Epilog.

10.4K 341 31
                                    

Pandangan Valdes tampak lurus ke depan. Melewati cahaya yang perlahan meredup hilang, ia berjalan menyusuri taman yang indah. Hanya ada dirinya dan ...

"RARA!" teriak Valdes mengetahui sahabatnya berada di tengah-tengah sedang memetik sebuah bunga mawar yang perlahan menghitam.

Valdes cukup terkejut melihat bunga-bunga yang terlihat segar berserakan berubah warna menjadi hitam setelah Queyra memetiknya.

Ada rasa tidak tenang saat kelopak bunga hitam itu perlahan menghilang, entah kenapa. Valdes pun masih setia memandangi bunga-bunga yang bertaburan, terbawa terpaan angin.

"W-wono ... kenapa disini? Ini bukan tempatmu," Queyra memundurkan langkahnya, seperti ketakutan melihat wujud Valdes yang tiba-tiba berada di hadapannya.

Valdes mengernyit. "Bukan tempatku? Apa maksudmu, Ra?"

Queyra terdiam. "Pergi Wono! Kembali ke alammu. Alammu bukan disini, belum saatnya kamu menetap bersamaku."

Valdes dilanda kebingungan dengan perkataan Queyra. "Kamu ngomong apa sih, Ra. Aku nggak ngerti."

Queyra menatap Valdes dari atas sampai bawah. Begitupun dengan Valdes yang menatap Queyra penuh kebingungan. Gadis itu terlihat lebih segar dari biasanya, lebih berisi, bersih dan cantik.

Valdes tersenyum saat tangan Queyra menariknya hingga mereka berada di tepi taman. Duduk di bawah pohon rindang yang terdapat dua ayunan. Keduanya duduk, sambil menikmati semilir angin yang berhembus kencang.

Rambut Queyra bergelombang indah, sampai-sampai Valdes tidak bosan untuk menatapnya. Queyra menundukkan kepalanya, membuang banyak bunga hitam yang berada di genggaman tangannya.

"Ra. Kalau boleh tau, ini tempat apa ya? Kok aneh. Langitnya nggak ada. Disini cuma ada kita berdua, nggak ada rumah atau jalanan. Dari ujung sana sampai kesini, hanya ada tumbuhan bunga. Kamu lagi, kok bisa ada disini?"

Queyra tersenyum lebar, membuat Valdes tertegun. Senyuman yang selalu ia rindukan kini kembali terbit di bibirnya.

"Sekarang ini rumahku."

"Rumah?" tanya Valdes dengan kedua alis berkerut.

"Iya rumah. Kamu harusnya pulang, jangan ikutin cahaya yang membawamu kepadaku. Wono ... belum saatnya kamu berada disini, banyak orang yang merindukan dirimu di dunia sementara itu. Ada banyak keturunanmu yang menunggu Ayahnya datang, menyapanya dengan senyuman riang."

Valdes dibuat melongo dengan penuturan kata dari Queyra. "Quey ..."

"Kembalilah untuk Quenza. Dia menunggumu, disini ... mari, aku akan mengantarmu pulang," ucap Queyra menuntun tangan Valdes untuk masuk ke dalam cahaya, yang sama sekali tidak Valdes ketahui itu alam apa.

"Quey, kenapa kamu mendorongku untuk memasuki cahaya itu? Aku mau bersamamu disini, atau boleh kamu juga pulang bersamaku sekarang."

Queyra menggeleng-gelengkan kepalanya. Raut wajahnya berubah murung. "Sudah aku bilang, ini rumahku. Aku tidak bisa ikut denganmu, kembalilah Valdes. Kamu bukan takdirku."

Queyra melambai-lambaikan tangannya, memundurkan langkahnya menjauhi cahaya yang dimasuki oleh Valdes. Tubuh Valdes tiba-tiba menegang sempurna, saat sayup-sayup terdengar suara rintihan yang keluar dari mulut Queyra.

"Berbahagialah bersama takdirmu, aku menyayangimu sahabatku, Valdes ..."

Memori tentangnya bersama Queyra berputar, bagaikan boomerang yang dinyalakan. Berbarengan dengan itu, kepalanya terasa berdenyut-denyut, kesakitan.

THE REAL ANTAGONIST [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang