=33= Gadis Penyakitan.

6.4K 340 8
                                    

Sudah dua hari dua malam Queyra berjalan tak tentu arah. Perutnya sakit, kepalanya pusing. Bahkan tubuhnya pun gemetaran, menahan hawa dingin yang menerpa bagian kulit luarnya.

Queyra menatap langit yang kian mendung. Sepertinya hujan akan turun sebentar lagi, ia berjalan mendekati halte, beristirahat sejenak.

Kepalanya bersandar di samping tihang trotoar jalan. "Tuhan, kalau seandainya hidup aku sampai disini. Tolong sampaikan maafku kepada Papah," lirihnya memejamkan mata.

Butiran air mata lolos begitu saja, membasahi pipinya yang mulus. Tidak lama kemudian ia tidak sadarkan diri, berbarengan dengan hujan yang turun, membahasi tubuh kurusnya.

Tind!

Tidak disangka seseorang yang mengendarai mobil, berhenti di dekat trotoar. Orang itu turun dari mobilnya tergesa-gesa, mencoba membangunkan Queyra yang sudah basah kuyup.

"Hey! Kamu kenapa tidur di jalanan? Bangun! Ini sudah malam. Kamu kehujanan!" kata seorang laki-laki meninggikan suaranya, karena hujan turun dengan lebat. Kini ia pun ikut hujan-hujanan karena dirinya sendiri tidak sempat membawa payung.

Melihat wajah Queyra yang memucat, laki-laki itu memutuskan untuk membawanya ke rumah sakit. Namun sebelum ia membopong tubuh Queyra, laki-laki itu melepaskan jas dinas kedokterannya, guna menutupi bagian bajunya yang terlihat robek.

Bertahanlah, aku akan segera membawamu ke rumah sakit.

****

Sesampainya di rumah sakit yang dituju. Dengan segera laki-laki itu membopong tubuh Queyra menuju ruang ICU. Para Dokter yang berada di sana tampak terkejut melihat atasannya membawa seorang gadis dengan pakaian basah kuyup.

"Dokter Hafidz. Kenapa Anda basah kuyup seperti ini?" tanya Dokter perempuan yang bernama Elvani.

Drs. Hafidz Aiman Muftisany. Lelaki yang kini menolong seorang pasien tergelatak di jalanan itu berdecak. "Jangan banyak tanya. Cepat buka pintunya, dia sudah kehilangan banyak oksigen."

Elvani tersentak. Langsung membukakan pintu ICU, mempersilahkan Hafidz untuk masuk ke dalam.

"Apa tidak sebaiknya Anda mengganti baju dulu, Dok? Biar saya yang menangani pasien." Elvani memegangi tangan Queyra, namun dengan cepat Hafidz menepisnya.

"Biar saya saja. Kamu boleh keluar, saya mau cek keadaan dia sebentar." Hafidz terlihat khawatir dan gemetaran saat memasangkan selang infus di punggung tangan Queyra.

Elvani yang tidak mampu membantahnya pun hanya diam, memundurkan tubuhnya keluar ruangan.

****

Setengah jam Queyra tidak sadarkan diri, membuat Hafidz gelisah karena saat diperiksa olehnya tadi, jantung gadis itu melemah. Ia takut dirinya gagal, untuk menolong satu pesiennya itu.

"Kenapa melamun di luar, Fidz?"

Hafidz mendongakkan kepalanya. "Papah! Kapan kesini?"

"Barusan. Terus liat kamu ngelamun, nggak biasanya kamu nongkrong di luar kayak gini. Ada masalah?" tanya Pria paruh baya tersebut duduk di samping Hafidz.

"Nggak-"

"Dok! Dokter Hafidz!"

Hafidz menoleh ke belakang. "Iya, Dokter, El. Kenapa teriak-teriak?"

THE REAL ANTAGONIST [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang