Jangan mundur untuk membiarkan orang lain masuk. Mungkin kali ini biar saja egois dulu.
***
Dira menatap layar laptopnya dengan tatapan kosong. Ia menggigit bibir bawahnya memikirkan hal-hal yang sebenarnya tidak perlu dipikirkan. Sangat sia-sia sebenarnya, namun ia suka.
Menjadi dewasa itu ternyata sulit, ketika ia masih remaja ia pernah berpikir bahwa menjadi dewasa itu menyenangkan bisa melakukan sesuatu sesuai kemauan namun ternyata tidak, bahkan kehidupan setelah menjadi dewasa itu lebih rumit.
Dituntut menjadi sabar oleh keadaan sedangkan diri sendiri memiliki sifat egoisme. Ya, bukankah hidup itu sebuah pelajaran? Bahkan sampai di titik terakhir bernafas pun kita tetap belajar. Belajar bernapas sejak lahir dan mesti belajar sampai menghembuskan napas terakhir.
"Duar!" Teriak Deva yang sedari tadi memperhatikan Dira.
Dira sedikit tersentak, kemudian menyadari bahwa ada Deva di depannya, "Maaf, Pak."
Deva yang salah kok Dira yang minta maaf?
"Kamu udah makan siang?" Tanya Deva.
Dira menggelengkan kepalanya ragu.
"Bisa kita makan siang di luar?"
***
"Kamu kenapa ngelamun terus sih?" Tanya Deva sambil menghabiskan suapan terakhirnya.
"Mikirin hal yang nggak penting, Pak." Jawab Dira dengan nada gurau.
Deva menarik napasnya, "Hari gini mikirin hal yang nggak penting buang-buang waktu aja."
"Kamu mikirin saya aja lebih bermanfaat." Sambung Deva.
Dira berdecih, "Kepedean banget sih."
Dira menatap pintu masuk restoran ini, terlihat sosok Rafly yang menenteng tas kerjanya yang masih memakai kemeja warna biru tua. Tunggu, dia sama siapa?
Dira membulatkan matanya ketika ada perempuan yang mengikuti Rafly dibelakangnya. Bola matanya mengikuti langkah perempuan itu, ternyata bukan datang bersama Rafly. Buktinya perempuan itu duduk sangat jauh di tempat Rafly duduk.
Dira tersenyum lega melihatnya.
"Kamu kenapa sih?" Tanya Deva yang melihat gelagat Dira sangat aneh.
"Pak, saya boleh izin ke toilet nggak?"
"Tentu."
Alih-alih pergi ke toilet nyatanya Dira menghampiri meja Rafly. Dira tersenyum menggoda menatap Rafly.
"Cowok.." Sahut Dira.
Rafly menatap Dira dengan tatapan datar seperti biasa.
"Kamu ngapain di sini?" Tanya Rafly.
Dira berdecih, kemudian ia duduk di hadapan Rafly. "Ya makan lah, emang ada hal lain pergi ke restoran selain itu?"
Rafly mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Kamu ngapain di sini?" Tanya Dira.
"Bukannya kamu tadi bilang emang ada hal lain pergi ke restoran selain makan?"
Dira menghembuskan napasnya, "Oke."
"Kamu ke sini sendiri?" Tanya Dira.
"Tadi sendiri, sekarang berdua sama kamu." Jawab Rafly.
Dira menahan senyumnya.
"Kamu sendiri ke sini?" Tanya Rafly.
"Sama Bos aku."