Sepulang dari rumah sakit Queyra meminta Mamahnya untuk mengunci gudang dengan Queyra yang berada di dalamnya. Meskipun Viona sudah melarang, tetapi Queyra bersikeras untuk masuk ke dalam gudang, menjalani hukuman dari Papahnya.
“Harusnya kamu istirahat, Quey. Kamu tidak harus mengerjakan semua ini, biar Mamah saja yang menjalani hukuman kamu,” lirih Viona merasa tidak tega karena Queyra ingin menjalani hukumannya, walaupun kini ia sedang sakit.
Viona menggeleng-gelengkan kepalanya, keras kepala. Itulah yang dapat ia simpulkan dari anak bungsunya. Ia membantu Queyra membersihkan gudang hingga selesai.
“Ini udah malem, Papah sebentar lagi pasti pulang dari kantor. Sebaiknya Mamah keluar, dan kunci pintu gudangnya, jangan lupa kuncinya simpan di tempatnya semula,” ucap Queyra sedikit khawatir dengan Viona yang masih membantunya membersihkan gudang.
Viona menyimpan beberapa barang-barang yang tidak terpakai di pojok ruangan. Berjalan ke arah Queyra, mencium keningnya, seraya berkata. “Mamah menyayangimu, tetap tegar ya sayang ... Mamah keluar sekarang.”
Queyra tersenyum tipis. Membiarkan Viona mengunci Queyra di dalam gudang, setelah Viona pergi, Queyra terduduk lemas di balik pintu gudang, memeluk lututnya, dan terlelap disana dengan posisi duduk.
****
Tidak terasa malam pun telah usai, lalu terbitlah pagi ditemani dengan cahaya matahari. Queyra mengerjap-ngerjap matanya, bangun dari tempat berdebu itu sambil melihat ke penjuru ruangan.
Queyra tersenyum miris. “Ternyata masih di dalam gudang, hufftt ... sampai kapan sih gue dikurung di dalem gudang kayak gini?”
Tok ... Tok ...
“Ma— Papah?” Queyra bergejolak kaget. Ia kira Mamahnya? Ternyata Lando — Papahnya, tumben sekali ia menemui Queyra pagi-pagi seperti ini.
“Keluarlah, bersihkan badanmu, lalu siap-siap untuk berangkat ke sekolah. Ini sudah siang, kamu bisa telat, Papah tunggu di ruang tamu,” ucap Lando dengan tatapan datar.
Belum sempat Queyra berbicara, Lando sudah terlebih dahulu melaluinya, meninggalkan Queyra yang masih termenung di sebelah pintu gudang.
Tanpa pikir panjang Queyra berlari ke kamarnya, menjalankan rutinitas mandinya dan siap-siap untuk berangkat ke sekolah.
Setelah semuanya siap Queyra keluar dari kamarnya, berjalan ke arah ruang tamu. “Mah, Papah mana?” tanya Queyra ketika melihat Viona yang sedang menyapu ruang tamu.
“Sudah keluar, mungkin Papahmu menunggumu di mobil. Ayok cepat keluar, Papahmu akan marah jika kamu bergerak lambat seperti ini,” ujar Viona yang mendapat anggukan cepat dari anaknya.
Queyra menyalami tangan Viona sambil berucap. “Aku berangkat dulu, Mah. Assalamualaikum ...”
“Wa'alaikumsalam, hati-hati nak!” teriaknya mengingatkan.
“Lita! Buruan dong! Lelet banget sih jadi orang!” teriak Eliza yang sudah tidak sabar menunggu Queyra di dalam mobil.
“Tau nih, dah tau kita bakalan telat. Lita! Cepetan jalannya!” kini Quenza yang berteriak, merasa kesal dengan Queyra yang belum juga keluar dari rumahnya.
Rendi? Laki-laki hanya menatap keluar jendela, Tidak peduli dengan Queyra yang membuat mereka menunggu. Toh tujuannya ia ke kampus hanya untuk bermain, bukan untuk belajar seperti mahasiswa pada umumnya.
Lando yang geram pun hampir saja keluar dari mobilnya. Namun telat, Queyra sudah keluar dari rumahnya, dan langsung masuk ke dalam mobil Papahnya dengan napas tersengal-sengal.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE REAL ANTAGONIST [SELESAI]
Teen FictionQueyra Mike Cralita. seorang Bad girl yang masih bertahan dalam penderitaan hidupnya. Sosok gadis yang rapuh dibalik raga yang terlihat tangguh. Keluarga bukan jaminan untuk Queyra bertahan hidup, akan tetapi takdir yang mendorong Queyra untuk teta...