Prolog.

25.4K 841 23
                                    

Seorang gadis berkulit putih itu tertawa terbahak-bahak sehingga laki-laki kecil yang berada di hadapannya terkekeh geli. Ini kali pertamanya ia melihat gadis kecilnya itu tertawa lepas seperti itu.

“Udah Rara. Dari tadi kamu ketawa terus, emang nggak capek apa?” tanya anak laki-laki itu menghentikan tawanya, lalu menaiki sepedanya yang berada di sebelah gadis yang bernama Queyra Mike Cralita.

Queyra atau yang kerap dipanggil Rara itu menghentikan tawanya. “Kita mau kemana lagi Wono?”

Valdes Bimo Pratamowono. Queyra biasa memanggilnya dengan sebutan Wono karena ia mengambil nama belakangnya. Sedangkan Valdes memanggil Queyra dengan sebutan Rara. Karena ia mengambil ujung nama pertamanya.

“Ke rumah pohon yuk!” ajak Valdes berseru keras.

Queyra menganggukkan kepalanya. Ia menaiki sepeda Valdes, dengan Valdes yang mengemudikannya. Queyra memeluk tubuh Valdes dari belakang, sesekali ia mencium bau keringat Valdes yang menurutnya wangi.

“Udah siap?” tanya Valdes menoleh ke belakang.

Queyra mengangkat tangannya ke atas udara. “SIAP BOSS!”

Ha .... ha ... ha ...

Tawa mereka berdua menggelegar di seluruh penjuru jalanan. Queyra dan Valdes tertawa bersama-sama kembali. Setelah rumah pohon itu sudah terlihat. Valdes menghentikan sepedanya, tepat di bawah pohon yang rindang.

“Ayo Rara!” teriak Valdes menggenggam tangan mungil gadis kecilnya dengan penuh bahagia.

Queyra menatap rumah pohon yang berada di hadapannya dengan bibir yang dimanyunkan ke depan. “Ini siapa sih yang buat rumah pohon? Nggak kira-kira tingginya.”

Valdes terkekeh mendengar gerutuan gadis kecilnya itu. Ia mengulurkan tangannya yang satunya lagi. “Ayo pegang tangan aku, kita ke atas sama-sama.”

Queyra menggelengkan kepalanya menolak. “Aku takut jatuh,” cicitnya membuat Valdes melongo.

“Kan ada aku Rara. Kamu nggak akan jatoh, percaya deh ... Ayok ke atas, aku pegangin kok.”

“Beneran ya?” tanya Queyra memastikannya.

Valdes menganggukkan kepalanya sambil tersenyum kecil. Queyra pun membalas senyumannya.  Lalu ia menerima uluran tangan Valdes dengan hati yang berbunga-bunga.

Saat sudah berada di atas. Valdes mengeluarkan sebuah kalung yang berbentuk bebek. Queyra yang melihat itupun melebarkan matanya.

K--kalung bebek?”

Valdes mencubit hidung mungil Queyra. “Iya kalung, kalung bebek yang kamu mau kemaren. Dan ini ... Buat kamu Rara.”

Queyra menatap Valdes tak percaya. “Seriusan? Demi apa? Aku suka banget yey!”

Valdes mengacak rambut Queyra dan memasangkan kalung berbentuk bebek itu ke leher jenjangnya. Queyra nampak senang tidak tertolong, ia memeluk sahabat kecilnya itu dengan bahagia.

“Makasih, aku suka kalungnya Wono!" Seru Queyra memeluk tubuh Valdes erat.

Valdes mengelus-elus puncak kepalanya. “Selalu jaga kalung ini ya, kalau kamu ngilangin kalung ini. Itu artinya kamu udah lupain aku. Tetap seperti ini ... Oke.”

Queyra menganggukkan kepalanya antusias. “Rara janji akan selalu jaga kalung ini sampai tua nanti. Makasih Wono!”

Valdes terkekeh kecil. Tanpa disadari oleh mereka berdua, ternyata hari sudah mulai sore, bahkan matahari pun sudah hampir tenggelam. Valdes mengajak Queyra agar pulang sekarang.

Queyra mengiyakan ajakan Valdes. Hingga mereka berdua pun pulang memakai sepeda Valdes yang tadi ia bawa. Mereka terus saja tertawa tanpa menyadari ada sebuah kendaraan yang melaju cepat ke arah mereka.

“Rara ... Besok kita ke rumah pohon lagi yuk, aku mau ngerayain ulang tahun kamu yang ke tujuh tahun,” ucap Valdes mengayuh sepedanya.

Queyra tersenyum senang. “Iy------.”

Belum sempat Queyra membalas ucapan sahabatnya itu. Tiba-tiba sebuah mobil menghantam ban sepeda Valdes sehingga Valdes dan Queyra terpental jauh dari pertengahan jalan.

Valdes mengerjap-ngerjapkan matanya dengan darah yang mengalir deras di sekujur tubuhnya, sedangkan Queyra menatap Valdes sayu, dan menutup matanya rapat-rapat. Valdes ingin meraih tangan mungil Queyra yang berdarah itu, namun ia kalah cepat, karena matanya sudah tertutup rapat.

“Rara ... Valdes!”








THE REAL ANTAGONIST [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang