=31= Drop Out

5.7K 330 9
                                    

Lando menatap Queyra tajam. Kali ini pasti Queyra melakukan kesalahan fatal, hingga Guru wali kelasnya memanggilnya untuk datang ke sekolah. Beberapa kali Queyra menghela napas panjang, menatap Nesya dan juga Lea- adik kelasnya bergantian.

"Pak Lando. Saya sudah cukup sabar mendidik Queyra sejauh ini. Namun kali ini, saya tidak dapat memberinya toleransi lagi. Sikap Queyra semakin hari, semakin ngelunjak. Setiap minggunya ia selalu mendapatkan sanksi dari Guru piket. Entah itu saat jam pelajaran, atau di luar jam pelajaran." Bu Rohani selaku Guru wali kelas Queyra memberikan surat peringatan untuknya.

Lando mengepalkan tangannya kuat. "Queyra! Kali ini masalah apa yang dia perbuat. Sehingga Anda menyerah untuk mendidik anak saya di sekolah ini?"

Sudah Queyra duga. Malapetaka akan tiba saat ini juga. Helaan napas panjang ia keluarkan, melalui mulutnya yang sedikit terbuka.

"Pak Lando bisa tanyakan kepada korban yang bersangkutan. Nesya, dan Lea. Mereka mungkin bisa menjelaskannya secara rinci," ujar Bu Rohani melirik kedua muridnya yang kini menundukkan kepalanya.

Lando menatap Nesya dan Lea meminta penjelasan. "Nak, apa yang Queyra lakukan sama kalian?"

Queyra menyilangkan kedua tangannya tanpa beban. Tentu saja ia tenang, karena disini bukan dirinya yang memulai permasalahan. "Ayok dong cerita. Tadi aja nantangin gue ribut, giliran di sidang di kantor. Lo diem kayak curut kejepit."

"Diam Queyra! Papah tidak bertanya kepadamu!" sentak Lando membuat Queyra memutar bola matanya malas.

Mendengar sindiran Queyra. Nesya pun mulai bersuara. "Tadi aku nolongin Lea, Om. Karena Queyra bully dia di toilet."

Spontan saja Queyra melotot kaget. Tatapannya tertuju kepada Nesya, memandangnya penuh kemarahan. "Heh! Jaga ya mulut lo! Nggak-nggak. Mana ada gue bully Lea. Yang ada lo, tuh. Yang bully dia habis-habisan."

Nesya memasang wajah menyedihkan. "K-kalau Om nggak percaya. Om boleh tanya Lea, dia tau segalanya, kok. Om."

Pandangan semua orang yang berada di kantor tertuju kepada Lea yang meremas ujung rok nya gemetaran. Ia menundukkan kepalanya, takut melihat Nesya yang menatapnya tajam.

Tatapan itu seakan-akan mengatakan. 'Jangan coba-coba lo ngomong jujur sama mereka, atau hidup lo yang akan hancur setelah ini.'

Menurut naluri yang Lea pikirkan hanya itu. Ia takut keluarga Nesya akan mengusirnya dari rumah, seperti dulu yang pernah terjadi kepadanya beberapa tahun silam. Dan Lea tidak mau, hidup Ibu-nya hancur hanya karena dia tidak mau menuruti kemauan Nesya, selaku majikannya.

"I-iya O-om. K-kak Q-queyra bully a-aku di toilet," lirih Lea meneguk ludahnya gusar.

Maafin aku Kak Quey. Aku terpaksa bohong sama Papah Kakak. Maafkan aku ...

Berulang-ulang kali batin Lea mengucapkan kata maaf kepada Queyra. Tentu saja ekspresi Queyra saat ini sangat terkejut, bahkan ia bangkit dari duduknya.

"Lo jangan gila Lea! Lo cuma dimanfaatin sama Nesya. Lo bohong Lea! Gue nggak pernah bully lo. Yang ada, gue bantuin lo biar nggak di rendahin lagi sama dia!" bentak Queyra menatap Lea penuh emosi.

Dengan tubuh bergetar hebat. Lea memejamkan matanya, menahan tangis. Semua orang yang berada di kantor menutup mulutnya tidak percaya.

"Jangan coba-coba mengarang cerita Queyra. Jika kamu benar salah, akui saja." Bu Rohani ikut menimbrung.

Queyra menggeleng-gelengkan kepalanya, tidak terima difitnah yang tidak-tidak seperti ini. Padahal niatnya baik, ia hanya ingin menolong Lea yang saat itu di bully oleh Nesya.

THE REAL ANTAGONIST [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang