=30= Berkelahi.

5.5K 299 1
                                    

Di bangku pojok Valdes menenangkan Queyra yang tak kunjung menghentikan tangisannya. Membuat laki-laki itu bingung harus melakukan apa, selain diam di sampingnya. Mendengarkan gerutuan Queyra di lipatan kedua tangannya yang basah, akibat lama menumpahkan air mata, bercampur keringat.

“Ra. Kamu kenapa sih? Kok masih nangis.” Valdes mengelus-ngelus puncak kepalanya.

Queyra masih diam tidak menanggapi. Hingga tibalah Fitaloka bersama segerombolan tiga laki-laki di belakangnya.

“Quey! Lo kenapa?” tanya Fitaloka berdiri di samping Queyra.

Gadis itu langsung bangkit, menatap Fitaloka dengan kedua kelopak mata sembab. Queyra langsung memeluk sahabatnya, menumpahkan segala keluh kesahnya kepada Fitaloka, yang sudah ia anggap sebagai saudara dekatnya sendiri.

Fitaloka membalas pelukan Queyra dengan mata berkaca-kaca. “Quey ...”

“Sebentar lagi Bu Guru mau masuk. Aku ke kelas dulu, ya.” Valdes mengelus surai rambut Queyra sesaat. “Pulang sekolah aku jemput ke kelas kamu. Jangan nangis lagi, Ra.”

Queyra tampak diam tidak berniat menjawab apapun. Valdes hanya mampu tersenyum tipis, tatapannya tertuju kepada Farhan. Terbesit rasa kesal karena laki-laki itu muncul memandangi Queyra penuh selidik.

Valdes berjalan melewati Farhan. Ketika badannya bersebrangan dengan cowok itu, ia sempat mengatakan. “Jauhi Queyra!”

Setelahnya ia kembali berjalan, menuju kelasnya yang berada di lantai 2. Farhan menghela napas panjang, dengan bibir yang melengkung.

“Siapa dia nyuruh gue jauh-jauh dari Queyra?” gumam Farhan pelan.

Laki-laki itu berjalan mendekati Queyra, mengetahui gadis itu sudah melepaskan pelukannya dengan Fitaloka.

“Queyra ... G-gue minta maaf,” ucap Farhan penuh penyesalan.

Queyra menatap Farhan datar. Bukannya menjawab, ia malah menoleh ke arah Fitaloka. “Fit. Gue duduk sebangku sama lo, ya.”

Fitaloka mengigit bibir bawahnya. “A-anu, Quey. Gue 'kan sebangku sama Shera.”

Shera yang sedang membaca buku novelnya mengernyit. Menatap Queyra yang kini menatapnya balik. “Shera. Boleh gue duduk di bangku lo? Kita tukeran tempat duduk.”

Shera tentu saja menolak. Sejauh ini ia tidak pernah duduk berdampingan dengan lawan jenis. Terlebih lagi, ia tidak cukup dekat dengan Farhan yang memiliki sifat cuek.

“Nggak mau ah, udah nyaman disini.”

Queyra menghela napas panjang. Lirikan matanya beralih kepada Farhan yang memasang wajah menyebalkan, dengan kedua tangan yang melipat di bawah dada.

“Kenapa harus pindah tempat, sih. Segitu marahnya lo sama gue?” tanya Farhan menatap manik mata Queyra yang masih berlinang air mata. Ingin sekali Farhan menghapusnya, lalu merengkuhnya memberikan ketenangan.

Untuk ke sekian kalinya Queyra tidak menjawab ucapan Farhan. Tatapannya malah beralih kepada Rifan yang kini duduk manis di kursi miliknya.

“Rifan. Tukeran tempat duduk, ya. Gue mau duduk disini,” ucap Queyra berjalan mendekati bangku Rifan yang berada di jajaran ke-2 setelah bangku pertama.

Rifan menggeleng. “Gue duduk sama Andra.”

Queyra berdengkus sebal. “Ya udah, kalau gitu. Andra yang tukeran tempat sama gue. Ya, Ndra. Sekali aja.”

Andra yang tidak suka mencari keributan pun hanya menganggukkan kepalanya pasrah. Lagi pula ia sudah bosan sebangku dengan Rifan, yang kerjaannya cuma menyontek saja kepadanya.

THE REAL ANTAGONIST [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang