=08= Rahasia.

5.2K 341 2
                                    

Queyra mengerjap-ngerjapkan matanya. Semalaman ini Queyra tertidur di bagasi mobil, tanpa sadar ia teringat dengan perkataan Papahnya semalam, bahwa ia harus menyatukan kaca spionnya yang rusak.

Namun ketika ia ingin mengambil kaca spion itu, Lando menginjak-injaknya hingga hancur. “Masuk, dan bersihkan badan kamu. Lupakan yang semalam, hari ini kamu harus ke sekolah. Papah harapkan kamu belajar yang benar.”

Setelah mengucapkan itu Lando kembali memasuki rumahnya. Meninggalkan Queyra yang masih terduduk lemas di bawah lantai.

Tidak mau ambil pusing. Akhirnya Queyra pun bangkit dari duduknya dan segera membersihkan diri untuk berangkat ke sekolah.

Quenza yang berada di meja makan pun melirik ke arah Queyra dengan tatapan sinis. “Ohh iya Pah, besok aku akan pergi menghadiri pesta teman aku. Namanya Alice, apa Papah mengizinkannya?”

“Ya boleh lah sayang, kamu butuh berapa untuk bekal ke pesta itu?” tanya Lando mengusap puncak kepala Quenza lembut. Membuat Queyra menatapnya jengah.

“Mmm banyak sih Pah, 'kan aku belum beli baju, terus harus ke salon buat perawatan. Yah paling dua jutaan lah,” ucap Quenza santai.

Lando tersenyum tipis. Memberikan kartu ATM nya untuk Quenza. “Pakai ini untuk keperluan kamu. Kalau kurang, kamu tinggal minta lagi sama Papah.”

“Yey makasih Papah. Papah emang baik deh,” ucap Quenza memeluk tubuh Papahnya dengan gembira.

Queyra memakan sarapannya tanpa melihat-lihat ke arah lain. Viona menggenggam tangan Queyra yang berada di bawah meja. “Makan yang banyak, Mamah tahu kamu lapar.”

Mendengar bisikan sang Mamah, Queyra pun menganggukkan kepalanya. Setelah sarapan, Lando menyuruh ketiga anaknya agar segera memasuki mobil untuk berangkat ke sekolahnya masing-masing.

“Eliza, kamu nggak berangkat ke kampus?” tanya Lando kepada anak pertamanya yang masih santai memainkan handphonenya di ruang keluarga.

“Nggak Pah, aku ke kampus bagian siang. Kalau Papah mau nganterin mereka, anter aja. Aku bisa pake mobil Mamah, kok. Iya 'kan Mah?”

Viona menganggukkan kepalanya. “I-iya boleh.”

Lando mengusap puncak kepala Eliza, lalu berpamitan kepada mereka untuk pergi bekerja dan mengantarkan anak-anaknya ke sekolah.

“Mah buatin aku teh anget dong,” suruh Eliza masih memfokuskan pandangannya kepada handphone yang berada di genggaman tangannya.

Tanpa pikir panjang Viona membuatkan teh untuk Eliza. “Ini teh nya.”

“Makasih!” ucap Eliza dengan nada jutek. Setelah itu ia pergi ke kamarnya, meninggalkan Viona yang masih berdiri di ruang keluarganya.

“Hufftt Eliza, kapan sih kamu anggap Mamah itu ada. Kenapa setiap waktu kamu selalu menganggap Mamah layaknya pembantu. Ya Tuhan, Elly. Kapan anak kamu menerima kehadiran aku disisi mereka.”

Viona menggeleng-gelengkan kepalanya, ia tidak boleh menangis hanya karena Eliza mendiaminya. Viona berjalan ke arah kamar Queyra.  Berinisiatif membersihkan kamarnya yang sudah pasti berantakan.

Tetapi ketika ia membuka kamarnya. Kamar itu sudah bersih dan rapi. Viona tersenyum tipis, walaupun Queyra sering dimarahi oleh Lando. Disuruh membersihkan ini-itu, tetapi ia tidak lupa dengan kebiasaannya sejak kecil. Membersihkan tempat tidurnya sebersih dan senyaman mungkin.

THE REAL ANTAGONIST [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang