Hari ini berjalan seperti biasa, Irene yang masih mengaggumi Jaeden.
Dan Jaeden yang tidak tahu, bahkan mungkin tidak peduli jika ia tahu.Siang ini, jadwal Irene untuk kelas musik. Hari pertama nya menjadi anggota ekstrakulikuler musik.
Tepatnya, hari ini mempelajari piano.
Bagus, Irene sudah tau beberapa hal dasar bermain piano."kakak minta kalian coba pencet keyboard piano ini, dengan not yang sudah ada, masing-masing tombol keyboard sudah ditandai, tekan selembut mungkin, ini bertujuan untuk melihat skill kalian dalam memainkan alat." jelas Thomas, senior eskul musik.
Masing-masing dari mereka dipanggil untuk mencoba, tiba gilirannya Irene yang maju kedepan.
Ia menekan pelan keyboard itu dan menghasilkan nada yang indah.Thomas pun terkagum dengan alunan nada yang dibuatnya. Begitu pula dengan Jaeden.
Ia menikmati setiap alunan nada yang dibuatnya. Irene mahir dalam piano."good job, Irene!" puji Thomas.
"thanks kak" jawab Irene malu-malu.
Jaeden memalingkan wajahnya. Irene yang masih sibuk ditepuk-tangani menyadari akan hal itu.
"permisi kak, saya boleh duduk lagi kan?" tanya Irene.
"oh iya iya, silakan. Next, Alisson" lanjutnya.
Jaeden meninggalkan kelas. Irene berniat menyusul nya.
Irene mengikuti setiap langkah yang Jaeden ambil, hingga kini sampai ke rooftop."k-kak.."panggil Irene ragu.
Jaeden menoleh, ia terkejut.
Sedari tadi ia tidak sadar ada Irene dibelakangnya."sorry, bukan maksud lancang, tapi tadi kakak keluar dari kelas" jelas Irene.
"ya"
'ini manusia, apa bener titisan salju sih?' batin Irene menyeringai.
Irene maju beberapa langkah, menyetarakan berdirinya disebelah Jaeden.
"kalo kakak ada masalah, ceritain aja jangan dipendam" ungkap Irene.
"ga usah pake kakak-kakak an, gue bukan kakak lu" ketusnya.
Nyess..
"okay" katanya masih tetap tegar.
Jaeden menoleh, selama ini dia melihat Irene dari jarak jauh, walau ia pernah duduk bersebelehan, ia tak memperhatikan betul wajahnya.
Cantik. Batinnya.
Ia mengamati setiap inci wajah Irene.
Hembusan angin meniup halus wajahnya, dan anak rambut yang mengganggu matanya.
Tanpa sadar tangannya ingin meraih rambut itu dan menepikannya.Irene menoleh, ia terkejut.
Jantung nya berdetak lebih cepat dari biasanya, ia berusaha menahan wajahnya yang terkejut."thanks ya, gue ga papa" katanya, kemudian pergi.
Sedangkan Irene masih mematung ditempat, pipi nya memanas.
Dia menutup wajahnya dengan kedua tangan, dan berteriak yang tak terdengar.--
"FINNNNN!!!" Irene berlari dan memeluk Finn tiba-tiba."ah, sakit ren" komen Finn.
"sorry-sorry, eh Mills sorry ya" Millie tertawa melihatnya.
"iya iya gue paham, lagi seneng banget kayanya, kenapa?" tanya Millie
"eumm, kak j-" ucapan nya terhenti, saat melihat Jaeden ke arah mereka. Dia mengambil tas-nya. Mereka semua di kantin belakang, karena kantin sekolah sudah tutup.
