa gagal menjadi peran ibu yang baik bagi anaknya. Ada dua alasan mengapa Bunda sangat sensitif terhadap hal ini, yang pertama karena Dira anaknya telah dikhianati dan yang kedua Rafly sudah dianggap sebagai anak kandung sendiri oleh Bunda sejak dulu.
Bagaimana bisa hubungan yang terlihat baik-baik saja dibumbui oleh pengkhianatan?
***
Rafly mengecek ulang ponselnya, berharap ada satu notifikasi masuk dari Dira. Mengapa ia masih menunggu kabar Dira padahal status mereka tidak lebih dari seorang mantan kekasih. Rafly menjadi orang yang plin-plan, hari ini ia berencana seperti itu tetapi sesaat kemudian ia mengubah rencananya. Entah karena Dira atau memang Rafly yang sudah bukan Rafly.