Malam pun tiba. Keluarga Mike tengah berkumpul di meja makan, bersiap makan malam bersama. Quenza berjalan menuruni tangga, lalu duduk di samping Lando.
Makan malam pun dimulai dengan khidmat. Namun Quenza merasa ada yang kurang saat ini. Ia menatap Viona yang melamun di ujung meja, mengaduk-aduk makanannya tak berselera.
"Mamah kenapa melamun? Makan dong, Mah."
Bukannya menjawab, Viona malah bangkit dari duduknya. "Mamah ke atas dulu, Pah. Lagi nggak enak badan kayaknya."
Lando menganggukkan kepalanya, mengiyakan. Quenza yang merasa tidak di anggap oleh Viona pun mengerucut bibirnya kesal.
"Mamah kenapa sih? Kok aneh gitu. Kak Eliza tau nggak, Mamah kenapa?"
Eliza melahap makanannya, lalu menjawab. "Masih marah sama Papah kamu mungkin. 'Kan anak bungsunya minggat dari rumah."
"Minggat?" Kali ini Rendi yang bersuara.
Eliza menganggukkan kepalanya. "Habis di drop out dari sekolah. Aku nggak sengaja masuk ke kamar Queyra, tadinya sih mau ngambil selimut yang dipinjem dia. Eh, pas liat meja belajar. Gue liat ada kertas yang mencurigakan, nah ini kertasnya."
Uhuk ... uhuk ...
Quenza terbatuk-batuk melihat kertas yang berada di genggaman tangan Eliza. Lando yang berada di sebelahnya pun dengan sigap memberikan Quenza air minum.
"Pelan-pelan makan nya, sayang." Peringat Lando mengelus-ngelus punggung Quenza.
Dengan tubuh menegang Quenza tersenyum kaku. Rendi mengernyit, meneliti kertas itu kebingungan.
"Ini apa Kak?" tanya Rendi merebut paksa kertas tersebut.
"Testpack."
"Hah?!" Kaget Rendi melebarkan kedua matanya.
Eliza menganggukkan kepalanya. "Nah. Karena ini, Papah usir Queyra. Iya 'kan Pah?"
Lando menganggukkan kepalanya, mengiyakan. Tangannya kembali memegangi sendok makan, lalu memakan sayur sup yang belum habis di atas nampan miliknya.
Quenza meneguk ludahnya gusar. Memejamkan matanya, membayangkan betapa rapuhnya Queyra saat dirinya dituduh yang tidak-tidak oleh keluarganya sendiri.
Itu 'kan testpack gue. Aghh! Gue baru ingat, kemarin gue salah masuk kamar. Gara-gara pulang kemaleman...
"Quenza. Lo nggak papa?" tanya Rendi khawatir melihat wajah Quenza yang terlihat pucat.
"Hah? Eh, nggak papa Kak."
Quenza buru-buru menghabiskan makanannya, lalu bangkit dari duduknya. "Pah, Kak Ren, Kak Eliz. Aku ke atas duluan ya. Oh iya, Kak Eliza boleh aku pinjem testpack nya?"
"Buat apa?" tanya Eliza menaikan satu alisnya.
"Mau lihat aja hehe," ucap Quenza basa-basi. Padahal ia sudah mati-matian menahan sesak di dadanya, saat mengetahui testpack itu berada di tangan Eliza dan bahkan diketahui keluarganya. Walau bukan dirinya yang ketahuan hamil, tapi tetap saja. Rasanya hidup Quenza terasa hampa akibat sebuah fakta yang ada.
Dengan santainya Eliza memberikan testpack itu kepada Quenza. "Nih. Buat apaan sih! Nggak guna juga itu testpack."
Quenza hanya mampu tersenyum tipis. Tidak menanggapi ucapan Eliza barusan, tetapi ia membalasnya lewat batinnya yang menyesakkan.
Benda ini emang nggak guna buat lo. Tapi berguna bagi gue, Kak.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
THE REAL ANTAGONIST [SELESAI]
Teen FictionQueyra Mike Cralita. seorang Bad girl yang masih bertahan dalam penderitaan hidupnya. Sosok gadis yang rapuh dibalik raga yang terlihat tangguh. Keluarga bukan jaminan untuk Queyra bertahan hidup, akan tetapi takdir yang mendorong Queyra untuk teta...