=09= Undangan Pesta.

6.8K 391 9
                                    

"Queyra!" sentak Farhan ketika Queyra dengan sengaja memainkan rambutnya dan mengikatnya menggunakan karet gelang yang berada di dalam genggaman tangannya, hal itu sontak membuat Farhan terpancing emosi.

"Apa?" tanya Queyra dengan wajah tanpa dosanya.

Farhan menatap Queyra dengan tatapan tajam. "Tangan lo bisa diem nggak? Gue lagi nyatet materi, lo lagi. Kesini niatnya mau belajar atau mau main sih? Dari tadi gue perhatiin lo cuma sibuk mainin rambut gue aja. Nggak ada niatan buat belajar apa?!"

Queyra mengedikkan bahunya acuh. "Main lah, ngapain belajar kalau ujung-ujungnya dapet kertas satu biji."

Farhan menggeleng-gelengkan kepalanya. Tidak habis pikir dengan jalan pikiran Queyra. "Cuma dapetin kertas satu biji aja, itu harus kerja keras dengan cara belajar. Lo nggak akan bisa dapetin kertas itu kalau setiap hari sekolah lo cuma main doang, cantik."

Queyra memutar bola matanya malas. "Sebelumnya makasih karena lo udah puji gue cantik, tapi kalau untuk belajar, gue sama sekali nggak tertarik. Dari pada belajar mending kita ke kantin yuk, gue lapar."

Farhan mendengkus sebal, baru kali ini ia mendapat teman sebangku seperti Queyra, perempuan bandel, namun terkesan unik. "Belum saatnya istirahat."

Mendengar jawaban singkat dari Farhan membuat mood nya turun. Ia menghentakkan kakinya, lalu pergi meninggalkan Farhan yang masih sibuk mencatat materi.

Setelah selesai Farhan mengikuti Queyra yang berjalan ke arah taman, bukan kantin. Bersyukur guru yang mengajar kelas mereka sedang tidak ada dikarenakan rapat. Jadi Farhan bisa keluar kelas tanpa harus meminta izin kepadanya.

"Loh, ngomongnya mau ke kantin, kok lari ke taman?" tanya Farhan kepada dirinya sendiri.

Merasa ada yang aneh. Farhan pun mengikutinya dari belakang, bersembunyi dibalik pohon rindang dekat Queyra berada.

Sedangkan gadis itu terduduk lemas sembari memegangi dadanya yang terasa sesak. "Aghhh! Gue capek kayak gini terus!"

Farhan bergejolak, ketika mendengar jeritan Queyra yang menahan sakit. Tidak mau berpikir yang tidak-tidak, Farhan segera berlari ke arahnya, berjongkok dihadapan Queyra yang kini berlinang air mata.

"Lo kenapa?" tanya Farhan dengan nada panik.

Queyra meneguk ludahnya susah payah. "L-lo ngikutin gue?"

"Nggak, gue cuma lewat. Tadinya gue mau ke toilet, terus denger lo teriak, makanya gue samperin." Farhan terpaksa berbohong untuk menutupi kegengsiannya di hadapan Queyra.

"Lagian lo tadi bilang mau ke kantin, kenapa tiba-tiba ada di taman? Mana tempatnya sepi lagi," lanjutnya sedikit kesal.

Queyra tidak menjawab ucapan Farhan. Ia memakan obat yang berada di saku seragamnya. Lalu memakannya tanpa air minum, membuat Farhan melotot melihatnya.

"Lo makan obat tanpa minum?" tanya Farhan dengan nada suara yang sedikit meninggi.

Queyra menganggukkan kepalanya lemah, ia lupa membawa air minum. Tetapi rasa sakit yang berada di dalam dadanya tiba-tiba datang. Queyra tidak bisa berpikir panjang, selain memakan obatnya walaupun tanpa air minum.

Tanpa mengucapkan sepatah kata pun Farhan segera berlari ke arah kantin, membeli air minum untuk Queyra yang masih memegangi dadanya, menahan sakit.

THE REAL ANTAGONIST [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang