Makan malam sudah selesai dan kini Argio, mama dan papanya bersantai sambil menonton tv bersama
"Deek udah mas Al aja jangan diganti-ganti lagi"kata mamanya Argio tak ingin canel tv kesukaannya itu diganti
"Tiap hari nontonnya sinetron mulu"kali ini papanya Argio berujar
"Iya nih mama, bagusan juga Upin Ipin ya ga pa"Argio mencari pembelaan papanya
"Kamu lagi dari orok sampe gedenya segitu nontonnya Upin Ipin terus"omel papanya Argio
"Hehehe yang penting ga nonton aneh-aneh ya ga ma"kata Argio sambil mengambil cemilan yang ada di meja
"Masa ga malu sama pacarnya dek"oh shit demi apa sekarang Argio merasakan keringat dingin seketika di tubuhnya
"Adek ga punya pacar pa"elak nya. Toh memang benar ia tak memiliki pacar
"Heleeh tadi papa sama mama ngeliat adek di taman masih pake seragam duduk sama cewek berdua-duaan lagi"kali ini mamanya Argio yang berbicara
"Lah mama sama papa darimana? Kok bisa tau Gio ada di taman?"tanyanya sambil berusaha menetralkan ekskpresinya
"Dari tempat Tante Rista, coba ngaku adek udah punya pacar?"tanya mamanya lagi degan nada lembut dan sedikit menggoda
Tante Rista merupakan adik kandung dari mamanya Argio.
"Kayaknya iya tu mah, anaknya udah berani pacaran diem-diem tuh"ledek papanya Argio sambil menyenggol lengan mamanya
"Kenapa nggak bilang mama sama papa hemm? Kok nggak di kenalin sama camernya?"ujar mamanya
Kali ini reaksi kedua orangtuanya sangat jauh beda dengan ekspetasinya tadi. Bahwa ia mengira kalau orang tuanya akan marah sebab ia ketahuan sedang bersama cewek. Tapi nyatanya? Ah malah minta dikenalkan rupanya.
Cara mendidik orang tua terhadap anaknya memang berbeda-beda. Dan sedari kecil Argio tak pernah merasakan adanya didikan secara keras dari kedua orang tuanya. Mereka mengajarkan Argio agar bersikap terbuka supaya tak ada yang disembunyikan dan membiarkannya menceritakan suatu hal dengan nyaman dan leluasa.
Kedua orang tua Argio sudah ia anggap sebagai orangtua, teman, sekaigus sahabat baginya.
"Jadi mau dikenalin nih sama Deandita?"tanya Argio dengan seringainya
"Iya dong.. eh siapa namanya?"mamanya Argio smabil tersenyum jail
"Namanya Deandita mah"kata Argio sedikit sebal dengan mamanya yang tak henti-hentinya meledeknya
"Jadi pacar nih?"tak berbeda dengan mamanya kali ini papanya Argio pun ikut-ikutan tersenyum jail
"Bukan pacar pah baru calon pacar hehe itupun kalo Dita mau sama gio"kekehnya
"Besok bawa si Dita itu kerumah ya, mama sama papa mau kenalan"kata mamanya Argio dan yang diajak bicara pun mengangguk
Argio tau betul maksud dari kedua orangtuanya itu. Mereka hanya memastikan Deandita itu tipe yang seperti apa, ya wajar saja karena diluaran sana banyak sekali gadis yang memiliki perilaku yang kurang baik dan tak memiliki sopan santun.
"Kayaknya anaknya baik"ujar papanya Argio "iyadoong cantik lagi"demi apa sekarang Argio ingin terbang rasanya.
Tuuk
Argio baru saja dipukul papanya menggunakan alat penggaruk punggungnya "kamu itu... Belajar yang bener dulu abis itu baru deh mikirin pacaran gapapa kalo udah jadi orang sukses"kata papanya Argio
"Jadi kalo belum sukses belum boleh pacaran pa?"tanyanya
"Yang penting belajar dulu, kalo urusan pacar-pacaran itu bisa nyusul"sambung mamanya Argio
"Iya siap komandan"kaya Argio sambil hormat
Ia merasa beruntung terlahir di keluarga yang harmonis dan memiliki orangtua yang care dengannya.
Setelah puas berbincang soal Deandita yang membuat Argio seolah terbang diatas awan akhirnya ia memilih untuk ke kamarnya karena waktunya sudah lumanayan malam dan esok hari ia harus bersekolah.
****
Keesokan harinya setelah mata pelajaran olahraga, Argio berencana mengajak Deandita ke perpus seperti biasanya dan ada satu hal yang ingin ia bicarakan dengan Deandita.
Argio berjalan menyusuri koridor kelas 10 yang tak begitu ramai itu.
Dan sampailah Argio di depan kelas Deandita. Ketika ia berjalan terlihat dari jendela kelasnya kalau Deandita sepertinya sedang fokus mencatat dari papan tulis, padahal jam sudah menunjukkan jam istirahat.
Tok...tok...
Argio mengetuk jendela yang tepat lurus dengan bangku Deandita duduk.
Argio dapat melihat Dita yang menengok ke arahnya dan tersenyum. Ia pun membalas senyuman itu dengan lembut kemudian ia berjalan menuju pintu kelas dan menghampiri Deandita.
Di dalam kelas hanya ada beberapa orang saja oleh karena itu ia tak terlalu malu untuk menghampiri Deandita langsung.
"Nyatet apa Bu?"kata Argio
"Lagi nyatet mantra kak"jawab Deandita asal
"Hahaha mantra apaan Dita, astagaa"Argio tertawa dibuatnya
"Mantra sihirnya Harry Potter"benar-benar Dita sungguh menjawabnya dengan asal "ada apa ya kak? Kok tumbenan ke kelas Dita"tanya Deandita
"Eumm biar barengan ke perpusnya hehe, Oya gue mau ngomong sebentar ya Dit"kata Argio dan diangguki Deandita.
Kemudian Argio duduk di bangku kosong depan Deandita. Argio dapat melihat Dita yang sudah selesai mencatat dan membereskan perlengkapan nulisnya.
"Dit..."Argio bingung harus mengajak Deandita sekarang atau lain waktu untuk kerumahnya
"Iya kak?"tanya Dita
"Udah selesai kan? Yuk ke perpustakaan"akhirnya Argio memutuskan untuk mengajaknya lain waktu saja dan menunggu waktu yang tepat
Karena menurutnya sekarang mungkin terlalu cepat waktunya dan belum pas.
"Kak gio mau ngomong apa sama Dita?"tanya Deandita ketika sudah diluar kelas dan berjalan berdampingan di koridor menuju perpustakaan
"Eh.. ini novel yang waktu itu,, gue mau ngasih lupa terus hehe"jawab Argio asal
"Eeh iya kak, jugaan Dita masih baca novel yang waktu itu dibeli bareng kak Gio kok hehe"kekehan Deandita membuat Argio ikut terkekeh
"Eumm mampir ke kelas gue dulu gimana? Kayaknya gue taro di tas deh"ujar Argio
Dan akhirnya mereka berdua berbelok ke kelasnya Argio sebelum ke perpustakaan untuk mengambil novelnya Argio.
"Hehe makasih ya kak"terpancar dari manik mata Dita, Argio merasa Deandita sekarang sepertinya sangat antusias akan hal itu. Seolah ia mendapatkan sebuah harta karun yang telah lama ia impikan.
"Seneng?"kata Argio sambil menyenggol lengan Dita setelah memberikan novel itu kepadanya
"Hehe seneng dong, ini kan edisi terbatas kak akhirnya setelah nunggu lama hahaha"kata Deandita antusias
"Ambil aja buat Dita"ucap Argio membuat Deandita seketika diam
"Hah? Beneran kak? Inikan yang edisi terbatas ada tanda tangan penulisnya juga"ujar Deandita tak percaya
"Iya Dita, nanti kalo Gue mau baca tinggal minjem ke Dita hahaha"jawaba Argio dengan enteng
Argio melihat Deandita yang sepertinya raut mukanya berubah sejak ia mengatakan novel itu untuknya "iya ambil aja gapapa dah"katanya berusaha menyakinkan
Dan akhirnya Deandita menerimanya dengan senyuman yang terus mengembang. Sepertinya ia sangat menginginkan novel itu.
_________________________________
Next...
KAMU SEDANG MEMBACA
ARGIO ||•END
Jugendliteratur(FOLOW SEBELUM MEMBACA) Ini adalah kisah pdkt seorang pelajar SMA yang dibantu oleh ketiga sahabatnya. Argio lumayan penasaran dengan gadis yang tak sengaja menjadi pusat perhatiannya sejak pertama kali ia melihatnya. Akankah pdkt Argio berhasil?s...