Valdes melamun di kamar Quenza. Mengingat bayangan masa lalunya yang terus saja menghantui pikirannya. Ia tidak bisa tidur malam ini, hanya berdiam diri sembari melihat-lihat sekitar kamarnya.
"Gue kenapa?" tanya dirinya sendiri.
Ceklek.
Pintu kamar terbuka, menampilkan Quenza dengan piyama merah maron kesukaannya. Tidak lupa dengan gelas berisikan minuman hangat untuk tunangannya. "Loh, Valdes. Kamu belum tidur?"
Valdes menggeleng. "Aku nggak bisa tidur. Nggak tau kenapa, aku ngerasa ada yang aneh."
"Aneh?" tanya Quenza berjalan mendekati Valdes.
"Iya. Aku ngerasa adik kamu ada kaitannya sama masa lalu aku. Tapi nggak tau letak keterkaitannya itu sebelah mana," ungkap Valdes mengacak rambutnya frustasi.
Quenza terdiam membisu. Apa ini artinya ingatan Valdes akan kembali? Tidak-tidak! Quenza tidak akan tinggal diam jika memori tentang Valdes dan Queyra di masa lalu akan teringat kembali olehnya.
Quenza tampak panik bukan main. Gadis itu langsung menggenggam tangan kekar Valdes. "K-kamu jangan mikirin yang aneh-aneh dulu, deh. Mendingan sekarang kamu istirahat."
Valdes mengernyit, mengusap puncak kepala Quenza yang dibanjiri keringat dingin. "Kamu kenapa?"
Quenza menggeleng, tersenyum gugup. "N-nggak papa, kok."
Gerak-gerik Quenza terlihat mencurigakan, apalagi ketika ia membalas ucapannya dengan tubuh gemetaran. Seperti ada hal yang disembunyikan oleh Quenza kepadanya.
"Kamu nggak sembunyiin sesuatu 'kan sama aku?" tanya Valdes meyakinkan.
Quenza menggeleng kaku. "N-nggak."
"Oh iya, hampir aja aku lupa." Tangan Quenza mengambil gelas berisikan air hangat untuk Valdes. "Ini minum."
"Apa ini?"
"Jamu," jawabnya tersenyum tipis.
Belum sempat Valdes meminumnya, Quenza teringat sesuatu. "Stop!"
"Kenapa?"
Quenza terdiam sejenak. "Aku lupa ada obat yang belum di campur ke jamu itu. Bentar, aku ambil dulu di dapur."
Valdes menghela napas panjang. Membiarkan Quenza keluar kamar untuk mengambil obat yang belum sempat tercampur ke minuman jamu miliknya.
Padahal di luar dugaannya. Quenza sibuk mencari-cari solusi agar Valdes tidak mengingat masa lalunya kembali. Terlebih lagi, Quenza sudah jatuh cinta sedalam-dalamnya kepada Valdes.
"Nggak! Gue harus cari cara biar Valdes nggak inget sama masa lalunya," gumam Quenza mengigit bibir bawahnya, berpikir keras.
Quenza berlari ke kamar dekat kamar Papahnya, Lando. Ia menyeringai melihat kamar Lando dan Viona tengah kosong. Mungkin Lando sedang sibuk di ruang kerjanya, sedangkan Viona sibuk beres-beres di lantai bawah.
Kesempatan untuk Quenza mencari obat dewasa yang sering di gunakan Papahnya ketika bermain bersama Mamahnya.
"Yes! Dapet!" seru Quenza langsung menutup mulutnya.
Dengan tergesa-gesa ia menutup pintu kamar Lando dan Viona. Berlari kembali ke arah kamarnya yang terdapat Valdes yang kini sedang tiduran tidak nyaman di atas ranjang.
Tangan bergetarnya kini mengambil gelas jamu yang belum sempat Valdes minum. Ia menaburkan obat putih itu ke dalam jamu milik Valdes.
"Valdes. Minum dulu," ujar Quenza menyodorkan gelasnya kepada Valdes.
Dengan senang hati Valdes menerima gelas tersebut. Meneguk jamu buatan Quenza sampai habis tak tersisa.
"Makasih, ya."
Quenza tersenyum gugup. Valdes membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Beberapa menit berlalu, Quenza masih setia berada di dekat Valdes yang terlihat kegerahan.
Satu persatu kancing baju Valdes terbuka, mungkin efek obat perangsang yang diberikan Quenza baru saja bekerja.
"Aghhh panas!" teriak Valdes sukses membuat Quenza melotot.
Quenza menutup mulut Valdes yang meracau tidak jelas. "Suttt! Jangan teriak-teriak. Nanti Papah denger!"
Valdes memeluk tubuh Quenza membantingnya ke kasur, lalu menggelutinya tanpa kesadaran penuh. Quenza meneguk ludahnya susah payah, Valdes telah lepas kendali.
"Valdes ..."
"Puaskan aku sekarang juga, sayang. Ini sangat menyiksa bagiku," lirih Valdes mengecup bibir Quenza dengan paksa.
Quenza menangis di bawah tubuh kekar Valdes. Ia sadar ketika Valdes memelucuti pakaiannya, menciumnya dengan kasar tanpa berpikir dampak kedepannya seperti apa.
Yaa Tuhan, apa yang sudah aku lakukan?
Tubuhnya menegang sempurna. Quenza memejamkan kedua matanya, saat merasakan sensasi aneh yang menjalar, menguasai hawa nafsunya saat ini. Tubuh panas Valdes dan Quenza menempel, dan keduanya pun larut akan malam yang panjang.
Pada malam itu. Malam yang tidak pernah Quenza duga sebelumnya. Dan pada malam itu juga, harapannya hancur. Pikirannya kacau, kehidupannya semakin kelam. Dan pada malam yang mengenaskan, masa depan Quenza benar-benar menghilang menyisakan rintihan kesakitan.
===============================
Bukan cerita ++
Please jangan fiktor
Lanjut tak?😭✌️
KAMU SEDANG MEMBACA
THE REAL ANTAGONIST [SELESAI]
Dla nastolatkówQueyra Mike Cralita. seorang Bad girl yang masih bertahan dalam penderitaan hidupnya. Sosok gadis yang rapuh dibalik raga yang terlihat tangguh. Keluarga bukan jaminan untuk Queyra bertahan hidup, akan tetapi takdir yang mendorong Queyra untuk teta...