=15= Rahasiakan.

4.7K 287 3
                                    

Tok

Tok

"Lita! Kamu masih di dalam, nak. Jawab Mamah sayang, Mamah disini untuk kamu, nak." Viona terus-menerus mengetuk pintu gudang, berharap Queyra menjawab panggilannya.

Sudah setengah jam Viona berada disana, tetapi belum ada respon apapun dari Queyra. Membuat Viona semakin khawatir dengan keadaannya saat ini.

"Ya Tuhan, bagaimana kalau Lita kenapa-kenapa. Apa yang harus aku lakukan?" Rasanya Viona semakin gelisah, ketika semua pikiran negatifnya berkeliaran tidak tentu arah.

Lama terdiam, hingga pada akhirnya Viona teringat, kalau Lando sempat menaruh kuncinya di dalam laci. Seakan menemukan ide, ia pun langsung berlari ke kamarnya untuk mengambil kunci, kembali ke dekat gudang untuk melihat Queyra yang masih berada di dalam.

Brukh

"Astaga! Lita!" pekik Viona memeluk tubuh Queyra yang terasa lemas.

Viona mencium kening Queyra berulang-ulang kali, menggenggam tangannya yang kian mendingin. "Hey bangun sayang, kamu pasti capek, maafin Mamah, nak. Mamah telat bukain pintunya, ya? Please, jangan hukum Mamah seperti ini."

Tanpa sadar air mata Viona terjatuh begitu saja, merengkuh tubuh Queyra dengan penuh kehangatan. "Maafin mamah ... Lita, tolong ... bangun, nak."

"Tito. Aku harus telepon dia." Tanpa berpikir panjang lagi, Viona segera menelpon Tito untuk datang ke rumahnya.

Namun sialnya, beberapa panggilan darinya tidak di angkat sama sekali oleh Tito. Viona sudah menduga kalau Tito pasti sibuk saat ini. Tidak ada cara lain selain Viona membawanya ke rumah sakit.

Bertahan sayang, kamu kuat. Kalau seandainya kamu kenapa-kenapa, Mamah tidak akan memaafkan Papahmu yang tidak pernah memperdulikan keadaanmu. Mamah berjanji, untuk anakku, Queyra.

****

"Bagaimana keadaan anak saya, Dokter?" tanya Viona ketika Dokter yang menangani Queyra keluar dari ruangannya.

Tatapan Dokter itu membuat Viona gelisah. Apalagi Dokter itu terus memandang Viona dengan garis keharuan. "Saya tidak tahu apa yang harus saya katakan saat ini, tetapi Queyra. Anak anda sedang dalam keadaan memburuk. Detak jantungnya melemah, ia kekurangan oksigen beberapa saat hingga membuat tubuhnya drop. Kalau boleh sebaiknya Queyra mendapatkan penanganan khusus."

"Penanganan khusus? Apa maksudmu?" tanya Viona tidak mengerti apa yang sedang dibicarakan Dokter itu kepadanya.

"Mari keruangan saya, sebentar." Dokter tersebut berjalan ke ruangannya, diikuti Viona di belakangnya.

Setelah sudah sampai di ruangan, Dokter itu memberikan beberapa obat khusus kepada Viona. "Anak anda terlalu banyak meminum obat penenang, ketimbang obat penambah darah, penguat jantung dan sebagainya. Ia juga terlalu memaksakan bekerja, sehingga tubuhnya melemas, dan sering jatuh pingsan."

"Lalu? Apa yang harus saya lakukan, supaya Queyra cepat sembuh?" tanya Viona menelan ludahnya susah payah.

"Anak anda, harus secepatnya dibawa ke luar negeri untuk diberikan penanganan khusus, alat teknologi disini tidak akan cukup untuk pengobatannya, apalagi penyakit yang dideritanya saat ini adalah penyakit serius. Kami tidak sanggup untuk mengobatinya dengan hasil maksimal." Saran yang Dokter itu katakan barusan membuat Viona terdiam.

"Ke luar negri?" tanya Viona sedikit tidak percaya. Ia tidak menyangka kalau Queyra akan mendapatkan penyakit separah ini, dan ia juga tidak menyadari bahwa penyakit Queyra semakin lama semakin memburuk.

"Anda bisa pikirkan lain waktu, tetapi perlu saya tekankan lagi. Queyra harus segera menjalani operasi, agar jantungnya tidak melemah seperti yang dialaminya saat ini."

Viona memejamkan matanya, membiarkan air matanya mengalir begitu saja. "Ya Tuhan! Cobaan apa lagi ini?"

****

Jari-jemari Queyra bergerak secara perlahan. Kedua matanya yang tertutup rapat, mengerjap-ngerjap pelan, menyesuaikan cahaya yang memasuki bola matanya.

Dari kejauhan, terlihat Viona berjalan ke arahnya, dengan senyuman tipis. Queyra membalas senyuman Mamahnya teramat tipis, entahlah, tubuhnya terasa kaku untuk di gerakkan saat ini.

"Mah ... aku dimana?" tanya Queyra lemas.

"Di rumah sakit, tadi kamu pingsan. Untung saja Mamah bawa kamu secepatnya kesini, kalau tidak. Mamah tidak tau kamu bisa bernapas atau tidak saat ini," jawab Viona mengusap surai rambut Queyra menggunakan jari-jemarinya.

Queyra tersenyum tipis. "Makasih Mah, emm apa Mamah tau tentang penyakitku?"

Viona menganggukkan kepalanya, lemah. "Kamu tega sama Mamah, Lita. Kamu menyembunyikan hal besar ini sendirian? Bahkan Mamah baru mengetahuinya saat ini, Mamah kira penyakit kamu hanya leukimia saja. Ternyata tidak, kamu memiliki penyakit lemah jantung, kenapa tidak pernah cerita sama Mamah?"

Queyra menggenggam tangan Viona, hatinya terasa perih melihat wajah Viona yang memerah karenanya. Apalagi wajah wanita paruh baya itu sedikit pucat, mungkin sebelum menemuinya, Viona sempat menangis.

"Aku nggak mau semua orang tau tentang penyakitku, Mah. Aku pernah berjanji sama Papah kalau aku bukan gadis yang lemah. Dan aku meyakini hal itu, aku kuat, Mah. Aku bisa jalani hari-hariku dengan kesenangan sebelum aku tiada. Aku menyayangimu, itu sebabnya aku menutupi semua rasa sakit yang aku rasakan agar kalian tidak khawatir, termasuk kepadamu, Mah. Berjanjilah ... jangan beritahukan ini kepada Papah."

"Kenapa? Papah kamu berhak tau tentang hal ini, dan Mamah tidak mau kamu menderita karena sering dihukum olehnya."

Queyra menggeleng-gelengkan kepalanya. "Please, belum waktunya untuk memberitahunya saat ini, aku ingin membuktikan kepada mereka, kalau aku kuat."

"Tapi tidak seperti ini caranya, Lita." Sentak Viona tidak terima.

Queyra tersenyum tipis. "Itu caraku untuk membuat mereka bahagia di atas penderitaanku, setidaknya hidupku menjadi kisah yang amat berarti buat mereka, aku mohon, hanya untukmu, Mah. Rahasiakan hal ini dari siapapun."

Viona terdiam, membuang wajahnya ke arah lain. Queyra memanglah gadis keras kepala, kalau nyatanya begini, bagaimana Viona bisa membawanya ke luar negeri untuk mendapatkan pengobatan?

"Terserah, yang terpenting sekarang kamu harus sembuh. Dan Mamah akan membawa kamu ke luar negeri untuk—."

"Tidak! Aku bisa sembuh tanpa harus menjalani pengobatan, mungkin," potong Queyra sedikit tidak yakin atas keputusannya saat ini.

Viona dibuat bingung dengan permintaan Queyra saat ini, di satu sisi ia ingin Queyra sembuh, tetapi di sisi lain Viona takut Lando tidak peduli dengannya dan akan berakibat fatal ke depannya.

Aghh ... hidup ini terlalu rumit untukku tempuh.

================================

Bersambung ...

THE REAL ANTAGONIST [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang