=11= Pesta.

6.8K 364 2
                                    

Farhan mengerjap-ngerjapkan matanya, ia dibuat salah tingkah oleh penampilan Queyra malam ini. Namun yang membuat semua suasana hancur adalah ketika cara jalan Queyra yang sedikit pincang, hal itu membuat keanggunannya menghilang. Dan tergantikan dengan tingkah konyolnya.

“Lo kenapa nyeker?” tanya Farhan mengamati penampilan Queyra dari atas sampai bawah.

“Lo nggak lihat gue baru turun dari kamar lewat tangga itu, kaki gue kesandung lah, pake nanya lagi,” ketus Queyra merasa kesal dengan pertanyaan yang Farhan lontarkan kepadanya.

Farhan menggembungkan pipinya menahan tawa. “Iya okey gue lihat tadi, lagian apa gunanya pintu, kalau lo keluar lewat jendela kamar?”

“Di rumah gue ada Rendi, kakak tiri gue. Terus gue nggak dapet izin dari bokap, tapi gue nekat kabur untuk dateng ke pestanya Alice, makanya gue keluar lewat jendela.” Jelas Queyra yang mendapat anggukan kepala dari Farhan.

“Terus itu siapa?” Tunjuk Farhan kepada seseorang yang memperhatikannya sejak tadi.

Queyra mengikuti arah pandang Farhan, ia menepuk jidatnya sambil mengucapkan. “Itu nyokap gue njir, alah lama lo. Mau ke pesta atau mau wawancara gue sih?!”

Farhan tertawa mendengar sentakan dari Queyra. “Santai kali, ya udah silahkan masuk tuan putri.”

Queyra mendengkus kesal. Tanpa memperdulikan hal lain, ia segera memasuki mobilnya. Senyuman Farhan mengambang kala wangi parfum yang dipakai Queyra tercium olehnya.

Di dalam mobil mereka diselimuti dengan suasana keheningan, hal itu membuat Queyra sedikit risih. Apalagi sedari tadi Farhan mencuri-curi pandang ke arahnya.

“Lo kenapa sih? Perasaan dari tadi maen lirik-lirikan mulu sama gue,” ucap Queyra memulai perbincangan.

“Nggak, lo beda aja hari ini. Biasanya kayak bandot ancol, sekarang berubah—.”

“Berubah? Emangnya gue Ironman?” Potong Queyra sedikit tidak suka dengan tanggapan Farhan untuknya.

Farhan menggeleng-gelengkan kepalanya. Belum juga ia selesai berbicara, Queyra sudah memotongnya terlebih dahulu. “Bukan itu, maksud gue. Lo terlalu cantik malam ini.”

“Hah? Apa? Cantik?” beo Queyra membuat Farhan menelan ludahnya, menyesal.

“Nggak,” ketus Farhan kembali seperti biasanya. Datar dan terkesan dingin, tepatnya mirip seperti beruang kutub.

Queyra mengerucutkan bibirnya kesal. Padahal ia sudah kegeeran dipuji cantik oleh Farhan, aplagi ia jarang mendengar pujian dari lelaki itu, atau bahkan tidak pernah sama sekali.

Lama diperjalanan, akhirnya mereka sudah sampai di lokasi acara. Keduanya disambut meriah oleh penjaga pintu apartemen milik keluarga Alice.

Queyra menarik tangan Farhan agar laki-laki itu menggandeng tangannya. “Ck, gandeng gue erat dikit dong, biar kaya orang-orang noh, jadi nggak kelihatan amat kalau kita pasangan abal-abalnya.”

Farhan menghela nafas panjang. Rasanya ia menyesal karena sudah mengajak Queyra untuk menjadi pasangannya malam ini, tetapi disisi lain ada desiran aneh yang menjalar dari tubuhnya. Bahkan jantungnya berdegup kencang sedari tadi bersamanya.

Ketika mereka memasuki ruang pesta, semua orang memandangnya kagum. Bahkan banyak yang menanggapi mereka cocok, serasi, dan lain sebagainya.

“Han, tangan lo, 'kok gemeteran?” tanya Queyra sedikit ragu-ragu karena badan mereka yang terlalu rapat.

Farhan memfokuskan pandangannya ke depan. Tidak ingin melihat ekspresi wajah Queyra yang kini menahan tawa melihat ekspresinya yang terasa gugup. “Nggak papa.”

THE REAL ANTAGONIST [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang