Valdes tampak terkejut melihat kamarnya berantakan, bak kapal pecah yang tertimpa gempa bumi. Samar-samar ia mendengar suara tangisan seseorang di dalam kamar mandi. Perasaannya bimbang, kepalanya pusing tak karuan. Bahkan ketika ia berjalan pun langkahnya sempoyongan.
"Apa yang sudah terjadi malam tadi?" tanya Valdes memegangi kepalanya yang terasa pening.
Belum sempat tangannya mengetuk pintu kamar mandi. Quenza lebih dulu membukanya dengan wajah pucat, serta kelopak mata yang sembab.
"Quenza ..."
"Kita melakukan kesalahan fatal," gumam Quenza menatap kasur yang berantakan itu dengan tatapan kosong.
Valdes tercengang. Ia baru saja menyadari sesuatu yang terasa mengganjal sedari tadi. Pengakuan Quenza membuat seluruh tubuhnya bergetar hebat. Ia menundukkan kepalanya, melihat pakaiannya yang berantakan.
"B-bagaimana bisa?" tanya Valdes shock, lantaran ia merasa tidak melakukan hal tidak senonoh itu kepada tunangannya.
Namun takdir berpihak lain, setelah apa yang dilihatnya sekarang, ia yakin ini nyata. "Kita-."
Tok!
Tok!
"Quenza! Valdes! Kalian ada di dalam?" Suara bariton Lando terdengar keras di balik pintu kamarnya.
Quenza segera mendorong Valdes ke kamar mandi. Sedangkan dirinya buru-buru merapihkan kasur yang terlihat berantakan. "Valdes lagi mandi, Pah. Ini aku lagi beres-beres di kamar. Bentar lagi selesai!"
Mendengar sahutan dari Quenza lantas Lando mengernyit. "Kenapa pintunya dikunci?"
Quenza memejamkan matanya, buru-buru membuka pintu. "H-hay, Pah."
Lando menatap Quenza kebingungan. "Kamu kok kelihatan panik gitu? Kenapa? Ada masalah di kamarmu?"
"E-nggak kok, Pah. Kita baik-baik aja kok." Bohong Quenza mengigit bibir bawahnya penuh keresahan. Ditatapnya kamar Quenza yang terlihat bersih dan rapih, Lando tersenyum tipis.
"Rajin banget sih anak Papah ini." Gemas Lando mengacak-acak rambut Quenza membuatnya kegelian.
"Ihh Papah!"
Lando beringsut menjauhkan tangannya dari puncak kepala Quenza. "Udah jam setengah tujuh. Kamu nggak berangkat sekolah?"
"Ini mau siap-siap. Tapi kayaknya aku bareng Valdes, deh. Kalau Papah mau nganter Kak Eliza, Kak Rendi sama Queyra duluan aja. Nanti Quenza nyusul belakangan sama Valdes."
"Yakin nggak mau berangkat sekolah bareng?" tanya Lando meyakinkan. Pasalnya akhir-akhir ini Quenza sering sekali telat datang ke sekolahnya, lantaran menunggu Valdes yang sering kesiangan bangun tidur. Seperti sekarang contohnya.
"Yakin, Pah."
Lando menghela napas panjang. "Ya sudah, kalau kamu maunya seperti itu. Tapi Valdes beneran sudah sembuh? Kemarin Papah lihat mukanya masih pucet loh."
"Sehat, Pah. 'kan aku udah kasih dia jamu," ucapnya sedikit meringis mengatakan hal itu kepada Papahnya.
Lando menganggukkan kepalanya. "Baiklah. Papah duluan ya, nak. Jangan lupa sarapan terlebih dahulu sebelum berangkat ke sekolah."
"Oke, Pah."
****
Queyra menatap jalanan dengan tatapan datar. Tumben sekali mobil yang ia tumpangi saat ini terasa aman dan damai. Matanya mendelik ke belakang, mencari seseorang yang sering membuat kerusuhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE REAL ANTAGONIST [SELESAI]
Teen FictionQueyra Mike Cralita. seorang Bad girl yang masih bertahan dalam penderitaan hidupnya. Sosok gadis yang rapuh dibalik raga yang terlihat tangguh. Keluarga bukan jaminan untuk Queyra bertahan hidup, akan tetapi takdir yang mendorong Queyra untuk teta...