-36] End.

221 47 14
                                    

Irene mengganti lagi pakaian nya yang sudah ber-piyama menjadi celana jeans pendek dan hoodie tebalnya.

Ia kembali lagi ke kamar Finn, untungnya Finn sudah membuka pintunya terlebih dahulu jadi Irene tak perlu susah payah untuk menunggunya. Irene tak berbicara apapun, ia segera menuruni tangga.

"bundaaa, aku sama Finn pergi." pekik Irene yang menggema di satu rumah.

Katie segera keluar kamar menghampiri kedua anaknya. "Erly, kamu baik-baik ya.." katanya, Irene berhenti.

"bunda udah tau?" tanya Irene.

Katie mengangguk mengiyakan pertanyaan Irene. "abang kamu yang kasih tau" tanpa berlama-lama, Irene membuka pintu rumahnya dan masuk kedalam mobil nya.

"Finn, buruaaannn" pekiknya, padahal Finn juga sudah masuk kedalam mobil.

Finn hanya mengiyakan perkataan Irene, tak ada waktu untuk berdebat saat ini. Ia tau betul bagaimana bingung nya perasaan Irene saat ini.

10 menit berlalu, kini mereka pun sampai di rumah sakit. Irene membuka ensel pintunya tapi masih dikunci oleh Finn.

"Finn!" sahutnya.

"Bougenville 124" singkat Finn.

"kok langsung di kamar inap? Kenapa ga di UGD dulu? Kalau kenapa-kenapa gimana?" protes Irene.

"udah Rene, baru ini dipindahin ke kamar inap, nyokap nya yang ngasih tau ke gue" jelas Finn, kemudian barulah Irene benar-benar turun dari mobil.

Ia memasuki lobby rumah sakit dan langsung ke meja resepsionis. "misi, bougenville 124 dimana ya?" tanya nya kepada suster disana.

Suster itu pun menjawab arah menuju kamar yang dimaksud Irene.

Irene segera menuju ke arah yang ditunjuk oleh suster itu, untungnya tidak berada di sekian lantai yang tinggi, hanya dilantai dua.

"seratus.. Dua.. Dua.., dua tiga, dua empat!" kata Irene menghitung pintu-pintu ruangan di lorong itu.

Ia melihat sekeliling, tidak ada orang. Saat pandangannya kembali ke depan, seseorang baru keluar dari sana. Irene agak tersentak kaget, namun akhirnya ia bisa menormalkan dirinya kembali.

"nak Irene?" sapa seseorang itu.

"iya tante, Jaeden gimana?" tanya Irene antusias.

"udah ditangani, luka jahit dikepala setelah itu gak ada yang lebih serius." jelas ibunya Jaeden kepada Irene.

Irene membuang nafas lega, "Irene boleh masuk te?" tanya nya.

"boleh, tapi-"

"makasih ya tante!" Irene segera masuk sebelum mendengar lanjutan dari kata tapi tadi.

Ia berlari kearah kasur rumah sakit tempat Jaeden berbaring lantas memeluknya. "Jae, i'm so sorry! Please wake up! I'm here.. I'm here Jae.." katanya dengan sesegukan.

Ia mengguncang-guncangkan tubuh Jaeden, sang empu tetap tak sadar.

"sorry-" kata seseorang dari belakang Irene. Irene membalik tubuhnya menghadap orang tadi, tak lupa tangannya yang menggenggam tangan Jaeden.

"who.. Who are-" kata orang tadi terpatah.

Tunggu, sepertinya Irene tau orang ini. Ia pernah melihatnya, ia yakin orang ini adalah orang yang sama dengan.. Wanita di cafe!

"Sateen" gumam Irene.

"ow, you know me?" katanya.

"kenapa lo disini? Lo apain Jaeden? KENAPA LO DISINI!" pekik Irene, bahkan tangannya yang sudah ia lepaskan dari tangan Jaeden sudah siap melayang menyerang Sateen.

, biggest fan | jmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang