=38= Ngedrop.

7.4K 384 9
                                    

Seluruh media dan para wartawan berdatangan ke rumah sakit Atmajaya, untuk meminta penjelasan pencarian anak yang hilang beberapa hari yang lalu. Berita hangat yang mungkin akan mendatangkan cuan bagi mereka yang bekerja di dunia pertelevisian. Sekarang Queyra tengah mematung melihat Quenza yang berdiri di ambang pintu, sebab ternyata ruang rawat Valdes dan Queyra berada dalam satu atap yang sama.

Dengan mata sembap Quenza menerobos memasuki ruang rawat Queyra. Gadis itu menangis di bahu saudara tirinya yang ia anggap sebagai penghalang kebahagiaannya, namun kini hal itu bertolak belakang, karena Quenza menyadari Queyra adalah sumber penguat bagi seseorang di sekitarnya.

"Q-queyra ... maafin gue ... semua hal yang terjadi sama lo, itu karena kesalahan gue, Q-quey ... tolong pulang. Papah stres tiap hari marah-marah terus sama kita, Mamah juga begitu. Quey, akhir-akhir ini Mamah sering melamun ... kak Eliza juga jadi sering keluar masuk club. D-dia sering mabuk-mabukan semenjak Papah suka marahin kak Liza ..." Quenza mengambil napas dalam-dalam. "H-hidup Kak Rendi juga kacau, Quey. Dia nggak pernah pulang semenjak kejadian Valdes masuk rumah sakit. Dia malah sering balap-balapan sama temen-temen luarnya. Aku takut, Quey! Rumah itu seperti neraka bagiku ..."

Quenza mengadu di pelukan Queyra. "Queyra ..."

Tangan Queyra terangkat mengusap jejak air mata yang keluar dari mata merah Quenza. Gadis itu sangat pucat, bahkan banyak bagian luka-luka kecil di wajahnya. Queyra cukup terkejut melihat wajah Quenza yang selalu dilapisi makeup kini polos dan pucat.

"W-wajah lo-"

"Seperti yang gue bilang, Papah nggak sayang seperti dulu lagi. Dia kasar sama anak-anaknya, termasuk gue yang hampir dibakar hidup-hidup sama dia. Tapi untungnya gue berhasil kabur, dan sekarang gue sering tidur di rumah sakit. Nungguin Valdes bangun dari koma," ungkap Quenza menahan sesak di dadanya.

Queyra menutup mulutnya shock. "V-valdes koma? Kenapa?"

Quenza menundukkan kepalanya, bersujud di kaki Queyra yang menggantung di atas ranjang. Sontak saja Queyra terbelalak dengan aksi Quenza saat ini.

"Q-quey ... gue minta maaf sama lo. Mungkin sebanyak-banyaknya maaf dari gue belum cukup, untuk menebus segala dosa yang gue perbuat sama lo. T-tapi gue nggak bisa apa-apa, Quey! Valdes udah hancurin masa depan gue. G-gue hamil anak dia ... dan tentang testpack itu ... sebenarnya punya gue ... dan saat Valdes meminta restu dari Papah, P-papah pukul Valdes sampai sekarat ... gue nggak kuat, Q-quey!" Quenza meneteskan air matanya penuh penyesalan.

Queyra mengangkat kakinya, dan menyembunyikannya di balik selimut. Ia tidak suka melihat Quenza yang bersujud di kakinya. Ia bukan Tuhan yang seakan-akan harus di sembah seperti itu.

"Quenza ..."

Kedua mata yang berkaca-kaca itu kini bertemu. Dari kilatan matanya, Queyra sudah melihat jelas. Kini Quenza tengah rapuh, sama seperti dirinya dahulu. Namun melihat badan Quenza yang banyak luka, serta memar di pipinya, ia yakin. Lando sudah membuat hal gila kepada anak-anaknya.

Queyra kembali memeluk Quenza. "Lo nggak usah nangis. Gue udah maafin lo, kok. G-gue juga udah ikhlasin Valdes sama lo." Queyra tersenyum getir, menahan sesak di dadanya. Namun sebisa mungkin ia tahan, agar Quenza tidak salah menanggapi ucapannya barusan.

"J-jaga diri baik-baik, Quen. Kalau lo nggak kuat. Lo keluar aja dari rumah itu, gue tau rasanya di siksa sama Papah habis-habisan. Dan rasanya itu sakit ... a-apalagi pas liat Papah lebih mentingin kalian dari pada gue," lirih Queyra tanpa sadar air matanya kembali jatuh membasahi punggung Quenza.

Tangannya terkepal kuat. Rasa sakit kembali menyerang tubuhnya, namun ia mencoba mengabaikan debaran jantungnya itu, bibirnya terus melanjutkan ucapan yang sempat ia jeda sebentar. "G-gue bertahun-tahun bertahan dari rasa sakit itu. S-sampai akhirnya gue nyerah di titik ini, Quen ... sekarang gue tinggal menjemput rasa bahagia itu. G-gue udah ..."

THE REAL ANTAGONIST [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang